Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menggelar acara launching dan bedah buku biografi profesional Eddy Abdurrachman, Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (Dirut BPDPKS).
Tak keliru agaknya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melantik Eddy Abdurrachman sebagai Dirut BPDPKS, pada awal Maret 2020 lalu. Di bawah kepemimpinan pria kelahiran Bondowoso, Jawa Timur ini, BPDPKS selaku Badan Layanan Umum (BLU) di bawah Kemenkeu, mampu menunjukkan kepiawaiannya dalam mengelola dana perkebunan kelapa sawit untuk menjaga keberlangsungan industri kelapa sawit sebagai komoditas strategis nasional Indonesia.
Kala itu, Menkeu mengingatkan agar BPDPKS mampu menjaga akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan. “Saya harap saudara Eddy Abdurrachman dengan bekal jabatan sebelumnya sebagai Direktur Jenderal Bea dan Cukai serta Sekretaris Menteri Koordinator Bidang Perekonomian bisa memanfaatkan dana yang dikelola BPDPKS untuk aktivitas-aktivitas yang sesuai dengan tujuan membangun industri berkelanjutan,” pinta Sri Mulyani.
Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit menyatakan, dana pungutan ekspor yang telah terkumpul sejak Januari – Juni 2023 mencapai lebih dari Rp 15 triliun. Adapun proyeksi penerimaan dana pungutan ekspor tahun ini mencapai sekitar Rp 30 triliun.
“Realisasi pungutan ekspor sampai dengan Juni 2023 sebesar Rp 15,44 triliun,” ungkap Dirut BPDPKS, Eddy Abdurrachman, belum lama ini, di Jakarta.
Sejak terbentuk pada 2015, BPDPKS hingga Mei 2023, telah berhasil mengumpulkan total dana pungutan sawit sebesar Rp 186,6 triliun. Dana tersebut digunakan untuk program pengembangan sawit berkelanjutan.
Dana yang dikumpulkan tersebut, kemudian digunakan untuk program peremajaan sawit rakyat (PSR) untuk perkebunan yang dianggap sudah tidak produktif. Pasalnya, usia tanaman lebih 25 tahun produktivitasnya akan menurun, sehingga perlu peremajaan.
“Sampai saat ini BPDPKS sudah menyalurkan dana untuk program PSR mencapai Rp 7,78 triliun. Untuk mendanai pelaksana peremajaan sawit seluas 22.849 hektar, melibatkan 124 pekebun yang tersebar di 21 provinsi,” kata Eddy.
Selain itu, BPDPKS juga mendanai pengawasan penyediaan saranan dan prasarana mulai dari bibit, pupuk, pestisida hingga alat pertanian. Hingga Mei 2023, dukungan sarana telah diberikan untuk 26 lembaga pekebun senilai Rp 72,3 miliar.
Program penelitian dan pengembangan juga dilakukan dengan menggandeng perguruan tinggi dan lembaga penelitian. Hingga kini sudah disalurkan Rp 519,67 miliar untuk penelitian oleh 78 lembaga.
“Pengembangan SDM juga dilakukan kepada 11.088 orang pekebun, dan beasiswa diberikan kepada 3.265 mahasiswa. Untuk pengembangan SDM, BPDPKS telah menyalurkan Rp 356,52 miliar,” katanya.
Berangkat dari kepiawaian Eddy dalam menakhodai BPDPKS – dan juga tentunya prestasi kerja membanggakan lainnya seperti digitalisasi sistem transaksi kepabeanan dan cukai dengan memelopori electronic data interchange dan membidangi lahirnya alat pengukuran kinerja atau key performance indicator di Kemenkeu – tersebut, diluncurkanlah Buku Biografi Profesional Eddy Abdurrachman oleh BPPK Kemenkeu, medio Juli 2023 lalu.
“Acara Loker-X Launching Buku ini, salah satu upaya BPPK berdasarkan arahan dari Menteri Keuangan untuk mengetahui knowledge dari para pemimpin di Kementerian Keuangan yang memiliki pengalaman panjang yang sangat baik untuk menjadi nilai bagi pondasi organisasi,” kata Kepala BPPK Kemenkeu, Andin Hadiyanto dalam pidato saat membuka acara launching dan bedah buku biografi Eddy Abdurrachman tersebut.
Buku biografi ini mengisahkan perjuangan Eddy Abdurrachman yang pergi ke Jakarta untuk menuntut ilmu dengan bekal uang seribu rupiah. Melalui rasa semangatnya yang tidak kenal lelah, tokoh kelahiran Bondowoso ini berhasil menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada dan memiliki jiwa kepemimpinan yang dapat dijadikan teladan
Pada acara bedah buku tersebut, turut dihadiri oleh tiga narasumber, yaitu Dirut BPDPKS, Eddy Abdurrachman, serta Grace S Gandhi dan Rachma Tri Widuri sebagai penulis buku. Acara dipandu oleh Ribut Sugianto sebagai moderator.
Acara LOKeR-X ini diadakan dengan tema “Pemimpin Berani Pembawa Perubahan” dalam rangka peluncuran buku biografi Eddy Abdurrachman yang telah ditulis sejak bulan Agustus 2022.
Penyusunan biografi ini bertujuan untuk mendokumentasikan tacit knowledge yang dimiliki oleh Eddy Abdurrachman ke dalam bentuk tulisan agar nantinya dapat dijadikan pembelajaran bagi pegawai Kemenkeu.
Menurut Smith (2001), tacit knowledge adalah pengetahuan individu paling berharga karena bersifat internal, berada di dalam kepala individu yang terus dikembangkan melalui pembelajaran.
Contoh tacit knowledge adalah kemampuan seseorang bersepeda, kemampuan berkomunikasi, kemampuan berbisnis, dan lain sebagainya. Pengetahuan semacam ini mustahil untuk bisa ditransmisikan tanpa bantuan untuk menerjemahkannya, maka dari itu ada yang menyebutnya sebagai invisible knowledge.
“Pada sesi bedah buku ini juga turut dibagikan beberapa hal penting yang terkait dengan nilai-nilai integritas, profesionalisme, dan terus belajar,” kata Andin lagi.
Dalam acara peluncuran dan bedah buku tersebut, juga dihadirkan testimoni dari Sri Mulyani selaku Menteri Keuangan melalui video dan testimoni dari Marwanto Harjowiryono selaku Widyaiswara Utama BPPK dan Zaid Burhan Ibrahim selaku Direksi BPDPKS secara luring.
Acara ini juga turut mengundang Elen Setiadi selaku Staf Ahli bidang Regulasi, Penegakan Hukum, dan Ketahanan Ekonomi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; Heru Pambudi selaku Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan, Kepala Pusdiklat, Direksi BPDPKS, dan Perwakilan pegawai DJBC. *** ADV