Kementan Dorong Optimalisasi Lahan Tadah Hujan

0
Direktur Jenderal Hortikultura (Ditjen Hortikulta), Prihasto Setyanto kepada awak media, Jakarta, Rabu (18/1).

Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong optimalisasi lahan tadah hujan melalui pompanisasi untuk mendongkrak produksi beras dalam negeri.

Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementan, Prihasto Setyanto mengatakan, pihaknya terus memastikan agar penanaman padi di atas 1 juta hektare untuk kebutuhan pangan 3 bulan ke depan.

“Paling tidak harus tertanam minimal setiap bulan itu, minimal tertanam kurang lebih 1 juta hektar sekitar sebulan secara nasional, untuk bisa memenuhi kebutuhan pangan 3 sampai 4 bulan kemudian,” kata Prihasto.

Hal ini disampaikan Anton, sapaan Prihasto saat meninjau lokasi pompanisasi di Desa Buayan, Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Kamis (2/5).

Anton mengatakan, Kementan dan juga petani tidak menghendaki adanya impor pangan lagi. Oleh karena itu, dia meminta agar sumber-sumber air dimanfaatkan untuk dialirkan ke lahan-lahan tadah hujan.

“Kalau pangan kurang, tentunya kita harus melakukan impor. Kita kan tidak ingin semua ada impor-impor lagi. Supaya tidak ada impor, yuk kita dorong pertanamannya. Maksimalkan, manfaatkan sumber air seperti ini,” sambung dia.

Kecamatan Buayan merupakan satu dari lima Kecamatan yang dilewati sungai Jatinegara. Empat kecamatan lainnya adalah Kecamatan Sempor, Gombong, Kuwarasan dan Kecamatan Puring.

Melihat potensi sungai Jatinegara yang bagus, Anton mengajak masyarakat untuk melakukan akselsrasi pemanfaatan sumber air tersebut untuk mengoptimalkan lahan sawah tadah hujan melalui pompanisasi.

“Tinggal didorong sedikit aja. Hanya jarak 5-6 meter ke sini, sudah bisa air, daripada ini dibuang ke laut, kenapa nggak kita manfaatkan budidaya tanaman, ya kan? Untuk ketercukupan pangan khususnya beras,” kata dia.

Selain Kebumen, Anton juga meninjau instalasi pompa hidran hasil kolaborasi TNI, Pemkab Banyumas dan Kementan di Kecamatan Rawalo Kabupaten Banyumas.

Pompa tersebut mampu mengalirkan air untuk areal persawahan seluas 900 hektare sehingga diharapkan bisa meningkatkan indeks pertanaman (IP), yang semula satu memjadi dua, yang sudah dua menjadi tiga.

Di hari yang sama Prihasto melanjutkan kunjungannya di Desa Bunton Kecamatan Adipala Kebupaten Cilacap. Di sana, Anton menyebutkan, ada berbagai sumber air sawah tadah hujan yang bisa dimanfaatkan untuk mengerek produktivitas.

“Ada air permukaan yang dangkal, ada air sungai, dan air hujan. Kalau pilihan petani biasanya air hujan cuma kalau air hujan kan kadang ada, kadang tidak ada. Jadi pilihannya tinggal air permukaan dan dari sungai,” ujar Anton.

Meski demikian, Anton mengingatkan untuk memperhatikan kondisi hidrologi ketika memanfaatkan sumber air permukaan dangkal.

Sebagai informasi, potensi sawah tadah hujan di Jawa Tengah ada sekitar 267.655 hektare yang dapat ditingkatkan produksinya, untuk wilayah yang dekat sungai menggunakan pompanisasi dari air sungai dan untuk wilayah yang jauh dari sungai dapat memanfaatkan air dari tanah, embung dan lain-lain.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini