Menteri Pertanian (Mentan), Amran Sulaiman dengan Menteri Desa dan Pembangunan Desa Tertinggal (Mendes-PDT), Yandri Susanto menandatangani nota kesepahaman (MoU) terkait percepatan program pangan bergizi dan swasembada pangan.
Penandatanganan MoU yang berlangsung di Lapangan Upacara Kementerian Pertanian (Kementan) ini disaksikan langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas).
Amran menjelaskan, ada dua bagian yang tertuang di dalam MoU ini. Pertama adalah ada pangan bergizi dan kedua adalah swasembada pangan. Dalam konteks pangan bergizi, Kementan akan memberikan dukungan seperti benih, bibit, dan seterusnya.
“Nantinya adalah kita siapkan bahan baku untuk pangan bergizi. Saya ulangi, kita siapkan bahan baku untuk pangan bergizi. Bahan bakunya diambil dari sekitar di desa atau di sekitar dapur yang dibangun. Itu target kita,” jelas Amran di Jakarta, Rabu (6/11).
Bibit maupun benih ini nantinya akan diserahkan ke masyarakat desa. Di sinilah kata dia bentuk kolaborasi antara Kementan dengan Kementerian Desa PDT.
“Nanti muaranya adalah terjadi pergerakan ekonomi kerakyatan di desa. Jadi ,tidak perlu mengimpor atau mengambil dari kota atau dari tempat lain, tetapi bahan bakunya disiapkan di sekitar dapur pangan bergizi, seperti telur, ayam, sayur-sayuran, ikan, dan seterusnya,” tambahnya.
Kemudian untuk swasembada pangan, lanjut Amran, Kementan berkolaborasi dan sinergi dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan juga kepala desa karena desa merupakan ujung tombak terdepan.
“Ini kita akan membangun kluster pertanian modern. Sekarang kita sudah mulai dari Papua, kemudian Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Barat, Sumatera Selatan, Aceh, Kepri, Lampung. Nah, ini sentra-sentra produksi pangan kita,” kata Amran.
Sementara itu, Mendes PDT, Yandri Susanto menyebutkan, Kementerian PDT dan Kementan adalah dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Karena itu, MoU ini sangat penting dalam rangka menyukseskan swasembada pangan.
Menurut Yandri, desa merupakan aktor utama dalam membangun ketahanan pangan bagi Indonesia. Hal itu dikarenakan 73 persen atau sebanyak 200 juta orang Indonesia bermumkim di desa.
“Maka tagline kami yang terbaru sekarang, bangun desa, bangun Indonesia, desa terdepan untuk Indonesia,” kata Yandri.
Yandri meyakini dengan memberikan perhatian lebih kepada desa, program swasembada pangan bisa cepat terwujud. Pihaknya pun akan menggelontorkan 20 persen dana milik Kemendes-PDT untuk ketahanan pangan.
“Hari ini kita sudah tanda tangan tadi, maka kita ingin mempercepat swasembada pangan. Tahun 2025 dana desa Rp 71 triliun. Minimal 20 persen dari dana desa itu akan kita fokuskan untuk ketahanan pangan, yaitu swasembada pangan” kata Yandri.
Terkait dengan program pangan bergizi, dia mengungkapkan harapannya agar desa-desa di Indonesia dapat menjadi penggerak utama dalam menghasilkan bahan pangan yang berkualitas dan bergizi, sesuai dengan kearifan yang dimiliki masing-masing.
“Mimpi saya, masing-masing desa punya keunggulan. Kita tidak ingin desa menjadi penonton khusus di makan siang gratis. Jangan sampai desa yang punya pontensi jadi penonton. Saya berharap bahan bakunya di desa,” pungkasnya.