Menyulap Biji Salak Jadi Minuman Kopi

1
kopi dari biji salak
Ilustrasi

Biji salak ternyata bisa diolah mejadi bahan minuman kopi yang mendatangkan sensasi tersendiri bagi penggemarnya. Selain nikmat dan beraroma salak, kopi biji salak ini diyakini memiliki khasiat untuk menurunkan tekanan darah tinggi, dan asam urat.

Jika anda ingin menikmati sensasi kopi yang berbeda, tak ada salahnya jika anda mencoba kopi yang satu ini. Di Sleman, Yogyakarta, petani salak memanfaatkan biji salak untuk dijadikan bahan olahan kopi. Selain nikmat dan beraroma salak, kopi biji salak ini memiliki khasiat untuk menurunkan tekanan darah tinggi, dan asam urat.

Salak bisa dimanfaatkan menjadi banyak olahan. Selama ini yang cukup dikenal adalah produk camilan dan minuman sari buah salak. Namun ternyata tidak hanya daging buah yang dapat dinikmati oleh konsumen, di tangan Warga Dusun Donoasih, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, biji salak yang semula menjadi limbah terbuang, bisa diolah menjadi bahan baku minuman alternatif pengganti kopi.

Pembuatan serbuk biji salak pondoh sebagai pengganti kopi bermula dari informasi yang didapatkan warga dari internet. Warga Dusun Donoasih, Supriyono (60 tahun) mengatakan warga setempat kemudian mengumpulkan biji salak pondoh yang banyak terdapat di lingkungan sekitar. “Biasanya biji salak hanya dibuang, tapi sekarang kami manfaatkan sebagai bahan minuman,” ujarnya.

Untuk membuat serbuk tersebut, biji salak dipotong-potong lalu disangrai selama dua jam. Setelah dingin, biji salak ditumbuk. Hasil penumbukan disaring dan serbuk biji salak pun siap dibuat untuk campuran minuman bersama gula atau dikemas. Sedikitnya dibutuhkan 1 kilogram biji salak untuk membuat 1 ons serbuk. Warga Donoasih menjual serbuk biji salak dengan harga Rp10 ribu per ons dan Rp80 ribu untuk setiap kilogram.

Manfaat serbuk biji salak pondoh diakui Supriyono belum dibuktikan dengan penelitian laboratorium. Namun, warga mengklaim minuman biji salak pondok dapat menurunkan tekanan darah tinggi dan asam urat.

Produk serbuk biji salak yang dihasilkan Dusun Donoasih juga masih dalam proses pengajuan izin dari Dinas Kesehatan setempat. Hal itu membuat pemasaran serbuk biji salak masih terbatas berdasarkan pesanan. “Kami belum berani jual secara meluas karena belum memiliki izin,” ungkap Surpiyono yang memproduksi serbuk biji salak selama setahun terakhir bersama warga.

Proses produksi serbuk biji salak masih dilakukan secara manual. Karena itu, warga hanya dapat memproduksi 5 kg serbuk biji salak dalam satu hari. Pemasaran pun dilakukan dari mulut ke mulut. Supriyono mengaku serbuk biji salak yang telah dibuat minuman memiliki aroma buah salak. Serbuk biji salak juga memiliki unsur rasa manis. “Bedanya dengan kopi, minuman biji salak ini masih ada aroma salaknya dan tidak perlu dikasih gula banyak sudah manis,” terangnya.

Ide membuat kopi biji salak datang dari putra Supriyono, yang memperoleh informasi tentang manfaat kenthos dari internet. Berawal dari itu, Supriyono menganggap sebagai sebuah peluang. Itu mengingat sebagian besar masyarakat Turi bekerja di kebun salak. Selain dijual utuh, sebagian salak disulap menjadi makanan olahan kemasan. Di antaranya, jenang salak atau dodol salak.Produksi makanan olahan hanya mengambil dagingnya, bijinya pun menjadi limbah.

Supriyono menyebut produk itu sebagai kopi biji salak karena bentuknya yang mirip kopi. Tapi, jelas itu bukanlah kopi pada umumnya yang mengandung kafein. Hanya wujudnya yang seperti bubuk kopi. ***

1 KOMENTAR

  1. Haiii….. Terimakasih atas informasinya yang sangat menarik dan bermanfaat. Seiring perkembangan zaman yang serba menggunakan teknologi canggih ini, informasi apapun dapat dengan mudah didapatkan di internet. Cara membuat kopi dari biji salak ini pun tersedia banyak referensinya bahkan disertai dengan gambar step langkahnya juga. Jangan lupa kunjungi laman web kampus kami tercinta walisongo.ac.id

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini