Gamal Institute menggelar acara “Perkebunan Outlook 2024” dengan tema “Strategi Kolaboratif Mewujudkan Peningkatan Produksi Tebu” pada hari Selasa, 23 Januari 2024.
Acara ini diselenggarakan sebagai respons terhadap amanat Perpres 40/2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol Sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel).
Acara tersebut dipandu oleh oleh Sekretaris Jenderal Masyarakat Perbenihan dan Perbibitan Indonesia (MPPI), Ir.Hindarwati Sudjatmiko, M.Sc.
Dalam acara tersebut Direktur Produksi dan Pengembangan PTPN 3 Holding, Mahmudi memberikan pandangan optimis terkait upaya mencapai swasembada gula nasional.
“PTPN Group berkomitmen untuk memperluas areal perkebunan tebu hingga ~176 ribu hektar hingga tahun 2028 sebagai bagian dari strategi swasembada gula. Akselerasi pengembangan industri gula Indonesia akan menjadi kunci selama 7 tahun ke depan,” jelas Mahmudi dalam acara Perkebunan Outlook 2024, Selasa (23/1).
Diskusi dalam acara dilanjutkan dengan pemaparan dari Kasubdit Tanaman dan Pemanis Lain Direktorat Semusim dan Tahunan, Direktorat Jenderal Perkebunan, Haris Darmawan.
“Untuk mencapai swasembada gula pada tahun 2024, Direktorat Jendral Perkebunan akan mengoptimalkan 59% area perkebunan rakyat. Namun, kami juga menyadari adanya tantangan pendanaan, khususnya terkait bongkar ratoon. Untuk itu, kami akan mendorong pelaksanaan bongkar ratoon melalui anggaran KUR,” ungkap Haris Darmawan.
Kepala Badan Pengembangan UMKM & Koperasi Kadin Indonesia, R. M. Tedy Aliudin, menyoroti peran kredit dalam mendukung petani.
“Petani memerlukan kredit untuk memenuhi permintaan yang meningkat, namun produksi tidak memadai. KUR bisa menjadi solusi untuk mendukung pembiayaan agar target swasembada gula nasional dapat tercapai tepat waktu,” tutur Tedy.
M. Irawan Nusantara dari Himpunan Produsen Benih Perkebunan dan Kehutanan Indonesia membahas pentingnya ketersediaan benih berkualitas. Menurutnya alternatif produksi benih tebu berkualitas yang bebas penyakit termasuk bibit yang tahan virus adalah melalui kutur meristem.
“Dengan alternatif produksi benih melalui kutur meristem, distribusi tebu ke petani bisa lebih cepat, sekitar 1 hingga 2 tahun,” jelas Irawan.
M. Burmansyah K, SE., M.FinAn., Project Manager Agrosolution PT Pupuk Indonesia, menegaskan peran perusahaan dalam mendukung swasembada gula nasional. Burmansyah menyampaikan bahwa PT Pupuk Indonesia akan turut ambil bagian dalam budidaya tebu dengan inovasi, membantu petani mendapatkan pupuk yang tepat, serta melaksanakan program Makmur untuk mendukung pertanian presisi melalui profiling petani dan budidaya tanaman.
Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia, Soemitro Samadikoen, menutup diskusi dengan menekankan perlunya pengembangan tebu yang holistik. “Sinergi dari semua pihak, terutama validitas data luas perkebunan rakyat, sangat diperlukan untuk mencapai target swasembada gula nasional pada 2028 dan pemenuhan gula industri pada 2030,” tegas Soemirto.
Acara ini juga melibatkan sesi tanya jawab antara tamu undangan dari berbagai lapisan masyarakat, termasuk petani, pengusaha perkebunan, akademisi, dan media. Diharapkan Perkebunan Outlook 2024 dapat memberikan wawasan mendalam tentang peningkatan produktivitas tebu dan membuka peluang kolaborasi untuk optimalisasi hasil perkebunan tebu Indonesia.