CPOPC Sebut Kritik Eropa Terhadap Kelapa Sawit Lebih Karena Persaingan Pasar

0
Ketua Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC), Witcak Darmosarkoro menjadi penanggap dalam sebuah Focus Group Discussion (FGD) bertajuk "Biodiesel untuk Negeri," yang digelar Sawitsetara, Jakarta, Kamis 18 Juli 2024. (Foto: Ist)

Ketua Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC), Witcak Darmosarkoro, mengkritik keras negara-negara Eropa yang kerap menyerang industri kelapa sawit Indonesia.

Dalam sebuah Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Biodiesel untuk Negeri,” Witcak menilai bahwa kritik tersebut lebih terkait dengan persaingan pasar global daripada isu lingkungan.

“Di Eropa sana selalu menghajar kita. Soalnya apa? Rebutan massa. Sebenarnya memang gitu ya, tetapi kalau mau perang itu ya yang bagus lah, jangan menjelek-jelekkan gitu,” kata Witcak.

Menurut Witcak, Eropa sering menjelek-jelekkan kelapa sawit dengan alasan lingkungan, padahal produk alternatif seperti soybean juga memiliki dampak lingkungan yang signifikan.

“Jadi, produksi satu hektare kelapa sawit itu sama dengan produksi delapan hektare soybean. Jadi yang merusak yang mana? Yang merusak soybean,” kata Witcak.

Apalagi jika dihitung dari kebutuhan pupuk dan pestisida, kelapa sawit jauh lebih ramah lingkungan. Hal ini sudah dilakukan beberapa penelitian oleh universitas, di antaranya Universitas di Jambi.

“Jadi, saya ingin meyakinkan bahwa langkah kita untuk biodiesel itu sudah sangat tepat. Apalagi keunggulan program biodiesel ini adalah menjaga harga petani,” kata Witcak.

Di samping itu, Witcak menyebutkan bahwa keunggulan sawit ini mempunyai kandungan tokotrienol, yang merupakan sumber vitamin E. Vitamin ini diklaim hanya ada pada minyak nabati sawit.

“Vitamin E itu sumber antioksidan yang luar biasa. Dan vitamin E yang ada di kelapa sawit itu kekuatannya 62 kali dari vitamin E yang lain, luar biasa sekali,” kata dia.

Karena itulah, Witcak mengatakan, CPOPC terus melakukan advokasi dan promosi di tingkat internasional, termasuk berkunjung ke PBB untuk menjelaskan manfaat kelapa sawit.

“Kegiatan yang paling utama itu adalah advokasi. Bahkan CPOPC ini juga sampai mendatangi PBB sana, mengatakan bahwa kelapa sawit itu sangat baik,” ujar Witcak.

CPOPC juga meluncurkan Program Young Elaeis Ambassador, yang melibatkan duta muda dari seluruh dunia untuk mempromosikan kelapa sawit melalui media sosial seperti TikTok dan YouTube.

Program ini bertujuan untuk memberikan informasi yang akurat dan melawan tuduhan negatif terhadap kelapa sawit.

“Jadi kita ambil dari seluruh dunia, mereka ngomong di TikTok, di YouTube, di mana saja, untuk menjelaskan bahwa kelapa sawit itu baik. Supaya mereka juga tahu, bahwa kita ini bukan orang bodoh,” sambung Witcak.

Witcak mengajak semua pihak untuk mendukung industri kelapa sawit dan membangun citra positifnya.

“Kita bisa menghadapi semuanya (tudingan negatif) itu dengan advokasi dan dukungan adik-adik sekalian. Jangan sampai kita di dalam negeri sendiri itu mengatakan bahwa kelapa sawit itu merusak hutan. Itu kan aneh sekali,” pungkas dia.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini