Kementerian Perdagangan melalui Atase Perdagangan Washington D.C. menyelenggarakan pemutaran pratinjau film (screening movie preview) Legacy of Java yang merupakan film dokumenter kopi asal Indonesia.
Film tersebut ditayangkan di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Washington D.C., Amerika Serikat (AS) pada 23 Agustus 2024.
Atase Perdagangan Washington D.C. Ranitya Kusumadewi, mengatakan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk mempromosikan kopi Indonesia.
“Pemutaran pratinjau film menjadi platfom yang baik untuk memperkenalkan kopi Indonesia pada masyarakat Washington D.C. Kegiatan ini merupakan upaya penjenamaan kopi khas Indonesia yang mempunyai keunikan tersendiri, cita rasa, dan kualitas tinggi,” jelas Ranitya.
Rerata masyarakat AS minum hampir tiga cangkir kopi dalam sehari. Tingginya konsumsi kopi di AS merupakan peluang besar dalam mempromosikan kopi Indonesia yang memiliki berbagai varian dan keunggulan.
Ranitya menjelaskan, pemutaran pratinjau film Legacy of Java dapat meningkatkan pemahaman pecinta kopi di Washington D.C. terhadap proses kopi Indonesia hingga akhirnya disajikan.
“Kami berharap kegiatan ini dapat memberikan pemahaman pecinta kopi di Washington D.C. mengenai latar belakang dan eksistensi, serta jenis-jenis kopi Indonesia dengan karakteristik unik berdasarkan lokasi kopi tumbuh,” ungkap Ranitya.
“Selain itu, cara kopi Indonesia didapatkan melalui proses yang cukup panjang yang melibatkan berbagai individu, hingga akhirnya bisa dinikmati,” sambungnya.
Sutradara film Legacy of Java, Budi Kurniawan, yang turut hadir menyampaikan bahwa film tersebut merupakan kelanjutan film dokumenter Aroma of Heaven yang ditayangkan pada 2014 lalu.
Film Aroma of Heaven mengajak penonton untuk mengapresiasi kekayaan kopi Indonesia, menandingi dominasi merek luar negeri, serta merenungi hubungan antara apresiasi terhadap kopi dan lingkungan.
Budi juga menjelaskan, film Legacy of Java dibuat untuk melihat lebih dekat relasi antara manusia dalam merawat alam secara keberlanjutan untuk generasi mendatang dan menceritakan tentang perjalanan panjang kopi Indonesia.
Selain itu, film ini dibuat untuk mengedukasi audiens atas gambaran dan pembelajaran lengkap dalam konteks kopi Jawa.
Ketua Gabungan Perusahaan Perkebunan Indonesia (GPPI), Delima Hasri Azahari menyampaikan, perkembangan industri kopi terkini di Indonesia. Sementara perwakilan Orang Utan Coffee memaparkan informasi terkait keanekaragaman hayati kopi Indonesia.
Usai pemutaran pratinjau film Legacy of Java, acara dilanjutkan dengan mencicipi kopi dan diskusi hangat seputar kopi Indonesia termasuk isu keberlanjutan kopi Indonesia.
Coffee tasting disajikan oleh Dua DC Coffee yang merupakan kedai kopi pertama asal Indonesia di Washington D.C. dan The Klasik Beans Cooperative yang merupakan koperasi petani kopi organik ramah lingkungan asal Gunung Puntang, Garut, Jawa Barat.
Ranitya menuturkan, diskusi kopi akan menjadi agenda rutin yang diselenggarakan di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Washington D.C.
“Selain dapat mempromosikan dan penjenamaan kopi Indonesia, diharapkan kegiatan ini memperluas jejaring antara pecinta kopi sehingga dapat membantu mempromosikan kopi Indonesia, khususnya (specialty coffee Indonesia),” tambah Ranitya.
Konsumsi kopi rata-rata per orang di AS mencapai 4,2 kg per tahun. Ini menempatkan AS pada posisi ke-25 negara pengonsumsi kopi secara global.
AS merupakan negara tujuan ekspor kopi terbesar Indonesia dengan nilai ekspor mencapai USD 215,96 juta pada 2023, dengan pangsa pasar 23,20 persen dari total ekspor kopi Indonesia ke seluruh dunia.
Sementara itu Indonesia tercatat sebagai negara urutan ke-10 sebagai negara asal impor kopi untuk AS. Tiga negara utama asal impor kopi AS terbesar, yaitu Brasil senilai USD 1,41 miliar, Colombia senilai USD 1,40 miliar, dan Swiss senilai USD 1,10 miliar.