
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencatat, ekspor sawit Indonesia pada Desember 2024 turun sebesar 21,88 persen. Ekspor bulan tersebut hanya mencapai 2.060 ribu ton, lebih rendah dibandingkan dengan 2.637 ribu ton pada November 2023.
Ketua Umum GAPKI, Eddy Martono, menyebutkan bahwa penurunan terbesar pada bulan Desember terjadi pada ekspor ke India sebesar 246 ribu ton, diikuti dengan tujuan China sebesar 39 ribu ton.
“Bangladesh, Malaysia, Amerika Serikat (AS), dan Uni Eropa juga mengalami penurunan, meskipun dalam jumlah yang lebih kecil,” kata Eddy dalam Konferensi Pers dan Syukuran HUT GAPKI ke-44 di Jakarta, Kamis (6/3).
Sebaliknya, kenaikan ekspor terbesar tercatat ke Pakistan sebesar 486 ribu ton dan Timur Tengah sebesar 164 ribu ton, sedangkan Rusia dan beberapa negara lain mengalami kenaikan dengan jumlah yang lebih kecil.
Adapun sepanjang tahun 2024, nilai ekspor CPO mencapai US$ 27,76 miliar (Rp 440 triliun), turun 8,44 persen dibandingkan tahun 2023 yang mencapai US$ 30,32 miliar (Rp 463 triliun).
Penurunan nilai ekspor terjadi untuk semua jenis produk kecuali oleokimia, meskipun dari segi harga FOB rata-rata dalam US$/ton, semua produk mengalami kenaikan.
Dengan kondisi produksi, konsumsi, dan ekspor demikian, stok CPO dan PKO di akhir tahun 2024 tercatat sebesar 2.577 ribu ton, lebih rendah 18,06 persen dari stok akhir tahun 2023 yang sebesar 3.145 ribu ton.
Terkait dengan produksi, Eddy mengatakan, produksi CPO bulan Desember 2024 mencapai 3.876 ribu ton, turun 10,55 persen dibandingkan dengan produksi bulan November 2024 yang mencapai 4.333 ribu ton. Produksi PKO juga turun menjadi 361 ribu ton dari 412 ribu ton pada bulan November.
“Dengan demikian, produksi CPO tahun 2024 mencapai 48.164 ribu ton, sedangkan PKO sebesar 4.598 ribu ton,” jelas Eddy. Secara total, produksi CPO dan PKO tahun 2024 mencapai 52.762 ribu ton, yang lebih rendah 3,80 persen dibandingkan dengan produksi tahun 2023 yang mencapai 54.844 ribu ton.
Untuk konsumsi CPO dan PKO bulan Desember 2024 mencapai 2.187 ribu ton, lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi bulan November yang mencapai 2.030 ribu ton. Kenaikan konsumsi terjadi untuk pangan, biodiesel, dan oleokimia.
Secara keseluruhan, konsumsi pangan pada 2024 mencapai 10.205 ribu ton, turun 0,90 persen dibandingkan 2023 yang mencapai 10.298 ribu ton. Konsumsi oleokimia tercatat 2.207 ribu ton, turun 2,69 persen dari 2.268 ribu ton di 2023, sementara konsumsi biodiesel naik menjadi 11.447 ribu ton, meningkat 7,51 persen dibandingkan 10.647 ribu ton pada 2023.
“Sehingga, secara total konsumsi tahun 2024 tercatat sebesar 23.859 ribu ton, yang 2,78 persen lebih tinggi dibandingkan konsumsi tahun 2023 yang tercatat 23.213 ribu ton,” ujar Eddy.
Proyeksi 2025
Dengan mempertimbangkan kecenderungan produksi, konsumsi dalam negeri—terutama kebijakan penggunaan biodiesel—serta tren harga dan suplai minyak nabati dunia, produksi minyak sawit Indonesia diperkirakan akan mencapai 53,6 juta ton, dengan konsumsi diperkirakan mencapai 26,1 juta ton, termasuk untuk biodiesel B40 sebesar 13,6 juta ton.
“Dengan perkiraan tersebut, ekspor diperkirakan akan turun menjadi 27,5 juta ton, lebih rendah dibandingkan ekspor tahun 2024 yang mencapai 29,5 juta ton,” imbuh Eddy.




























