Bambu merupakan salah satu bentuk biomaterial yang masih belum dimanfaatkan secara optimal.
Bambu dapat memiliki nilai tambah hingga berpuluh-puluh kali lipat jika diolah menjadi bentuk yang lebih menarik. Bahkan tegakan rumpun bambu pun bisa menjadi obyek wisata hutan bambu jika dikelola dengan baik.
Menyadari besarnya potensi bambu untuk dikembangkan di wilayah Asia Tenggara, INSTIPER Yogyakarta dipercaya melaksanakan Training of Trainers Bamboo Village Sustainable Landscape. Kegiatan ToT Bamboo Village Sustainable Landscape Batch 1 dilaksanakan selama 5 hari pada tanggal 18-22 September 2023. Kegiatan ToT ini tidak hanya dilaksanakan di kampus INSTIPER Yogyakarta namun juga dilaksanakan di Hutan Bambu Bulaksalak, Cangkringan.
Training of Trainers Bamboo Village Sustainable Landscape diikuti peserta dari 3 negara yaitu Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Sebanyak 26 orang peserta yang terdiri dari 18 orang peserta dari Indonesia, 6 orang peserta dari INTROP UPM Malaysia, dan 2 orang peserta dari UPLB Filipina. Peserta yang dari Indonesia berasal dari berbagai instansi seperti Univeristas Mulawarman, UNS Solo, Universitas Muhammadiyah Malang, INSTIPER Yogyakarta, NGO, Trainers dan Entrepreneur.
Kegiatan ToT Bamboo Village Sustainable Landscape merupakan salah satu kegiatan yang didanai Program Talent oleh CIRAD, lembaga penelitian Perancis di bidang pertanian. Penyelenggaraan acara ini di INSTIPER Yogyakarta dikarenakan INSTIPER merupakan satu-satunya perguruan tinggi Indonesia yang tergabung menjadi anggota SALSA (Sustainable Agricultural Landscape in Southeast Asia) yang merupakan program dari CIRAD.
Kegiatan ToT Bamboo Village Sustainable Landscape dibuka oleh Rektor INSTIPER Yogtakarta, Dr. Ir. Harsawardana, M.Eng. pada 18 September 2023 berlokasi di Ruang Auditorium Gedung Perpustakaan INSTIPER. Pada pembukaan tersebut Dr. Jean Marc Roda selaku Direktur Regional CIRAD untuk Asia Tenggara berkesempatan memberikan paparan tentang supply chain bamboo di dunia internasional khususnya permasalahan di bidang logistik. Pada hari pertama juga diisi materi tentang pembangunan berkelanjutan dan perubahan iklim dalam pendekatan pengelolaan landscape bambu yang disampaikan oleh Dr. Agus Setyarso dan Ir. Joko Supriyadi, M.Cs. dan materi prospek pemanfaatan bambu di bidang industri yang disampaikan oleh Ir. Toein Bernadie Radix, MM.
Dr. Ir. Harsawardana, M.Eng., selaku rektor menyampaikan, “INSTIPER sangat bangga dapat dipercaya oleh CIRAD untuk menyelenggarakan kegiatan ToT Bamboo Village Sustainable Landscape. Kegiatan training untuk menata landscape dengan komoditas bambu merupakan inisiasi yang luar biasa. Karena bambu tidak hanya bernilai secara ekonomi namun juga secara ekologi. Namun untuk menjaga keberlanjutan dan ketersediaan bambu harus diperhatikan secara serius karena saat ini pada umumnya bambu masih dibudidayakan masyarakat secara tradisional. Dengan adanya training ini semoga akan muncul banyak trainers yang dapat menyelesaikan masalah tersebut”.
Pada hari kedua hingga keempat peserta mengikuti training di hutan bambu Bulaksalak. Hutan Bambu Bulaksalak merupakan lahan bekas galian tambang pasir Gunung Merapi. Sejak tahun 1997, lahan bekas tambang tersebut mulai ditanami bambu oleh masyarakat setempat hingga saat ini hampir 1,8 Hektar telah ditanami bambu dan memiliki 35 jenis spesies bambu. Keberadaan hutan bambu Bulaksalak telah merubah kondisi ekologi di daerah tersebut dari lahan kritis hingga dapat dibudidayakan. Keberadaan bambu di sepanjang sungai yang merupakan hulu Sungai Opak juga telah membuat sungai tersebut tidak mengalami kekeringan meskipun terjadi kemarau panjang.
Materi tentang budidaya bambu, pemanenan bambu, pengawetan bamboo, dan pengolahan bambu menjadi aneka kerajinan atau dimanfaatkan untuk kontruksi dipelajari para peserta di Hutan Bambu Bulaksalak. Peserta mendapatkan materi dari Dr. Agus Setyarso, Ir. Toein Bernadie Radix, MM, dan Jajang Agus Sonjaya, M.Hum. Peserta juga bisa belajar langsung tentang budidaya dan perawatan bambu serta inisiasi desa wisata bambu dari Kelompok Tani Bambu Lestari Dusun Bulaksalak. Selain mendengarkan materi yang disampaikan oleh pemateri, peserta juga secara aktif mengikuti berbagai sesi diskusi dan assessment secara pribadi baik itu melalui paper based test maupun melalui wawancara.
Dr. Agus Setyarso selaku ketua panitia berkesempatan memberikan laporan pelaksanaan kegiatan pada saat penutupan acara training, “Kami mendesain acara training ini secara serius baik dari materi yang akan disampaikan kepada peserta maupun kompetensi yang akan diperoleh setiap peserta. Lokasi training yang langsung berada di hutan bambu Bulaksalak juga akan memudahkan peserta menyerap materi yang disampaikan tentang keanekaragaman bambu dan hal-hal yang perlu diperhatikan saat akan menginisiasi desa wisata bambu. Dengan mendatangkan petani bambu dari Kelompok Bambu Lestari, peserta dapat melakukan pendalaman melalui indepth interview. Kemampuan peserta menjadi seorang trainers diuji melalui presentasi hasil diskusi kelompok, presentasi individu, dan microteaching di hari terakhir. Terdapat 15 kompetensi yang diujikan dalam pelatihan ini dan peserta yang mengikuti keseluruhan training ini akan mendapatkan sertifikat peserta 38 jam pelajaran (38 JP)”.
Prof. Khalina selaku Direktur Institute of Tropical Forestry & forest Products (INTROP) Universitas Putra Malaysia juga berkesempatan memberikan testimoni, “Saya sangat mengapresiasi INSTIPER Yogyakarta yang telah mempersiapkan acara ini dengan sungguh-sungguh. Materi yang disampaikan sangat menarik karena di Malaysia pemanfaatan bambu belum seperti di Indonesia dan juga ahli-ahli pengolahan bambu masih belum banyak. Saat ini saya juga mengajak beberapa staff untuk mengikuti training ini dan mempelajari penyelenggaraan training seperti ini. Harapannya kami dapat nereplikasi acara pelatihan seperti ini untuk bisa diselenggarakan di Malaysia”.
Kesuksesan penyelenggaraan ToT Bamboo Village Sustainable Landscape batch 1 merupakan keberhasilan untuk seluruh tim penyelenggara dan peserta. Hal ini merupakan bukti INSTIPER Yogyakarta yang memiliki core competency di bidang perkebunan dan kehutanan mampu menyelenggarakan kegiatan bertaraf internasional