Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mengusulkan agar ada satu badan khusus untuk mengatur tata kelola sawit nasional.
Demikian disampaikan Bidang Komunikasi GAPKI, Fenny Sofyan pada acara Focus Group Discussion (FGD) “Arah Kebijakan Pangan Indonesia Pascapemilu”, Jakarta Selatan, Jumat (9/2).
GAPKI mengusulkan badan khusus lantaran selama ini tidak kurang dari 30 kementerian dan lembaga yang mengurusi sawit. Banyaknya tangan yang mengurusi komoditas ini berdampak negatif terhadap pertumbuhan investasi di industri hulu-hilirnya.
Sebab diketahui, walaupun industri ini telah memberikan sumbangsi terhadap devisa negara sejak 2006, kata Fenny, komoditas ini masih menghadapi ketidakpastian dalam investasi.
“Kenapa? karena ada kebijakan. Misalnya, saat ini kita harus mengahapi 30 kementerian dan lembaga dalam mengurus sawit. Nah, bagi investasi ini sangat menggangu atau kebijakan yang tumpang tindih, yang pastinya membuat kaget-kagetan,” ujar Fenny.
Fenny mengingatkan, produktivitas sawit dalam dalam lima tahun terakhir terus mengalami stagnansi. Sisi lain, konsumsi juga terus bertambah seiring dengan implementasi bioenergi yang tidak bisa terhindarkan.
“Katakanlah sekarang dari 27 juta ton di tahun 2022 konsumsi dalam negeri, 9 juta ton itu untuk biodiesel, sisanya untuk konsumsi. Jika itu terus meningkat artinya kalau kita stagnan akan limit antara produksi dengan konsumi ditambah lagi kita juga harus ekpor untuk devisa negara,” kata Fenny.
Oleh karena itu, dia berharap ke depan ada kebijakan satu pintu terkait industri kelapa sawit ini. Sebab, Indonesia juga dulu pernah merajai gula dan garam, tetapi kini dua komoditas tersebut mulai meredup.
Sawit sendiri mulai berkembang pada 1980 dan berkembang pesat pada 1986 atau sekitar 35 tahun yang lalu. Oleh karena itu, harus ada kebijakan kelapa sawit ini mau dibawa ke mana, roadmapnya 10 tahun, 50 tahun lagi mau seperti apa.
“Harus ada strategi ada kebijakan bagaimana konsumsi terjaga, kemudian produksi naik. Dan konsumsi di tengah upaya-upaya itu semua harus ada upaya menjaga harga dan stok tetap terjaga,” imbuh Fenny.