Salah satu sektor potensial yang mampu meningkatkan kesejahteraan selain untuk memenuhi kebutuhan dasar adalah pertanian. Pasalnya, produk pertanian Indonesia sangat kompetitif di pasar internasional jika dikelola dengan baik dan sesuai dengan persayaratan dan ketentuan negera tujuan.
Hal itu disampaikan Wakil Ketua MPR RI, Sjariefuddin Hasan saat melakukan kunjungan di laboratorium Vapor Heat Treatment (VHT) Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Senin (13/5).
“Intinya adalah bagaimana agar kita bisa melakukan diversifikasi produk untuk diekspor sehingga petani itu bisa mendapatkan nilai tambah dan juga bisa mendapatkan revenue, pendapatan yang lebih besar. Nah, kalau itu dapat dicapai maka kami berpandangan bahwa kesejahteraan rakyat itu akan semakin meningkat,” kata Sjariefuddin.
Menurut Sjaruefuddin, fasilitas laboratorium yang dimiliki BPOPT jika dimaksimalkan dan berkolaborasi dengan pelaku usaha bisa mengakselerasi penetrasi produk pertanian ke mancanegara diantaranya Jepang.
“Pasar Jepang kan termasuk pasar yang cukup besar sekali dan ternyata BBPOPT sudah melakukan riset bagaimana agar OPT yang ada di buah-buahan bisa dihilangkan sehingga bebas dan bisa masuk pasar Jepang. Yang belum adalah bagaimana agar ini disosialisasikan kepada pemerintah Jepang bahwa kita sudah melakukan ini loh,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala BBPOPT, Yuris Tiyanto mengungkapkan bahwa laboratorium VHT selama ini telah melakukan kajian dan perbanyakan masal lalat buah, serta disinfestasi lalat buah dengan perlakuan uap panas pada buah-buah tropik di Indonesia.
“Secara Nasional, teknologi VHT ini dapat membuka peluang ekspor buah kita ke negara tujuan yang mempersyaratkan perlakuan uap panas. Potensi ekspor mangga gedong ke Jepang berdasarkan data dari Badan Karantina Indonesia sebesar 7.000 ton per tahun dengan nilai ekonomi bisa mencapai Rp 140 miliar per tahunnya,” ungkap dia.
Namun, Yuris melanjutkan, untuk saat ini, mangga gedong yang akan diekspor masih terbatas dari Provinsi Jawa Barat.
Terbukanya pasar ekspor mangga ke Jepang ini menurut Sjariefuddin tentunya akan menarik investasi dan manfaat lainnya adalah terbukanya lapangan kerja baru di Indonesia.
“Kalau petani kita sejahtera maka MPR akan senang hati karena bisa dengan gampangnya untuk mensosialisasikan tentang Pancasila. Kalau kita sosialisasikan Pancasila tapi perutnya lapar orang gak mau denger,” pungkasnya.
Sebagai informasi, sentra produksi mangga di Indonesia adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Bali, Banten, Sumatera Utara, dan Nusa Tenggara Timur. Produksi mangga Jatim di tahun 2023 mencapai 1.488.890 ton, disusul Jateng dan Jabar masing-masing 575.269 ton, 438.295 ton.