Ekspor benih kelapa sawit diyakini dapat meningkatkan kinerja dan daya saing industri benih di tanah air. Selain mendapatkan devisa, ekspor benih juga mendorong produsen benih lebih inovatif.
Hal tersebut disampaikan pengamat perkebunan Gamal Nasir dalam Focus group discussion (FGD) ‘Peta Halan Industri Benih Kelapa Sawit’ yang diselenggarakan Media Perkebunan di Jakarta, Kamis, 23/2/2023.
Menurut Gamal, jika Indonesia tidak memenuhi kebutuhan benih sawit global, maka kesempatan tersebut akan diambil oleh negara pesaing kita Malaysia.
“Mereka mengimpor dari Indonesia, ketika Indonesia melarang ekspor, hal ini tidak menghentikan rencana mereka dengan mencari produsen lain. Dan ibni menjadi keuntungan negara pesaing kita, seperti Malaysia,” kata Gamal.
Gamal menambahkan, untuk menjaga daya saing produk benih kelapa sawit, Indonesia bisa terus melakukan ekspor benih sawit selama permintaan dalam negeri telah terpenuhi. Apalagi, kapasitas produksi sumber benih ditanah air saat ono lebih besar dari kebutuhan benih daam negeri.
“Sebaiknya ekspor saja untuk mendapatkan devisa negara. Larangan ekspor juga akan membuat kita semakin tidak inovatif dan kalah bersaing dengan kompetitor lainnya,” jelas Gamal.
Dia menjelaskan, budidaya benih sawit selama ini dihasilkan oleh produsen sawit melalui unit penelitian di bagian masing-masing perusahaan, karena itu untuk menjaga keberlangsungannya sangat penting supaya riset sawit kita tetap berkelanjutan.
Menurut Gamal, data USDA menunjukan dalam 10 tahun terakhir ini, produksi sawit turun sekitar 1,5%, sedang pesaingnya, yaitu kedelai justru naik menjadi 50% meskipun dari sisi produktifitas kedelai masih kalah jauh dibandingkan dengan sawit.
“Tetapi hal ini harus diperhatikan untuk menjaga daya saing kelapa sawit di Indonesia yang baik, dengan penggantian pohon tua atau yang belum tua karena menggunakan benih tidak bersertifikat sehingga produktivitasnya rendah,” katanya.
Hingga saat ini, kapasitas terpasang kecambah kelapa sawit yang tersebar di 15 produsen saat ini mencapai lebih dari 200 juta kecambah/tahun. Sedang penjualan baru mencapai kurang lebih setengahnya.
“Dengan kapasitas yang demikian besar saya dorong produsen kecambah untuk masuk ke pasar ekspor, jangan hanya menjual di dalam negeri saja,” katanya.
Diharapkan dengan semakin banyak ekspor maka serapan pasarnya akan meningkat sehingga kapasitas yang ada bisa digunakan semua. Dengan didorongnya ekspor oleh perusahaan lain diharapkan ekspor bisa mencapai 4-5 juta kecambah/tahun.
PSR (Peremajaan Sawit Rakyat) meskipun besar tetapi belum mampu mendongkrak pasar. Luas areal PSR 180.000 ha/tahun bila berjalan sesuai target kebutuhannya adalah 27 juta kecambah/tahun, Semuanya bisa dipenuhi oleh produsen yang ada.
Impor kecambah sawit sekarang dibatasi hanya untuk kepentingan riset yaitu dalam rangka program pemuliaan untuk menghasilkan varietas unggul baru yang produktivitasnya lebih tinggi. Bisa juga untuk koleksi dalam rangka meningkatkan keragaman genetik.
Persetujuan impor oleh Menteri Pertanian melalui PVTPP yang sebelumnya diverifikasi dan diproses oleh Kabalitbang atas nama Menteri.
Selain itu, produsen diwajibkan harus membangun kebun induk di sini dan diberi jangka waktu sampai 6 tahun. Selama proses pembangunan diijinkan mengimpor kecambah. Lewat 6 tahun kecambah yang dijual harus berasal dari kebun induk di sini dan bukan impor.
Direktur Perbenihan Perkebunan Kementerian Pertanian Gunawan menyatakan kapasitas produksi benih sawit sudah maskimal sehingga perlu dilakukan moratorium untuk penambahan perusahaan sumber benih.
“Kapasitas benih kita sudah maksimal, sehingga perlu moratorium atau stop penambahan produsen benih sawit,” kata Gunawan.
Gunawan berpendapat, produsen dalam negeri tidak perlu takut terhadap persaingan dengan produsen luar negeri. Sebab, menurutnya, kualitas produk benih dalam negeri sudah memenuhi standar yang bagus. Maka negeri lain berkeinginan untuk membeli.
“Tak perlu takut bersaing, kualitas produksi kita sudah sangat bagus dan memenuhi standar yang diharapkan. Pemerintah memberikan jaminan mutu dan kualitasnya,” jelasnya.