Dahsyatnya kebakaran hutan di Australia telah mencapai lebih dari 5,25 juta hektare. beberapa peneliti memperkirakan ratusan juta satwa di negara tetangga Indonesia itu telah mati. Dunia diam saja, berbeda halnya ketika kebakaran melanda Indonesia. Semua sibuk menyalahkan.
Luas area yang terbakar itu nyaris sebanding dengan luas Provinsi Nova Scotia, Kanada, yang mencapai 5,29 juta hektare. Sampai hari ini (6/1/2020), Australia masih berjuang memadamkan kebakaran yang mengerikan tersebut.
Chris Dickman, seorang profesor ekologi di University of Sydney, awalnya memperkirakan bahwa 480 juta mamalia, burung, dan reptil menjadi korban kebakaran hutan di negara bagian New South Wales (NSW) saja sejak September lalu.
“Itu lebih dari seminggu yang lalu, dan sejak saat itu bekaran yang belum pernah terjadi sebelumnya telah meluas,” katanya. “Kami mungkin melihat angka yang jauh lebih besar dari itu,” katanya lagi kepada Global News.
Menurutnya, angka 480 juta satwa diekstrapolasi dari penelitian sebelumnya. Banyak satwa yang tersisa akan mati segera karena panas dan kobaran api.
“Ini akan menjadi beberapa yang lebih jelas, koala, kanguru yang mencolok,” katanya. “Anda benar-benar dapat melihat bangkai-bangkai setelah api melewatinya.”
Dickman mengatakan spesies yang dapat terbang atau menggali tanah memiliki peluang lebih baik untuk bertahan hidup, setidaknya pada tahap awal.
“Masalahnya bagi mereka adalah bahwa mereka akan keluar ke lanskap di mana sumber daya makanan telah sangat berkurang, sumber daya tempat tinggal akan sangat berkurang atau tidak ada,” ujar peneliti tersebut.
Di luar pilihan terbatas untuk makanan dan tempat tinggal, imbuh Dickman, satwa yang lebih kecil seperti rubah merah dan kucing liar akan menghadapi ancaman tambahan.
Dickman berpendapat, setelah kebakaran hutan, akan sulit untuk secara akurat menilai keadaan satwa liar karena para peneliti tidak memiliki data dasar yang bagus tentang populasi satwa.
Ada 24 angka kematian manusia yang dikaitkan dengan kebakaran di Australia. Hampir 2.000 rumah telah hancur. Ribuan orang terpaksa mengungsi ke tempat yang aman.
Saat ini, hampir 200 titik kebakaran masih aktif. New South Wales dan Victoria menjadi wilayah yang paling parah.
Dickman mengatakan Australia perlu melihat opsi bagaimana kebakaran hutan dikendalikan secara dramatis. Menurutnya, kebakaran ini berdampak pada perubahan iklim. Selain pembuat kebijakan, para ilmuwan harus menjadi bagian dari pembahasan kebijakan.
“Kami tampaknya telah disingkirkan dari banyak pengambilan keputusan di Australia selama beberapa tahun terakhir,” katanya.