BOGOR – Impian pertanian di masa depan adalah pertanian modern dan sejajar dengan negara maju di sektor pertanian. Untuk mencapainya, Menteri Pertanian Amran Sulaiman menuturkan bahwa transformasi pertanian dari konvensional ke modern harus dilakukan di semua tempat di Indonesia.
Namun untuk menghadapi era pertanian 4.0, diperlukan akselerasi smart farming dan Amran berharap para peneliti dan stakhe hokder yang tergabung dalam Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI) mampu mengambil peran tersebut untuk membantu Pemerintah.
āIlmu yang dimiliki Indonesia sudah cukup, saatnya mengimplementasikan. Karena yang bisa mengubah negeri adalah teknologi baru. Sehingga kita bisa sejajar (teknologinya) dengan negara maju,ā kata Amran saat Kongres dan Seminar Nasional PERAGI di Kampus Penelitian Cimanggu, Bogor, Selasa (24/9/2019).
Menurut Amran hal tersebut bukanlah sulit karena dengan teknologi Indonesia sudah berhasil membuat jagung 2 tongkol. Bahkan sekarang tengah uji coba jagung 4 tongkol yang bisa mencapai produktivitas 20 ton per hektar.
Contoh lainnya adalah Belgian Blue yang dengan teknologi transfer embrio, sehingga bisa menghasilkan sapi jenis Belgian Blue di Indonesia. Itu untuk on farm.
Sedang untuk off farm, kata Amran, Pemerintah dalam hal ini Kementan sudah melakukan sosialisasi drone untuk menanam padi, drone untuk pupuk dan pestisida, ada autonomous traktor juga, begitupula robot untuk tanam padi.
Ketua Umum PERAGI yang sebelumnya menjadi Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Andi M. Syakir menuturkan, PERAGI siap membantu Pemerintah mengisi peran tersebut.
Untuk itu, seminar nasional kali ini menitikberatkan terhadap rekomendasi ahli agronomi untuk Pemerintah sebagai akselerasi Smart Farming di era pertanian 4.0. Setidaknya terdapat 187 paper yang didiskusikan dalam Seminar Nasional Akselerasi Smart Farming Era Industri 4.0, sejak tanggal 23 – 24 September 2019.
Syakir merasa optimis mampu mengubah tantangan pertanian di era 4.0 menjadi sebuah peluang. āDengan adanya modernisasi pertanian, PERAGI akan mengimplementasikan ilmunya dan semakin berkontribusi terhadap peningkatan dan efisiensi produksi,ā tutur Syakir.
Menurutnya, tidak ada lompatan di bidang onfarm dan produktivitas yang efisien jika tidak didukung oleh agronomi. Karenanya, PERAGI harus siap menciptakan, menghasilkan produk pertanian yang bernilai tinggi.
Syakir yakin PERAGI, sebagai sebuah organisasi profesi dan kepakaran yang terdiri dari pakar-pakar basis agronomi termasuk agropreneur yang bergerak di bidang agronomi, memiliki potensi besar dalam membangun pertanian Indonesia melalui peran sebagai agronom modern, sehingga produktivitas dan daya saing pertanian meningkat.
āPERAGI akan merespon tantangan tersebut karena kemajuan pertanian di Indonesia, disiplin ilmu agronomi menjadi pelopor dan induknya,ā tuturnya.
Selain itu, lanjut Syakir, PERAGI akan berperan melalui pengembangan teknologi budidaya yang dapat meningkatkan efisiensi produksi, sehingga selain dapat mendorong produktivitas juga dapat meningkatkan pendapatan petani.
“Peningkatan daya saing komoditas pertanian menjadi salah satu fokus PERAGI karena hal tersebut merupakan prasyarat penting untuk bersaing dengan negara lain. Terkait daya saing,” ujar Syakir.
PERAGI juga akan membantu pemerintah menyiapkan para generasi muda Indonesia untuk menjadi petani modern dengan mempromosikan teknologi budidaya pertanian secara cerdas atau yang disebut Smart Farming. “Teknologi ini diyakini selain dapat menarik minat generasi muda untuk mau menjadi petani, juga dapat mendorong peningkatan dan daya saing produk pertanian,” jelas Syakir lagi.
Smart Farming merupakan salah satu jalan menuju pertanian pada era industri 4.0 nantinya akan ditentukan oleh ketersediaan data yang besar (big data), kecerdasan buatan (artificial intelligence), dan kreativitas (creativity).
“Melalui ketiga syarat tersebut, budidaya pertanian akan berkembang ke arah pemenuhan pangan yang sesuai dengan kebutuhan individu, ramah lingkungan, efisien, dan efektif. Dengan demikian diharapkan para generasi milenial lebih tertarik untuk menekuni usaha pertanian dalam menunjang ekonomi keluarganya,” kata Syakir. ***