OJK Apresiasi Kerjasama Kemitraan Wilmar dan Petani Sawit Dalam Meningkatkan Produktivitas

0

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengapresiasi Kerjasama kemitraan Kemitraan antara Wilmar dengan petani dalam meningkatkan produktivitas kebun milik petani.

Hal tersebut disampaikan Mahendra saat bertemu dengan para petani kelapa sawit di Desa Bumi Harapan, Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan (Sumsel), Senin, 31 Juli 2023.

Menurut Mahendra, Wilmar telah melakukan Kerjasama dan pembinaan terhadap petani sawit sejak tahun 1993 dengan capaian yang luar biasa. Untuk itu, Mahendra berharap Kerjasama kimitraan ini bisa menjadi model Kerjasama perusahaan lain.

“Produktivitas kebun petani meningkat 2-3 kali lipat dibandingkan sebelumnya. Sehingga kesejahteraan petani pun turut meningkat,” katanya.

Mahendra berpendapat, sawit telah menjadi penentu dan penopang kuat saat Indonesia melalui masa pandemi. Ini lantaran Indonesia merupakan negara produsen minyak sawit terbesar di dunia.

“Minyak kelapa sawit Indonesia mendominasi kebutuhan minyak nabati global dan belum tergantikan hingga saat ini, sehingga perlu kita dorong produktivitasnya dan kita bantu pembiayaannya,” ujar

Lebih lanjut Mahendra menjelaskan, sebagai komoditas strategis Indonesia, sawit merupakan andalan neraca perdagangan nasional yang berkontribusi sebesar 13,5 persen terhadap ekspor nonmigas serta menyumbang 3,5 persen total PDB Indonesia.

Terkait hal tersebut, OJK pun terus berupaya meningkatkan kesejahteraan petani sawit melalui perluasan pembiayaan perbankan dengan skema pendanaan yang inovatif dan feasible yang diharapkan juga bisa meningkatkan produksi sawit nasional.

“OJK mengupayakan peningkatan akses keuangan para petani sawit karena ini jelas merupakan skema pembiayaan berkelanjutan dan menopang tiga pilar dari sustainable finance yaitu peningkatan kesejahteraan, melindungi lingkungan hidup, dan untuk pertumbuhan ekonomi,” tuturnya.

Menurutnya, kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan OJK dalam mendukung pembiayaan kepada petani kelapa sawit serta peningkatan produktivitas sektor perkebunan kelapa sawit, yang sebelumnya juga telah dilaksanakan pada Maret 2023 lalu di Pekanbaru, Riau.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kelapa sawit di Indonesia sebesar 45,58 juta ton pada 2022. Sumatra Selatan menjadi salah satu provinsi yang penyumbang produksi kelapa sawit yakni sebesar 3,45 juta ton atau 7,57 persen.

Sementara itu, data Dinas Perkebunan Provinsi Sumatra Selatan, potensi luas lahan perkebunan di Provinsi Sumatra Selatan didominasi oleh karet sebesar 1,27 juta hektare (ha), diikuti kelapa sawit 1,05 juta ha, kopi 250 ribu ha.

Pada 2022, tercatat lima kabupaten penghasil sawit terbesar di Sumatra Selatan yaitu Kabupaten Banyuasin menjadi penghasil kelapa sawit terbesar dengan total 569 ribu ton. Kemudian disusul oleh Kabupaten Musi Rawas dengan total produksi sebesar 427 ton, Kabupaten Ogan Komering Ilir sebesar 370 ribu ton, Kabupaten Musi Rawas Utara 305 ribu ton, serta Kabupaten Muara Enim 222 ribu ton.

“Melihat besarnya potensi ekonomi kelapa sawit ini, OJK bersama stakeholder terkait akan terus mendukung petani sawit untuk mendapatkan akses pendanaan dengan lebih mudah, mendorong pengelolaan proses perkebunan dan penjaminan kualitas produk sehingga produktivitas petani sawit dapat terjaga,” tegasnya.

Dalam kesempatan itu, diserahkan penyaluran kredit/pembiayaan oleh BPD Sumsel Babel, BRI, dan Bank Mandiri kepada perwakilan petani kelapa sawit di Desa Bumi Harapan, Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan dengan total kredit sebesar Rp273 miliar.

Plantations Head Wilmar Indonesia Simon Siburat menilai, adanya kegiatan bantuan pembiayaan kegiatan peremajaan kelapa sawit (PSR) kepada para petani sangat baik.

“Sudah jelas kalau dana itu berasal dari pemerintah, karena dana dari pemerintah tidak cukup maka harus dibantu oleh perbankan. Itu sudah jelas hal itu harus dipahami oleh masyarakat luas supaya mereka mengetahuinya,” katanya.

Menurutnya peremajaan perkebunan sawit atau replanting  itu sangatlah penting, seperti yang dilakukan di lahan plasma binaan PT Wilmar International Plantations di Kabupaten OKI ini.

“Sampai sekarang buktinya banyak petani yang komitmen sesuai arahan kita dan tujuan kita itu penting. Terpenting lagi petani harus paham bahwa sawit ini harus berkembang,” kata Simon Siburat.

“Kebanyakan masyarakat ini hanya mengerti jika plasma ini ada dana talangan, itu yang kadang-kadang membuat mereka susah karena tidak paham prosesnya begitu dan itu yang akan kita coba paham kan masyarakat kalau sawit ini merupakan investasi,” ujar Simon Siburat.

“Jadi mereka harus menjaga dengan baik dan harus komitmen,” sebutnya.

Dijelaskan Simon untuk luasan lahan perkebunan kelapa sawit masyarakat (plasma) binaannya di Provinsi Sumatera Selatan yaitu 12.000 hektar atau sekitar 24.000 orang petani.

“Usaha kita untuk meningkatkan kualitas sawit plasma agar maksimal yaitu dengan melakukan replanting terlebih dahulu. Kalau mereka tidak melakukan peremajaan maka mereka masih memakai bibit-bibit sawit yang lama yang kurang jelas kualitasnya,”

“Seperti di OKI ini kegiatan replanting sawit hampir selesai dan semuanya menggunakan bibit dari kita dan hasilnya lebih bagus bisa 6 ton sawit yang dihasilkan perhektarnya,” ungkapnya.

Selain kualitas bibit unggul yang dipakai, kedepan setiap pokok pohon akan dilakukan perawatan dan pemupukan yang maksimal.

“Para petani melalui KUD (Koperasi Unit Desa) juga sudah mulai mengikuti sesuai arahan dari kita dan kita yang memberikan pendampingan dari segi pupuk dan lainnya tetapi mereka mengurusnya secara mandiri,”

“Sawit itu di ibaratkan, kalau kita menjaga dengan baik maka dia juga akan menjaga kita,” paparnya.

Bantuan Modal

Dalam kesempatan tersebut, Mahendra juga menyaksikan pemberian dukungan pembiayaan perbankan kepada petani kelapa sawit di Sumsel melalui Koperasi Unit Desa (KUD), dengan mekanisme pembiayaan dana dari BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit) melalui perbankan; bank Mandiri, BRI dan Bank Sumsel Babel.

“Seperti yang kita lihat pembiayaan kepada 3.900 orang petani melalui 9 KUD yang memiliki luasan lahan 7.004 hektar dengan total pembiayaan 273 milyar,” ujarnya kepada awak media.

Dirinya menyebut itu merupakan biaya yang cukup besar secara keseluruhan dan untuk kabupaten OKI sebelumnya juga telah melakukan peremajaan sawit atau replanting terhadap 21.000 hektar lahan sawit.

“Jadi total untuk luasan lahan replanting pada tahun 2023 ini mencapai 28.000 hektar atau atau sekitar 45 persen. Kalau itu kita jaga terus proses penanaman, pertumbuhan dan perawatan yang baik. Maka akan pasti menumbuhkan produktivitas,” jelasnya.

“Sebab apa yang sudah ada sekarang, setidaknya dengan pembibitan dan pengelolaan yang baik akan tumbuh hasil buah sawit beberapa kali lipat,” ungkapnya.

Tentunya dengan adanya meningkatkan hasil panen, maka kesejahteraan para petani sawit ini juga akan jauh meningkat.

“Selain itu dengan pembiayaan yang lengkap mulai penanaman, pembibitan sampai kepada panen. Tidak lagi menjadi tantangan bagi petani pada saat sebelum panen,” urainya.

Disebutkan Mahendra, untuk peran OJK sendiri untuk memfasilitasi dan mengkoordinasikan agar bersama-sama kementrian kordinator bidang perekonomian.

“Jadi kita mendorong agar apa yang sudah disiapkan dalam skema-skema pembiayaan tadi itu bisa saling mengisi sehingga dapat menjadi skema yang utuh,” ucapnya.

Tentunya besar harapannya agar kedepan skema pembiayaan ini terus diperkuat. Supaya bisa akses juga kepada pembiayaan KUR (kredit usaha rakyat) kegunaan untuk membeli alat pertanian.

“Kabupaten OKI merupakan salah satu pilot projects dan secara persentase lahan yang telah di replanting merupakan yang terbesar di Sumatra Selatan ini,” pungkasnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini