Di Pasar Uni Eropa, Komoditas Kelapa Sawit Terhambat Tuduhan Deforestasi

0

Tuduhan deforestasi menjadi hambatan pengembangan pasar kelapa sawit di Uni Eropa. Padahal minyak sawit paling efisien dalam yg hal penggunaan lahan dan produktifitas.

Hal tersebut disampaikan Musdalifah Machmud Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator bidang Ekonomi Dalam Webinar Hybrid Hambatan Minyak Sawit di Uni Eropa yang diselenggarakan PT Riset Perkebunan Nusantara (PT RPN) bersama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) di Jakarta, 15/7/2022.

Menurut Musdhalifah, kelapa sawit merupakan Komoditas yang baik dan banyak manfaatnya. Selain menghasilkan devisa dan banyak menciptakan lapangan kerja, sawit telah mendorong pembangunan di daerah daerah atau remot area.

“Namun semua kebaikan yang ada pada sawit menjadi tidak berarti hanya karena tuduhan deforestasi,” kata Musdalifah.

Padahal, lanjutnya, Indonesia sudah bekerja keras dalam menjaga kelestarian

Musdalifah menambahkan, saat ini komoditas kelapa sawit masih mengalami gejolak. Di luar negeri masih menghadapi berbagai hambatan dan kampanye negatif yang terus din gaungkan oleh negara negara Uni Eropa.
“Sementara didalam negeri terjadi gejolak akibat harga minyak goreng yang mahal,” tambahnya.
Saat ini, kata Musdalifah, Pemerintah fokus menjaga pertumbuhan ekonomi dengan tetap melakukan ekspor berbagai komoditas pangan. Padahal, lebih 24 negara menutup kran ekspor komoditas pangannya.
“Pangan kita terjaga terutama beras masih memiliki stok 24 juta ton untuk mencukupi kebutuhan pangan dalam negeri. Namun, jika krisis terus terjadi kita juga mu ekspor untuk memenuhi kebutuhan dunia,” tambahnya.
Musdalifah mengatakan, pemerintah ingin turut berkontribusi dalam pemenuhan pangan dunia.
“Kita ekspor ayam ke Singapura karena negara pemasok menutup kran eksport komoditas pangannya ke Singapura,” kata Musdalifah
Dia menjelaskan, komoditas sawit bagai pedang bermata dua. Padahal, sawit minyak nabati paling efisien di dunia dibandingkan dengan soyabeen, reepshed, bunga matahari dan lainnya.
Sementara Natan Kambuna, Direktur Pengamanan Perdagangan, Kementerian Perdagangan (Kemendag) dalam sambutannya yang dibacakan  Pradnyawati Analis Kemendag menyatakan, hambatan perdagangan komoditas kelapa sawit masih banyak. Sehingga untuk menanganinya perlu kerja sama semua sektor.
Diantaranya adalah, diskriminasi terhadap produk biodiesel yang berbahan baku sawit.
“Padahal biodiesel berbahan baku sawit turut menjaga lingkungan dibandingkan kan dengan energi yang berasal dari fosil,” katanya.
Negara Uni Eropa telah melakukan berbagai cara untuk menghambat berkembangnya komoditas sawit dengan berbagai alasan.
“Eropa terus melakukan hambatan komoditas sawit ke pasar Eropa,” pungkasnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini