Wilmar Padi Bermitra dengan Penggilingan Masyarakat Untuk Meningkatkan Kualitas

0

Komisi IV DPR RI mengajak PT Wilmar Padi Indonesia untuk bermitra dengan penggilingan masyarakat. Tujuannya, meningkatkan rendemen dan kualitas beras pada penggilingan masyarakat.

Hal tersebut disampaikan Ketua Komisi IV Sudin, saat melakukan kunjungan kerja ke penggilingan padi (Rice Milling Unit/RMU) PT Wilmar di Kawasan Industri Terpadu Wilmar, Serang Banten.

Kunjungan ini untuk melihat langsung persediaan pangan khususnya beras dalam negeri hingga saat ini jelang Natal dan Tahun Baru 2023 (Nataru). Hasil peninjauan menunjukkan stok beras di penggilingan padi dan pasar tersedia dan siap untuk memasok ke Bulog dalam memenuhi cadangan beras pemerintah sesuai harga pasar.

Dalam kunjungan kerja ini Ketua Komisi IV DPR RI, Sudin bersama anggota Komisi IV didampingi Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Suwandi, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi dan Dirut ID Food, Frans Marganda Tambunan dan Direktur Bisnis Perum Bulog, Febby Novita.

Kunjungan kerja di Serang pun berlanjut ke RMU PT. Wilmar yang berkapasitas 600 ton beras perhari dan sanggup memasok beras ke Bulog 5.000 ton dari Ngawi dan Serang.

PT Wilmar sudah beroperasi tiga pabrik yakni di Nganjuk, Mojokerto dan Serang. Pada 2021, menyerap gabah petani 230.313 ton gabah kering giling (GKG) dan tahun 2022 membeli gabah 331.546 ton GKG.

Seusai melihat langsung proses penggilingan padi, terintegrasi dengan pengemasannya, menggunakan perangkat tercanggih, milik PT Wilmar, Sudin bersama anggota Komisi IV DPR meyatakan apresiasi dan meminta Wilmar untuk bermitra dengan penggilingan padi masyarakat dan focus pada beras premium.

“Wilmar mampu membeli harga GKG karena memiliki efisiensi yang tinggi dan memiliki banyak produk samping, seperti minyak bekatul, sekam, menir atau butiran pecah sebagai bahan baku industri tepung beras,” kata Sudin.

Menurut Sudin, awalnya ada kekhawatiran kehadiran Industri penggilingan padi PT Wilmar bakal mematikan penggilingan padi masyarakat. Pasalnya, Wilmar membeli padi petani, Gabah Kering panen (HPP), di atas harga pokok, yakni dalam kisaran Rp 5800 hingga Rp 6100/kg.

Sementara HPP yang ditetapkan pemerintah merujuk pada Permendag No 24/2020, di tingkat petani Rp 4200/kg, di tingkat penggilingan Rp 4250/kg. Lalu gabah kering giling (GKG) di penggilingan Rp 5250/kg, sementara di gudang Bulog, Rp 5.300/kg.

“Dengan gambaran ini, jelas penggilingan padi masyarakat, tidak akan mampu bersaing dengan Wilmar, karenanya perlu ada solusi yang saling menguntungkan, yang tidak saling mematikan,”kata Sudin.

“Makanya akan lebih baik, bila PT Wilmar juga ikut membina penggilingan padi masyarakat dan menjadikan mereka sebagai mitra usaha,” lanjutnya.

Menurut Sudin, pihaknya mendapat informasi, sejak PT Wilmar beroperasi di Serang, awal tahun ini, sejumlah ada sejumlah penggilingan padi milik masyarakat di kawasan Banten, “mati suri”. Penggilingannya tak bisa beroperasi lantaran tak mendapatkan sumber bahan baku.

“Padi produksi petani diborong PT Wilmar dengan harga tinggi, dalam kisaran Rp 5800 hingga Rp 6100 perkilogram gabah kering panen. Bahkan, Komisi IV juga mendapat kabar , bahwa Wilmar menyetok beras dalam skala besar, yakni sekitar 1,2 juta ton,” kata Sudin.

Walau diakui Sudin, bahwa data yang disajikan oleh sejumlah institusi resmi pemerintahn tersebut, terkadang kurang akurat.

“Yaa.. termasuk data BPS, apa saudara saudara percaya dengan data BPS, kalau saya kurang begitu percaya,”ujarnya.

Untuk mengatasi kabar miring tersebut, lantas Sudin meminta, PT Wilmar lebih memilih memproduksi beras kualitas tinggi, premium dan juga komoditas pangan lainnya, seperti kedelai yang setiap tahunnya masih harus diimpor dalam skala besar.

“Beras premiun berkualitas tinggi memiliki pangsa pasar yang besar. Sebab dengan harga tinggipun, untuk segmen tertentu, beras kualitas ini masih dicari,” jelas Sudin.

Saronto Soebagio, Rice Business Head PT Wilmar Padi Indonesia saat menerima kunjungan mengatakan, sejatinya industri penggilingan padi masyarakat tidak perlu khawatir akan kehadiran Wilmar di sejumlah sentra produksi beras nasional.

Sebab misi yang dibawa PT Wilmar tidak semata business oriented, mengejar keuntungan sebesar besarnya semata hingga mengabaikan peran yang sudah dimainkan oleh kalangan industri penggilingan padi sebelumnya. Wilmar juga berkeinginan menjadi agen pembangunan yang siap bergandeng tangan dengan siapapun, termasuk juga dengan industri penggilingan padi masyarakat.

“Di Jawa Timur, sebagai wilayah awal PT Wilmar beroperasi, kami sudah menjalin kerjasama dengan sejumlah penggilingan, bahkan di Banten juga, kami sudah mulai melakukan pembicaraan dengan sejumlah penggilingan padi masyarakat,”ungkap Saronto.

Ditambahkan Saronto, PT Wilmar dalam kegiatan usahanya, lebih berorientasi pada peningkatan kesejahteraan petani, sebab petanilah yang menjadi ujung tombak berkembangnya kegiatan usaha yang dirintis PT Wilmar dalam industri pangan.
“Kini ada 5000 petani yang mengelola sawah seluas 4000 hektar yang telah menjadi mitra kerja Wilmar Padi,”kata Saronto.

Terhadap mereka, selain diberikan pelatihan dan penyuluhan teknis bertani sesuai dengan Good Agricultural Practices (GAP) atau Standar Operasional – SOP, perusahaan, juga dibantu modal kerja berupa dana bergulir yang besarnya Rp 6.500.000 untuk setiap musim panen. Dan hingga saat ini, lebih dari Rp 26 miliar yang sudah disalurkan kepada masyarakat petani.

“ Tahun depan, dana bergulir ini akan terus ditingkatkan hingga mencapai Rp 65 miliar untuk areal seluas 10 ribu hektar, termasuk untuk petani di daerah pengembangan, Sumatera Selatan dan Lampung, serta Sumatera Utara,”ujar Saronto.

Saranto sangat optimis misi yang diembankan dalam membangun bisnis pangan berbasiskan petani, bakal tumbuh dan berkembang. Sehingga manajemen PT Wilmar tak merasa khawatir dana bergulir yang diberikan kepada petani, bakal tak kembali.

“Kepatuhan dan disiplin petani dalam mengembalikan dana bergulir sangat tinggi, tak kurang dari 98 persen dana yang disalurkan kembali, dan dana ini pula yang kita berikan kepada petani, sebagai mitra baru PT Wilmar.”

Dan suatu yang sangat membanggakan, kata Saranto, dengan adanya peran PT Wilmar, tingkat pendapatan petani yang menjadi mitra Wilmar, setiap panen pendapatannya meningkat. Lumayan besar bagi petani, yakni tak kurang dari Rp 2 juta per musim panen, 3 bulan. Sementara saat ini, ada yang 3 kali panen, walau rata rata masih 2 kali panen dalam setahun.

“Tentu peningkatan Rp 2 juta per musim panen cukup besar bagi keluarga petani, dan inilah yang kami sampaikan, bahwa misi PT Wilmar, mensejahterakan petani,” pungkasnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini