Presiden Joko Widodo (Jokowi) terus mendorong hilirisasi komoditas kopi sebagai upaya untuk meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan petani.
Saat meninjau perkebunan kopi di Desa Kambahang, Kecamatan Batubrak, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung, Presiden Jokowi menegaskan pentingnya industrialisasi dalam sektor pertanian, khususnya kopi.
“Kita memiliki 1,2 juta hektare kopi baik robusta maupun arabika di seluruh tanah air. Di Lampung Barat ini terbesar, ada 60.000 hektare, tapi yang banyak memang hampir 90 persen di sini adalah robusta, arabikanya kira-kira 10 persen,” ujar Presiden Jokowi, Jumat (13/7).
Presiden Jokowi mengatakan, harga kopi saat ini terus naik, meskipun kadang turun. Akan tetapi, secara tahunan naik terus dan volume ekspornya juga naik terus.
“Yang paling penting adalah produktivitas per hektarnya harus naik. Banyak yang masih 1 ton atau 2 ton per hektare, harusnya bisa mencapai 8 ton atau 9 ton seperti negara-negara lain,” tambah Presiden Jokowi.
Menurut Presiden Jokowi, produktivitas kopi akan terdongkrak bila ada perawatan tanaman yang lebih baik, penggunaan pupuk yang optimal, dan pengaturan jarak tanam yang tepat.
“Ini adalah tugas kita bersama bagaimana membuat produktivitas per hektarnya menjadi naik drastis, dan itu bisa terjadi kalau ada perawatan yang baik, ada pupuk yang baik, ada jarak tanam yang mungkin lebih rapat,” jelas Presiden Jokowi.
Selain meningkatkan produktivitas, mantan gubernur DKI Jakarta ini juga menekankan pentingnya hilirisasi.
“Semua komoditas pertanian kita harus masuk kepada industrialisasi dan hilirisasi. Saya melihat tadi di depan sudah banyak yang packaging-nya bagus, siap untuk diekspor,” kata Presiden.
Menurut Presiden Presiden, selama ini Indonesia masih terlalu banyak mengekspor komoditas dalam bentuk mentah.
“Harusnya semuanya tidak dalam bentuk mentahan. Kopi, coklat, sawit, dan komoditas pertanian perkebunan lainnya harus dihilirisasi,” tegas Presiden Jokowi.
Dengan mendorong hilirisasi, Presiden Jokowi berharap nilai ekspor komoditas pertanian Indonesia akan meningkat, yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan para petani.
Peningkatan subsidi pupuk juga disebutkan sebagai salah satu langkah nyata pemerintah untuk mendukung produktivitas pertanian.
“Pupuk sebsidi sekarang ini naik hampir dua kali lipat, subsidinya juga sama naik dua kali lipat. Kalau saya bertanya-tanyak kepada petani padi kemarin-kemarin dalam dua minggu ini nggak ada masalah. Kopi, saya belum lihat apakah ada masalah urusan pupuk,” pungkas dia.
Sementara itu, Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman menambahkan, luas areal kopi nasional tahun 2023 mencapai 1.268.905 hektare dengan rata-rata produksinya mencapai 756.097 ton atau terbesar keempat dunia dan menyumbang 6 persen kopi dunia.
Mentan Amran mengatakan, Indonesia memproduksi 91 persen kopi robusta dan 9 persen kopi Arabika, dengan nilai ekspor tahun 2020-2022 mengalami kenaikan sebesar US$ 326.451 atau 40 persen, dari sebelumnya US$ 821.932 menjadi US$ 1.148.383. Sedangkan volume ekspor naik sebesar 58.201 ton atau 15 persen dari 379.354 ton menjadi 437.555 ton.
Khusus provinsi Lampung, Mentan Amran menambahkan saat ini merupakan posisi kedua terbesar produksi kopi nasional dengan luas perkebunan mencapai 155.165 hektare atau 108.069 ton dengan dominasi kopi robusta.
“Yang menarik adalah petani kopi Lampung Barat sebagian besar menerapkan teknologi sambung pucuk pada budidaya kopi Robusta dan menghasilkan produktivitas 1,1 ton per hektare atau di atas produktivitas rata-rata Nasional 0,813 ton per hektar,” jelas dia..