Meskipun pandemi COVID-19 telah membuat aktivitas di dunia terganggu, tidak demikian dengan upaya perlindungan lingkungan yang dilakukan perusahaan perkebunan kelapa sawit.
Meski dilakukan dengan protokol kesehatan ketat, aktivitas menjaga hutan dan konservasi tetap berjalan.
Salah satunya seperti yang dilakukan perusahaan perkebunan kelapa sawit Bumitama Gunajaya Agro (BGA) Group yang saat ini terus berlangsung, melalui kegiatan Program Penjagaan Hutan pada Bumitama Biodiversity and Community Project (“BBCP”) yang terdiri dari pemantauan keanekaragaman hayati di areal konservasi seluas 8.000 hektar, Pemeliharaan bibit, Pemeliharaan koridor hutan yang memungkinkan akses yang lebih mudah ke berbagai wilayah kawasan konservasi, serta pengelolaan tambak terpadu seluas 10 hektar terletak tepat di pintu masuk koridor potensi satwa liar.
Saat ini BBCP memasukkan program rehabilitasi bertujuan untuk memulihkan hampir 2.000 ha kawasan hutan yang rusak. Sementara beberapa wilayah lainnya dihutankan kembali melalui regenerasi awal (suksesi alami), sementara ada pula yang dilakukan dengan cara regenerasi buatan melalui penanaman bibit spesies pohon asli.
Untuk pengadaan bibit, dilakukan lewat pengumpulan dari hutan atau dibeli dari masyarakat lokal lantas dipelihara di pusat pembibitan BBCP selama sekitar 6-9 bulan, sebelum akhirya ditanam oleh petugas patroli di area yang telah direncanakan. Sebelumnya, Bibit ditandai dengan maksud untuk memudahkan pemantauan dan pencatatan rutin pertumbuhannya.
Sampai saat ini BBCP telah mereboisasi sekitar 35 hektar, menanam hampir 20.000 bibit, sementara 10.000 bibit lainnya sedang dalam proses di pembibitan kami, menunggu waktu mereka untuk ditanam di hutan.
Guna membantu percepatan program reboisasi, Bumitama mulai menjajaki metode reboisasi alternatif namun inovatif, yang akan memanfaatkan UAV (pesawat tanpa awak) untuk menyebarkan benih pohon. “Kami berharap dalam beberapa bulan mendatang, kami akan dapat merehabilitasi kawasan hutan yang lebih luas yang seharusnya tidak dapat diakses karena kondisi medan, atau terlalu berbahaya untuk dinavigasi,” ujar Deputy Head of Corporate Sustainability Bumitama Gunajaya Agro Group, Agam Fatchurrochman.
Uji coba ini akan menguji beberapa jenis benih dari spesies pohon lokal, dicampur bersama untuk meniru hutan alam. Setelah dewasa, mereka akan menyediakan makanan untuk satwa liar, sedangkan zona penyangga terluar kawasan konservasi akan membuka peluang bagi masyarakat lokal untuk memanen Hasil Hutan Bukan Kayu (“HHBK”) seperti madu, tanaman obat, atau hutan. buah-buahan dan kacang-kacangan. Jika terbukti berhasil, metode ini akan memberikan efisiensi biaya dan kerja yang lebih baik daripada reboisasi manual, dengan potensi untuk direplikasi di daerah lain.
Pihak perusahaan juga telah mencadangkan beberapa area reboisasi yang akan dilakukan melalui program kemitraan dengan masyarakat lokal, sebagai cara untuk melibatkan pemangku kepentingan lainnya, mendidik, dan mendorong pelestarian hutan dan keanekaragaman hayati di wilayah tersebut.
“Idenya adalah untuk menumbuhkan rasa memiliki areal konservasi bagi masyarakat lokal, sehingga dengan kesadaran tinggi masyarakat mampu melindungi keanekaragaman hayati di kawasan konservasi dari ancaman eksternal berupa deforestasi, perburuan, dan kebakaran hutan,” ujar Agam.