Konsumsi Kopi Nasional Tumbuh 8 Persen Per Tahun

0
nikmatnya minum kopi

Tingkat konsumsi kopi jenis arabika dan robusta di dalam negeri cenderung meningkat dengan pertumbuhan sekitar 8 persen setiap tahun seiring dengan berkembangnya bisnis kopi di Indonesia.

Ketua Umum Dewan Kopi Indonesia (Dekopin), Anton Apriyantono mengatakan, pertumbuhan tersebut merupakan sinyal positif. Pasalnya, harga kopi global tengah dilanda penurunan nilai sebagai dampak dari berlimpahnya produksi.

“Kesukaan masyarakat terhadap kopi single origin juga meningkat, yakni kopi murni dari daerah khusus seperti robusta Gayo. Hal ini merupakan perkembangan yang bagus karena harga di tingkat internasional turun akibat produksi yang besar dari beberapa negara,” ungkap Anton, baru-baru ini.

Dalam hal konsumsi dalam negeri, lanjut Anton, baik kopi robusta maupun arabika dihargai dengan baik oleh konsumen. Kopi robusta pun masih menjadi pilihan utama bagi industri kopi karena harga yang lebih murah.

“Untuk di dalam negeri keduanya dihargai cukup baik, kecuali industri yang memilih robusta karena harga lebih murah. Kalau di kafe-kafe keduanya dihargai baik,” ujarnya.

Adapun industri kopi Indonesia memang menaikkan serapan domestiknya di tengah turunnya harga komoditas tersebut, terutama untuk kopi jenis robusta di dalam negeri. ‘

Wakil Ketua Umum Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI), Moelyono Soesilo mengakui, impor sepanjang semester I/2019 mengalami penurunan drastis. Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh harga kopi jenis robusta yang turun ke level terendahnya selama 5 tahun terakhir pada 2019.

Adapun, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor kopi sepanjang Januari–Juni 2019 mencapai 16.617 ton. Volume tersebut turun drastis dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai 65.168 ton.

“Tahun ini harga rata-rata kopi robusta mencapai Rp22.000/kg, turun jauh dari awal tahun lalu yang sempat mencapai Rp28.000/kg. Di samping itu, harga kopi robusta di Vietnam harganya sama dengan kopi kita, sehingga industri domestik memilih menyerap dari produksi dalam negeri,” katanya.

Impor Kopi dari Vietnam Turun
Peningkatan produksi dan turunnya harga kopi nasional, terutama robusta, menjadi penyebab utama penurunan impor kopi pada tahun ini.

Ketua Umum Gabungan Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (Gaeki), Hutama Sigandhi mengungkapkan, dalam waktu yang sama, produksi kopi robusta di Vietnam mengalami penurunan sehingga harganya mengalami kenaikan.

Alhasil, selama ini industri dalam negeri yang biasa menggunakan kopi impor dari Vietnam sebagai komoditas untuk menekan harga produksi kopi olahan, mengalihkan konsumsinya ke produk dalam negeri.

“Impor kopi kita, terutama robusta mayoritas datang dari Vietnam. Ketika harga kopi di negara tersebut setara dengan harga kopi di negara kita, produsen pasti memilih menggunakan produk dalam negeri. Apalagi, kopi Vietnam kan kualitasnya di bawah kopi Indonesia,” katanya lagi menjelaskan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor kopi dari Vietnam sepanjang Januari–Juni 2019 merosot menjadi 12.450 ton dari 57.408 ton pada periode yang sama pada tahun lalu.

Di sisi lain, dia menegaskan penurunan impor kopi Indonesia pada semester I/2019 tahun ini bukan disebabkan oleh penurunan konsumsi domestik. Dia menambahkan, konsumsi kopi nasional diproyeksikan masih akan mencatatkan kenaikan 8% secara tahunan.

“Saya prediksi besarnya penurunan impor kopi pada semester I/2019, akan berlanjut pada akhir tahun. Produksi dalam negeri kita pada posisi aman, karena cuaca cukup mendukung,” katanya.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), Adhi S. Lukman mengamini adanya penurunan yang tajam pada impor kopi, terutama untuk jenis robusta di sektor industri.

Dikatakannya, selain peralihan ke kopi produksi dalam negeri lantaran harganya yang murah, industri juga sudah menimbun bahan baku kopi untuk mengamankan stok tahun ini.

“Belajar dari kondisi tahun lalu, ketika produksi nasional turun sehingga pelaku industri harus mengimpor. Kami akhirnya melakukan pengamanan stok sejak awal tahun dengan menyerap semaksimal mungkin produksi dalam negeri ketika harga sedang turun,” jelasnya.

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kementerian Perdagangan, Kasan Muhri menambahkan, tingginya impor pada tahun lalu disebabkan oleh terbatasnya produksi kopi dalam negeri. Di sisi lain, harga kopi internasional, terutama Vietnam berada pada level yang rendah.

“Namun, saat ini pasar kopi nasional sudah berada pada posisi yang ideal. Harapan kami kondisi ini berlanjut pada tahun-tahun berikutnya, supaya laju impor kita bisa terkendali,” paparnya. ***SH, TOS

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini