Integrasi Peremajaan Karet Diujicoba di Sumatera Utara

0
kebun karet

Integrasi peremajaan karet dengan mengintegrasikan dengan industri pengolahan kayu akan diujicobakan di Paya Pinang dan Mandailing, Sumatera Utara masing-masing seluas 500 hektar (ha). Kayu hasil replanting akan dimanfaatkan industri kayu untuk furnitur, kayu lapis, mainan anak-anak dan lainnya.

Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Dewan Karet Indonesia (Dekarindo), Azis Pane di Jakarta, baru-baru ini. Menurutnya, peremajaan (replanting) perkebunan karet nantinya akan diujicobakan di dua kawasan yang sudah siap. Yakni, daerah Paya Pinang dan Mandailing dengan masing-masing seluas 500 hektar.

“Mau replanting karet, dicoba dulu, 500-500 (hektar). Di Paya Pinang sama di Mandailing,” ujarnya.

Aziz mengungkapkan, replanting tersebut perlu dilakukan di saat harga komoditas karet rendah dan kebetulan pula pohon-pohon karet di Indonesia rata-rata sudah berumur tua. Akibatnya, harga mengalami penurunan.

“Pohonnya sudah tua-tua. Sudah tua-tua pohon kita. Lagi jatuh sekarang (harganya) karet. US$ 1,3 sampai USS 1,4 sekarang. Jika karet itu sudah tua masa kita biarkan. Itukan karet rakyat. Jadi dari 3,8 juta hektar perkebunan karet itu 3,1 juta hektar itu karet rakyat. Oleh karena itu meremajakan karet artinya memakmurkan rakyat,” tambah Aziz.

Sementara itu, dalam mekanisme pembiayaan tersebut pemerintah dengan pelaku usaha sepakat untuk mendanai bibit pohon karet dengan menjual hasil potongan kayu-kayu dari kedua daerah tersebut. Dalam hal ini, diakuinya sudah ada dua perusahaan yang siap untuk menampung hasil kayu karet.

“Oh ada banyak (yang siap beli), ada dua perusahaan. Pelaku industri furnitur ada, yang mainan anak juga ada,” tukasnya.

Hal yang sama juga diutarakan Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Musdhalifah Machmud. Menurutnya, peremajaan karet rakyat akan dikembangkan secara terintegrasi dengan pemanfaatan kayu karet untuk industri kayu. Pemanfaatan kayu karet diharapkan dapat membantu petani meraih pendapatan.

“Kayu karet bernilai ekonomi cukup tinggi. Hal ini diproyeksikan dapat menambah pendapatan petani antara Rp10-30 juta/ha dari hasil penjualan kayu tersebut,” kata Musdhalifah.

Menurut dia, dengan sistem terintegrasi, penjualan kayu pohon karet dapat digunakan sebagai dana untuk melakukan peremajaan lahan. “Kayu karet kan bisa diolah oleh industri pengolahan menjadi kayu veneer atau kayu lapis, kayu cip (keping kayu). Nilainya cukup tinggi sehingga sebagian bisa digunakan untuk dana peremajaan tanaman karet,” katanya.

Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar Kementerian Pertanian, Irmijati Rachmi Nurbahar menambahkan, untuk mewujudkan sistem terintegrasi tersebut, pemerintah akan melakukan kajian terperinci. Kajian itu meliputi pemetaan lokasi, luasan lahan, potensi kayu yang diolah hingga investasi yang dibutuhkan.

“Dengan sistem terintegrasi, penjualan kayu karet dapat digunakan sebagai dana untuk melakukan peremajaan lahan,” kata Irmijati.

Peremajaan lahan karet merupakan salah satu strategi jangka panjang pemerintah untuk menjaga produktivitas dan stabilitas harga. Selama ini, replanting baru dilakukan sekitar 6 ribu hektar (ha) per tahun dari total lahan perkebunan karet yang mencapai 3,6 juta ha. Hal itu tak lepas dari alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang terbatas yaitu berkisar Rp6 juta per ha.

“Bantuan kami tidak sepenuhnya. Hari Orang Kerja (HOK) petani tidak kami bantu. Anggaran untuk benih, pupuk tidak sepenuhnya, dan pestisida sedikit,” ujarnya.

Secara terpisah, Direktur Tanaman Semusim dan Rempah, Ditjen Perkebunan, Kementerian Pertanian, Agus Wahyudi menambahkan, untuk setiap 1 hektar lahan karet rata-rata bisa ditanami sekitar 450 hingga 500 batang pohon dengan diameter batang pohon bisa mencapai 25 sentimeter dengan tinggi rata-rata 4 meter.

Sementara harga jual kayu dari pohon karet, menurut dia, relatif tinggi. Harga pasaran kayu karet bisa bernilai hingga Rp 14 juta per meter kubik, mengacu pada situs jual beli Alibaba.
Dengan begitu, hasil penjualan kayu dari pohon karet akan cukup untuk mendanai keperluan replanting, yang mana per hektarnya bisa menelan biaya antara Rp 12 juta sampai Rp 18 juta. “Kayu karet punya kualitas dan mutu yang tinggi,” ujar Agus. ***SH, AP, TOS

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini