Asian Agri Akan Bina 1.100 Petani Swadaya Raih Sertifikat RSPO

0

Manajemen perusahaan perkebunan sawit Asian Agri — yang konsesi kebun sawitnya terletak di Sumut, Riau dan Jambi — tengah mengupayakan setidaknya sekitar 1.100 petani swadaya yang menjadi binaannya akan memperoleh sertifikat RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) hingga akhir tahun 2023 ini.

Hal itu dikemukakan Ivan Novrizaldie, Sustainability Head Asian Agri seusai acara penyerahan sertifikat RSPO yang ke-3 kepada petani swadaya yang tergabung dalam Asosiasi Petani Sawit Swadaya Anugrah di Indragiri Hulu, Provinsi Riau, belum lama ini, di Hotel Mulia, Jakarta.

Menurut Ivan, saat ini jumlah petani binaan Asian Agri bersama Apical dan Kao yang telah mendapatkan sertifikat RSPO mencapai 628 petani yang terwadahi dalam 3 KUD (Koperasi Unit Desa) yang tersebar di Provinsi Sumatera Utara, Riau dan Jambi.

“Untuk tahun 2024 mendatang, kami merencanakan akan membina sekitar 1.000 petani swadaya yang akan terwadahi dalam 4 sampai dengan 5 KUD untuk mendapatkan sertifikat RSPO di tiga provinsi tersebut,” paparnya.

Melalui The SMallholder Inclusion for better Livelihood & Empowerment (SMILE) atau Program Inklusi Petani untuk Penghidupan & Pemberdayaan yang Lebih Baik yang diluncurkan pada tahun 2020, Asian Agri, Apical dan Kao telah berhasil meningkatkan semangat petani dan mendukung praktik berkelanjutan di industri kelapa sawit Indonesia.

Dengan fokus pada inklusivitas dan kolaborasi, program ini dengan bangga mengumumkan pencapaian koperasi ketiganya yang menerima Sertifikat Roundtable on Sustainable Palm
Oil (RSPO) pada Pertemuan RT RSPO 2023 di Jakarta, yang menghasilkan total sejumlah 628 petani swadaya dari program bersertifikat.

Petani memainkan peran penting dalam sektor kelapa sawit di Indonesia dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap total produksi minyak kelapa sawit negara. Namun, mereka menghadapi banyak tantangan dalam memenuhi kriteria keberlanjutan yang ketat
sambil berupaya meningkatkan produksi.

Karena jumlah petani swadaya saat ini kurang dari 20 persen dari total petani yang bersertifikat, maka tantangannya jelas. Menyadari pentingnya mengatasi kesulitan ini, Apical, Asian Agri, dan Kao bermitra untuk meluncurkan Program SMILE.

Program SMILE memainkan peran yang sangat penting dalam komitmen keberlanjutan Asian Agri dan Apical pada tahun 2030 untuk menuju pertumbuhan inklusif. Melalui Program SMILE, petani swadaya seperti Sutoyo, Ketua Asosiasi Petani Sawit Swadaya Anugrah di Indragiri Hulu, Provinsi Riau — yang bertanggung jawab atas 238 anggota dengan total lahan budidaya lebih dari 571 hektar — telah mendapatkan bimbingan dan dukungan dalam perjalanan mereka menuju keberlanjutan.

Koperasi Sutoyo telah mengatasi rintangan besar dalam meraih sertifikasi RSPO, yang merupakan bukti komitmen dan pendampingan yang diberikan oleh program ini. “Kisah Sutoyo memberikan contoh kekuatan kolaborasi dan motivasi bersama yang pantang menyerah,” kata Ivan.

“Dengan tekad yang teguh, Sutoyo dan koperasinya menerapkan praktik berkelanjutan, mengatasi tantangan audit, dan berhasil meraih Sertifikat RSPO. Pencapaian mereka menyoroti
pentingnya kepercayaan dan keyakinan bersama dalam menemukan solusi,” katanya lagi.

Sutoyo menjelaskan bahwa perjalanannya tidak mudah pada awalnya, karena banyak
anggotanya yang tidak memahami keberlanjutan, namun upaya pendampingan yang dilakukan oleh team dari program SMILE sangat luar biasa, membantu dan membimbing
anggota dalam setiap tantangan yang mereka hadapi, dan memberikan solusi terbaik untuk membuat pelatihan dan audit dapat dicapai.

“Dengan keikutsertaan petani sawit yang menjadi anggota asosiasi kami ini dalam program SMILE, kami mampu meningkatkan produksi sawit kebun kami rata-rata sekitar 10 persen,” kata Sutoyo.

Program SMILE berperan penting dalam memberikan pelatihan dan bantuan penting kepada petani swadaya, memberdayakan mereka untuk menerapkan praktik berkelanjutan. Dengan berfokus pada inklusivitas dan memastikan tidak ada petani yang tertinggal, program ini bertujuan untuk meningkatkan standar keberlanjutan industri.

“Kami percaya bahwa keberlanjutan adalah tanggung jawab bersama dan dengan memupuk inklusivitas, kita dapat membuat perbedaan, dan satu-satunya solusi adalah melalui kepercayaan yang kuat dan semangat kolaborasi,” tegas Bremen Yong, Director of Sustainability Apical Group.

Bremen menambahkan, “Program SMILE bukan hanya sekadar dampak positif yang telah kami capai, namun juga upaya kolaboratif yang dipupuk di seluruh rantai pasokan. Keberhasilan Sutoyo melambangkan pentingnya upaya berkelanjutan SMILE untuk memastikan bahwa petani kecil dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk memastikan praktik pertanian yang baik berkelanjutan.”

Dalam pada itu, pihak RSPO mendorong dan mendukung sepenuhnya kolaborasi SMILE antar pelaku rantai pasok kelapa sawit dalam peningkatan kapasitas petani swadaya di Indonesia.

“Inisiatif terdepan ini menawarkan model bisnis yang signifikan yang berkontribusi terhadap aspirasi kolektif kami dalam memberdayakan petani untuk meningkatkan penghidupan dan meningkatkan inklusi petani swadaya untuk mencapai minyak sawit berkelanjutan sepenuhnya,” papar Guntur Cahyo Prabowo, RSPO Head of Smallholders Programme Indonesia.

Saat ini Program SMILE memasuki fase ketiga, program ini tetap berkomitmen pada misi memberdayakan petani swadaya dan mendorong praktik berkelanjutan di industri kelapa sawit Indonesia. Melalui pendampingan, pelatihan, dan kolaborasi yang berkelanjutan, program ini bertujuan untuk mengangkat lebih banyak koperasi, memungkinkan mereka mencapai Sertifikasi RSPO dan berkontribusi pada sektor minyak sawit yang berketahanan
dan berkelanjutan. ***AP

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini