Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah mengkaji potensi Lahan Kering Masam (LKM) sebagai sumber daya alternatif untuk meningkatkan produktivitas sawit secara produktif dan ramah lingkungan.
Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) BRIN, Puji Lestari dalam sambutannya menegaskan bahwa riset kelapa sawit harus mendapat dukungan penuh karena perannya yang sangat strategis dalam ekonomi nasional.
“Produktivitas sawit kita masih jauh dari potensi genetiknya. Untuk itu, riset dan inovasi berperan penting dalam menciptakan sistem produksi yang efisien dan berkelanjutan,” ujar Puji dalam sebuah webinar baru-baru ini.
Lahan kering masam sendiri tersebar luas di Indonesia, terutama di Kalimantan dan Sumatera. Jenis tanah seperti Ultisols, Oxisols, dan Inceptisols mendominasi kawasan ini, dengan karakteristik alami yang masam, miskin hara, berstruktur lemah, dan rentan erosi.Â
Meski demikian, penelitian menunjukkan bahwa LKM berpotensi besar untuk dioptimalkan melalui pendekatan intensifikasi.
Pendekatan ini mencakup pemupukan berimbang, ameliorasi tanah, penerapan teknologi konservasi lahan dan air, serta penggunaan bibit unggul berkualitas tinggi. Dengan manajemen berbasis ilmu pengetahuan, LKM dapat bertransformasi dari lahan marginal menjadi kawasan produktif dan ramah lingkungan.
Lebih lanjut, Puji menyoroti bahwa pengelolaan lahan berbasis Best Management Practices (BMP), seperti pemupukan 4T (tepat jenis, dosis, waktu, dan tempat), penggunaan pupuk organik, biochar, serta konservasi tanah dan air, terbukti mampu meningkatkan produktivitas sekaligus menjaga keseimbangan ekosistem.
Namun, tantangan sosial-ekonomi di tingkat lapangan masih menjadi kendala signifikan.
“Lemahnya kelembagaan petani, rendahnya adopsi teknologi, dan fluktuasi harga tandan buah segar (TBS) menjadi hambatan utama yang harus kita jawab dengan kolaborasi riset dan kebijakan yang kuat,” tegas dia.
Puji juga menekankan pentingnya inovasi bahan tanam unggul. Program pemuliaan, teknik kultur jaringan, serta penerapan bioteknologi menjadi langkah strategis untuk meningkatkan produktivitas tanpa membuka lahan baru.
“Kualitas bahan tanam menentukan daya saing industri sawit nasional. Oleh karena itu, kolaborasi lintas sektor sangat diperlukan agar inovasi ini dapat diimplementasikan secara luas,” tambah dia.
Pendekatan Terpadu untuk Lahan Marginal
Kepala Pusat Riset Tanaman Perkebunan, Setiari Marwanto menambahkan bahwa kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan strategis yang memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Namun, kesenjangan antara hasil aktual dan potensi tanaman menjadi tantangan utama yang harus dijawab dengan pendekatan ilmiah dan inovatif.
“Teknologi perbenihan maju dan pengelolaan tanah presisi menjadi dua pilar penting dalam menjaga keberlanjutan sawit Indonesia,” ujar dia.
Setiari menegaskan, riset perbenihan unggul akan menentukan arah masa depan industri sawit yang adaptif terhadap perubahan iklim dan keterbatasan sumber daya lahan.
Dalam sesi paparan ilmiah, Suratman, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Tanaman Perkebunan BRIN, menjelaskan karakteristik dan tantangan pengelolaan tanah kering masam untuk pengembangan sawit.
“Tanaman sawit mempunyai toleransi tinggi terhadap kondisi tanah masam dan kemampuan beradaptasi terhadap periode defisit air jangka pendek berkat sistem perakarannya yang meluas dan dalam. Ini menunjukkan bahwa LKM berpotensi dikembangkan secara produktif asalkan dikelola dengan teknologi yang tepat,” jelas dia.
Menurut Suratman, kunci pengelolaan LKM terletak pada pendekatan multifaktor, mencakup pemanfaatan pupuk, biochar, kapur, bahan organik, serta penerapan strategi konservasi tanah dan air. Dia menambahkan, faktor sosial, ekonomi, budaya, dan kelembagaan juga berperan penting dalam menjamin keberhasilan implementasi di lapangan.
“Penerapan BMP bukan hanya meningkatkan hasil panen, tetapi juga menjaga efisiensi, konservasi sumber daya, dan keberlanjutan ekosistem. Hal ini memerlukan peran aktif petani, lembaga riset, dan pembuat kebijakan,” tegas dia.
Webinar yang ini juga menghadirkan Ardha Apriyanto, Plant Breeding Expert dari PT Astra Agro Lestari Tbk. Dia menyoroti pentingnya inovasi bahan tanam dalam mendukung industri sawit berkelanjutan. Melalui riset bersama antara BRIN, akademisi, dan sektor industri, diharapkan lahir varietas sawit unggul yang adaptif, produktif, dan ramah lingkungan.
BRIN menegaskan komitmennya dalam memperkuat riset strategis perkebunan nasional, khususnya dalam pemanfaatan lahan kering masam sebagai solusi inovatif untuk keberlanjutan sawit. Dengan riset, inovasi, dan kolaborasi lintas sektor, masa depan sawit Indonesia diharapkan menjadi lebih produktif, efisien, dan ramah lingkungan.






























