GAPENSISKA Gelar ICOP Ke 2, Integrasi Sapi-Kelapa Sawit Dukung Ketahanan Pangan Nasional

0

Gabungan Pelaku dan Pemerhati Sistem Integrasi Sapi-Kelapa Sawit (GAPENSISKA) menggelar seminar internasional,  Integrated Cattle and Oil-Palm Production (ICOP) ke-2 tahun 2024, bertajuk “Synergizing Growth and Sustainability: Innovating Integrated Cattle and Oil Palm Plantation Systems”di Pondtianak Kalimantan Barat, Kamis, 29/1/2024.

Ketua Umum GAPENSISKA, Joko Iriantono mengatakan, perkebunan kelapa sawit nasional telah mencapai luas 16,3 juta hektar. Potensi besar ini membuka peluang untuk integrasi dengan peternakan sapi, yang diharapkan dapat menjadi solusi dalam memenuhi kebutuhan pasokan daging sapi nasional.

Upaya ini menjadi langkah strategis dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Joko menyatakan bahwa pada gelaran seminar internasional,  Integrated Cattle and Oil-Palm Production (ICOP) ke-2 tahun 2024, bertajuk “Synergizing Growth and Sustainability: Innovating Integrated Cattle and Oil Palm Plantation Systems”, akan menampilkan berbagai hasil penelitian untuk mengembangkan strategi peningkatan daya dukung ketahanan pangan nasional.

Pada kesempatan tersebut, Joko berharap acara tersebut dapat memberikan nilai tambah yang signifikan untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit. Ia juga menyampaikan pemahaman bahwa perkebunan kelapa sawit memiliki peran penting dalam mewujudkan kemandirian pangan.

Perkebunan kelapa sawit tidak hanya memiliki potensi minyak nabati yang luar biasa, tetapi juga membuka peluang bisnis yang menguntungkan melalui integrasi sawit-sapi. ”Acara ini diharapkan dapat menjadi panggung untuk mendiskusikan dan mengembangkan berbagai kajian tentang perkembangan riset di sektor ini,” katanya pada acara Welcome Dinner Acara 2nd ICOP Conference 2024.

Lebih lanjut tutur Joko, dengan adanya integrasi sapi-kelapa sawit, diharapkan dapat diciptakan suatu paket usaha yang berkelanjutan dan memberikan manfaat ekonomi yang signifikan. “Melalui kolaborasi antara pelaku industri dan pemerhati sistem integrasi, diharapkan mampu memberikan kontribusi positif bagi ketahanan pangan dan pembangunan sektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia,” tandas Joko

Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalimantan Barat, Heronimus Hero mengungkapkan, bahwa integrasi perkebunan dan peternakan merupakan terobosan baru, terutama di Kalimantan Barat, bahkan mungkin di seluruh Indonesia.

Heronimus menyampaikan keyakinannya bahwa masyarakat Indonesia menyukai dan mengkonsumsi daging sapi, namun sayangnya, pasokan daging sapi masih belum mampu mencukupi kebutuhan nasional.

Dalam keterangannya, Heronimus menyebutkan bahwa kebutuhan daging sapi di Indonesia mencapai sekitar 700 ribu ton per tahun, sementara pasokan yang tersedia hanya mencapai 300 ribu hingga 400 ribu ton. Hal ini menjadi masalah serius di tingkat nasional, termasuk di Kalimantan Barat.

“Kebutuhan pasokan daging sapi di provinsi Kalbar sekitar 15 ribu ton, namun hanya dapat dipenuhi sekitar 30% dari jumlah tersebut, yakni sekitar 4.000 ton per tahun,” katanya.

Sebab itu, dengan luas konsesi perkebunan kelapa sawit yang telah dilepaskan mencapai 3 juta hektar, di mana 300-500 ribu hektar di antaranya merupakan kebun yang dikelola oleh petani, Kalimantan Barat memiliki potensi besar untuk menerapkan integrasi sapi dengan perkebunan kelapa sawit.

Heronimus menjelaskan bahwa sumber daya lahan yang dimiliki, terutama dalam perkebunan kelapa sawit, menjadi jawaban langsung untuk pengembangan peternakan sapi.

Saat ini, kata dia, populasi sapi di Kalimantan Barat mencapai sekitar 126 ribu ekor, dan sekitar 30% dari jumlah tersebut dipotong setiap tahun untuk memenuhi konsumsi daging lokal. Pemerintah juga melakukan impor daging beku dari luar daerah, termasuk daging sapi dan kerbau.

Adanya Integrasi sawit sapi (SISKA) menjadi gagasan yang mendapatkan dukungan dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, yang membentuk klaster SISKA di beberapa lokasi di wilayah tersebut.

Heronimus menyatakan, bahwa sudah ada sekitar dua ribu ekor sapi yang terlibat dalam kegiatan integrasi sapi dengan kelapa sawit, dan ini diharapkan akan terus berkembang dalam waktu singkat. Dengan demikian, integrasi perkebunan dan peternakan di Kalimantan Barat menjadi solusi potensial untuk meningkatkan pasokan daging sapi secara lokal, mendukung ketahanan pangan, dan menciptakan model bisnis yang berkelanjutan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini