
Menggenjot produktivitas dan produksi pangan pokok, khususnya padi dan jagung menjadi suatu keniscayaan agar Indonesia terbebas dari krisis pangan.
Begitu disampaikan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementerian Pertanian (Kementan), Dedi Nursyamsi saat membuka Training of Trainers (TOT) ‘Pupuk Subsidi dan Peningkatan Produksi Padi dan Jagung Nasional, Ciawi, Selasa (19/2).
Hal ini selaras dengan kebijakan Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman yang tengah fokus meningkatkan produksi padi dan jagung nasional untuk menekan kebijakan impor pangan pemerintah.
Dedi mengatakan, dampak dari pandemi Covid-19, perubahan iklim (El Nino), dan perang Rusia Ukraina membuat ketersediaan pangan di pasar global semakin hari semakin menipis. Hal ini ditandai dengan melejitnya harga pangan pokok.
Sisi lain, lanjut Dedi, negara eksportir beras dunia, India, Myanmar, dan Vietnam, menghentikan sementara ekspor beras untuk keperluan domestik mereka.
“Jadi sekarang meskipun kita punya duit belum tentu kita bisa beli beras, belum tentu kita bisa impor beras. Oleh karena itu, kita mesti menggenjot produktivitas dan produksi, khususnya pangan pokok beras dan jagung,” kata Dedi.
Dengan menggenjot produktivitas dan produksi padi dan jagung, kata Dedi, Indonesia yang berlandaskan Pancasila ini akan selamat dari krisis pangan dan tetap eksis di dunia.
Menurut Dedi, tiga tugas utama yang harus dilakukan penyuluh pertanian guna menggenjot produktivitas dan produksi pertanian. Pertama, memastikan ketersediaan sarana prasarana tersedia di lapangan dengan jumlah yang cukup.
“Penyuluh harus pastikan sarana prasarana berupa benih/bibit, air irigasi, asuransi pertanian, alat mesin pertanian (alsintan), pupuk dan semua yang diperlukan petani untuk menggenjot produksi tersedia di lapangan,” kata Dedi.
Oleh karena itu, Dedi meminta penyuluh untuk turun ke lapangan memastikan seluruh sarana prasarana yang dibutuhkan petani tersedia.
“Jadi, sekali lagi para penyuluh, widyaiswara, guru, dosen, dan seluruh insan pertanian yang di provinsi, kabupaten/kota pastikan seluruh sarana prasarana tersedia di lapangan pada saat petani mau tanam,” tegas Dedi.
Kedua, lanjut Dedi, penyuluh harus memastikan petani dan seluruh insan pertanian mengimplementasikan inovasi teknologi yang dapat mendongkrak produktivitas dan produksi.
“Pastikan petani menggunakan high yielding variety, varietas yang berpotensi hasil tinggi. Ingat pertanian itu diawali dengan benih dan bibit. Kalau benihnya asal, hasilnya juga asal asalan,” kata Dedi.
Setelah varietas, kata Dedi, inovasi dan teknologi yang harus diimplementasikan oleh petani adalah pupuk dan pemupukan. Penyuluh pertanian juga harus memastikan ketersediaan pupuk di lapangan.
“Pastikan pupuk organik, pupuk hayati, pembenah tanah organik, dan pupuk kimia diimplementasikan oleh petani dengan baik,” kata dia.
Setelah itu, petani harus melakukan pengendalian hama dan penyakit tanaman, khususnya pada padi dan jagung, yang menjadi fokus Kementan tahun ini, dengan pestisida nabati.
“Petani harus mampu mengendalikan itu. Tentu diawali dengan penyuluh yang harus memberikan contoh bagaimana cara mengatasi hama penyakit. Jangan langsung menggunakan pestisida, tapi gunakan dulu pestisida nabati,” kata dia.
Lantas ketiga, penyuluh pertanian harus mendampingi petani dalam kondisi apapun. Sebab, petani tidak mungkin sendirian meningkatkan produktivitas dan produksi pertanian.
“Penyuluh pertanian, widyaiswara, guru, dan dosen harus selalu di samping petani dalam kondisi apapun petani. Petani galau tidak ada pupuk, penyuluh harus berikan solusi,” imbuh Dedi.
Sementara itu, Kepala Pusat Pelatihan Pertanian (Kapuslatan), BPPSDMP, Muhammad Amin mengatakan, pagu subsidi pupuk 2024 sebesar Rp 26,6 triliun dengan volume alokasi 4,7 juta ton.
Untuk mendukung percepatan tanam di masa tanam Okmar (Oktober Maret), kata dua, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memerintahkan untuk menambah alokasi pupuk subsidi sebanyak 14 triliundengan volume 7,2 juta ton.
“Kebutuhan pupuk bersubsidi untuk 9 komoditas (padi,jagung, kedelai, cabai, bawang merah, bawang putih, kopi, tebu dan kakao) sebesar 12.083.213 ton senilai Rp 75,9 triliun. Sedangkan jumlah petani pengusul subsidi pupuk, 14.286.331 NIK petani,” jelas dia.
Amin mengatakan, Kementan, memastikan ketersediaan pupuk di Musim Tanam (MT I) ini cukup. Oleh karena itu, petani harus fokus bertanam tanpa khawatir tidak mendapatkan pupuk bersubsidi.
“Saat ini Kementan sedang memproses surat ke Menteri Keuangan setelah mendapatkan arahan Bapak Menteri. Dan anggaran pupuk subsidi akan ditambah sehingga dipastikan stok pupuk subsidi cukup dan alokasinya sudah ada sesuai,” ujar Amin.
Adapun TOT dilaksanakan selama tiga hari, 20 – 22 Februari 2024 yang dilaksanakan secara tatap muka berlokasi di Balai Besar Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian Ciawi dan secara online serentak di UPT Pelatihan Pertanian ataupun lokasi lainnya.
Peserta ditargetkan sebanyak 48.111 orang, terdiri dari 189 Widyaiswara, 253 Dosen, 63 Guru, dan 47.606, penyuluh pertanian (PNS, PPPK, THL Pusat, THL Daerah, THL Pendamping, dan Mantri Tani) di seluruh Indonesia.