Petani Kopi Butuh Bantuan Teknologi Budi Daya

0
petani panen kopi

Ketua 1 Dewan Kopi Indonesia (Dekopi), Rachmat Pambudy, menekankan pentingnya dukungan dari berbagai pihak dalam penerapan teknologi untuk budi daya kopi.

Dilihat dari kanal YouTube CNBC, Pambudy menekankan, meskipun teknologi dan penelitian dalam perbibitan kopi sudah sangat mendalam dan canggih, adopsi oleh para petani tidak selalu terjadi dengan cepat.

“Ini yang justru kami harapkan untuk segera didiseminasikan, karena adopsi para petani ini kan tidak secepat yang kita harapkan. Jadi, kalau peneliti kita sudah menemukan tentu saja kita sangat membutuhkan para penyuluh kita supaya hasil penelitian segera sampai ke petani,” ujar Pambudy.

Pambudy juga menyoroti pentingnya pemetaan genom kopi, yang memungkinkan rekayasa genetika kopi dilakukan dengan cara yang sangat efisien dan cepat. Dengan pemetaan genom ini, pengembangan varietas kopi unggul dapat berlangsung lebih cepat dan efektif.

“Jika genom sudah dipetakkan dan tersedia, apa yang diharapkan oleh Setiari (Kepala Pusat Riset Tanaman Perkebunan BRIN) akan segera bisa diwujudkan melalui rekayasa genetika kopi yang canggih, memberikan efek multipliser yang besar,” katanya.

Kemudian, lulusan S3 Penyuluhan dan Pembangunan IPB ini juga menyinggung mengenai adopsi teknologi CRISPR (Clustered Regularly Interspaced Short Palindromic Repeats) oleh peneliti di Indonesia.

“Karena ini bukan hanya membutuhkan peralatan yang canggih tapi juga keahlian para peneliti kita untuk membuat jenis kopi baru dengan teknologi baru dengan peralatan baru,” kata Pambudy.

Lebih lanjut, Pambudy mengingatkan tentang perlunya kehati-hatian terkait kopi hasil rekayasa genetika (GMO). “Kita harus hati-hati jika ada kopi GMO yang mungkin berpengaruh pada kemurnian kopi kita. Diskusi antara petani, peneliti, penyuluh, pedagang kopi, dan seluruh stakeholder kopi sangat penting untuk mengatasi isu ini,” ungkapnya.

“Kita juga harus hati-hati kalau nanti ada GMO Kopi yang nanti akan berpengaruh kepada  kemurnian kopi kita. nah hal semacam ini akan menjadi ranah yang perlu kita diskusikan antara petani, pengguna kopi, para peneliti kopi, para penyuluh kopi, para pedagang kopi kita dan juga para seluruh stekholder kopi kita,” katanya.

Pambudy juga menekankan pentingnya keselarasan antara peneliti, petani, dan kebutuhan pasar kopi internasional. “Jadi, kopi kita dari Aceh sampai Papua itu mempunyai kekhasan masing-masing dan ini membutuhkan dukungan para peneliti kita,” katanya.

Oleh karena itu, dukungan anggaran untuk BRIN sangat penting. Meskipun biaya bukan segalanya, anggaran memainkan peran krusial dalam memastikan penelitian dan pengembangan dapat dilakukan secara optimal.

“Saya mendengar bahwa anggaran BRIN justru mengalami pengurangan. Kita harapkan dana untuk penelitian yang dapat meningkatkan pendapatan petani, pendapatan negara, dan pertumbuhan ekonomi dapat diprioritaskan,” katanya.

Dengan demikian, penelitian-penelitian ini harus dibiayai oleh negara dan mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Diharapkan pemerintah akan mewujudkan komitmen tersebut dengan memberikan prioritas pada pembiayaan penelitian terlebih dahulu.

“Kita harapkan pemerintah kita ke depan yang sudah diawali oleh keinginan Pak Jokowi untuk meningkatkan produksi dan produktivitas itu diwujudkan dengan membiayai penelitian lebih dulu,” katanya.

Sebab, lanjut Pambudy penelitian tidak hanya mencakup perbibitan, tetapi juga meliputi on-farm, pasar panen, pengolahan, dan pemasaran kopi.

“Karena penelitian tidak hanya di perbibitan tapi juga penelitian di on-farm, penelitian di pasca panen, penelitian di pengolahan, dan penelitian termasuk penelitian di pemasaran kopi kita juga,” pungkasnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini