PT Kencana Sawit Indonesia (KSI), Grup Wilmar bersama Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Sumatera Barat dan Yayasan Kalaweit Indonesia melepasliarkan empat individu Siamang (Symphalangus syndactylus).
Pelepasan dilakukan di area bernilai konservasi tinggi (high conservation value/HCV) di Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat pada Selasa, 22 Februari lalu.Keempat individu tersebut diberi nama Napoleon, Ita, Amin, dan Kajol.
Sebelumnya, mereka terlebih dahulu direhabilitasi di Lembaga Konservasi Khusus Pusat Rehabilitasi Satwa Kalaweit Sumatra Supayang.
Menjelang pelepasliaran, keempatnya dihabituasi selama tiga bulan untuk menjaga sifat liarnya. Pelepasliaran ini dilakukan setelah Siamang menjalani masa pengenalan habitat selama tiga bulan di kandang habituasi.
Hadir dalam acara tersebut, Kepala BKSDA Sumatera Barat Ardi Andono mengapresiasi upaya Pusat Rehabilitasi Satwa Kalaweit Sumatra Supayang dan PT KSI yang telah berperan aktif dalam pelestarian satwa liar di Sumatera Barat.
Hal itu merupakan cerminan kolaborasi pentahelix yang melibatkan pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (NGO), pengusaha, peneliti, dan media.
“Kekayaan alam harus bersama kita jaga. Satwa liar adalah elemen dari keseimbangan rantai makanan,” ujar Ardi.
Pelepasliaran Siamang ini berlokasi di Bukit Tengah Pulau dan Bukit Salo seluas 800 hektar (ha) yang dikelola PT KSI. Saat ini, terdapat enam pasang atau 12 individu Siamang yang berhasil dilepasliarkan dan beradaptasi di kedua lokasi tersebut.
Keberhasilan pelepasliaran itu ditandai dengan kemampuan satwa beranak secara alami dan telah lahir lima individu baru. Mereka dinamakan Kino Junior, Jaka, Nando, Heppy, dan Ardi. Total Siamang yang hidup liar di area HCV saat ini sebanyak 17 individu. Keberhasilan itu juga ditandai dengan tidak adanya konflik sesama satwa liar.
Indonesia Conservation Lead Wilmar Syahrial Anhar Harahap mengatakan, kerjasama tersebut tidak sebatas hanya menyediakan area HCV untuk konservasi, melainkan juga terdapat kegiatan lain, seperti sosialisasi kepada masyarakat dan pihak-pihak terkait lainnya.
PT KSI bersama beberapa pihak, seperti BKSDA, NGO, dan perguruan tinggi juga memonitor keberhasilan adaptasi Siamang di area HCV.
Area HCV PT KSI saat ini seluas 1.700 ha, dan sekitar 800 ha diantaranya digunakan sebagai lokasi konservasi siamang yang bekerjasama dengan BKSDA Sumatera Barat dan Yayasan Kalaweit.
“Kerjasama ini bertujuan melestarikan dan mengembalikan Siamang ke alam,” kata Anhar.