Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) akan segera melakukan penelitian menggunakan teknologi canggih dalam bidang rekayasa genetika untuk kopi.
Tujuannya adalah untuk menghadapi berbagai tantangan yang dihadapi tanaman kopi saat ini, seperti meningkatkan rasa kopi dan menjadikannya lebih tahan terhadap kondisi lingkungan yang berubah.
“Saya infokan bahwa dalam waktu dekat kita akan melakukan penelitian dengan teknologi advance yaitu rekayasa genetika untuk menjawab tantangan-tantangan kopi saat ini,” kata Kepala Pusat Riset Tanaman Perkebunan BRIN, Setiari Marwanto dikutip dari kanal YouTube CNBC, Senin (9/9).
Lulusan S3 Ilmu Tanah dari Kyoto University menyebutkan bahwa beberapa mitra, termasuk World Coffee Research, telah bergabung dengan BRIN untuk membangun penelitian kopi menggunakan teknologi canggih.
“Dari Prancis juga ada dan ke depannya mungkin ada beberapa yang juga merapat untuk membantu kita berkolaborasi bagaimana mendapatkan rekayasa kopi ini secara genetika dan molekuler tentu saja untuk menjadikan kopi unggul di Indonesia,” ujarnya.
Selain itu, Setiari menambahkan bahwa BRIN mendukung inisiasi daerah untuk mendaftarkan kopi-kopi khas mereka. Hal ini karena rasa dan mutu kopi sangat dipengaruhi oleh variabel kompleks seperti tanah dan iklim.
“Sehingga kita membantu mereka dengan membuktikan bahwa kopi-kopi itu memang khas dan berbeda dengan yang lain, kemudian kita daftarkan sebagai varietas lokal di daerah. Jadi, pemiliknya adalah Pemerintah Daerah itu,” katanya.
“Jadi ada pride dari di daerah kalau mereka menghasil kopi dan itu berdasarkan scientific base juga sehingga kita juga mendorong itu,” sambungnya.
Setiari juga menyebutkan bahwa BRIN telah menerapkan inovasi teknologi budidaya dengan menggunakan smart farming. Teknologi ini memungkinkan kita memberikan pengairan yang tepat untuk tanaman kopi
“Kita masih terus berupaya untuk bagaimana kita bisa membudayaakan kopi ini secara lebih presisi,” ungkap Setiari.
Dukungan Anggaran
Setiari menjelaskan bahwa penyediaan anggaran yang memadai sangat penting karena akan mempermudah mobilitas dan aktivitas periset.
“Kalau kita bicara anggaran ya ketika anggaran itu akan tersedia dengan baik itu akan jauh lebih memudahkan mobilitas dan aktivitas periset,” katanya.
Setiari menambahkan bahwa meskipun anggaran yang memadai sangat penting untuk mendukung mobilitas dan aktivitas periset, anggaran bukanlah segalanya.
“Yang lebih penting adalah memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. SDM yang unggul akan menjadi kunci utama dalam menghasilkan riset-riset yang berkualitas,” ungkap Setiari.
Sementara itu, Ketua Dewan Kopi Indonesia (Dekopi), Rachmat Pambudy, menambahkan bahwa meskipun dana bukan segalanya, hal tersebut tetap penting.
“Untuk menyekolahkan Pak Ari ke Kyoto University atau membeli peralatan canggih untuk memetakkan genom, tentu memerlukan biaya yang signifikan. Pertanyaannya adalah seberapa jauh pemerintah kita mendukung pembiayaan seperti ini,” ujarnya.
Pambudy berharap agar anggaran untuk penelitian, yang dapat meningkatkan pendapatan petani, negara, dan pertumbuhan ekonomi, diprioritaskan. Namun, dia mencatat bahwa anggaran untuk BRIN justru mengalami pengurangan.
“Jadi, penelitian-penelitian ini harus dibiayai oleh negara dan mendapat perhatian khusus. Kami berharap pemerintah, yang telah diawali oleh keinginan Pak Jokowi untuk meningkatkan produksi dan produktivitas, dapat mewujudkannya dengan membiayai penelitian lebih dulu,” kata dia.
Sebab, lanjut Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) ini, penelitian tidak hanya mencakup perbibitan, tetapi juga meliputi on-farm, pasar panen, pengolahan, dan pemasaran kopi.
“Karena penelitian tidak hanya di perbibitan tapi juga penelitian di on-farm, penelitian di pasca panen, penelitian di pengolahan, dan penelitian termasuk penelitian di pemasaran kopi kita juga,” pungkasnya.