GAPKI Bersiap Tingkatkan Produktivitas Sawit Tanpa Tambah Lahan

0
Pabrik pengolahan kelapa sawit. Dok: PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (GAPKI) bersiap mendongkrak produktivitas kelapa sawit tanpa menambah lahan melalui introduksi serangga penyerbuk baru dari Tanzania.

Sekretaris Jenderal GAPKI, Hadi Sugeng, mengatakan, ada tiga jenis serangga penyerbuk yang saat ini dikembangkan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (BPKS) Medan, yaitu Elaeidobius kamerunicus, Elaeidobius laptatus, dan Elaeidobius supitatus.

Sugeng berharap ketiga serangga ini dapat membuat proses penyerbukan lebih efisien, sehingga produktivitas tandan buah sawit ikut meningkat.

“Kita berharap nanti dengan mendatangkan serangga menyerbuk ini akan bisa meningkatkan rukset buah kita sehingga kita tidak perlu menambah luasan,” ujar Sugeng dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (28/10).

Dia menambahkan, dalam waktu sekitar dua tahun, serangga penyerbuk ini akan mulai didistribusikan ke kebun-kebun anggota GAPKI. Langkah ini diperkirakan akan berkorelasi dengan peningkatan produksi pada tahun berikutnya.

“Sehingga saya tetap optimis, saya sampaikan di tahun depan ada peningkatan produksi karena bisa di samping karena cuaca, juga karena kita ada mendatangkan serangga menyerbuk yang baru,” ungkap dia.

GAPKI optimistis produksi minyak sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit (PKO) nasional tahun ini bisa menembus 57 juta ton, atau naik sekitar 10 persen dibandingkan realisasi 2024 sebesar 52,7 juta ton.

“Mudah-mudahan tahun ini kita masih bisa produksi lebih banyak dari tahun lalu. Kira-kira sekitar 10 persen ya, menjadi 56 hingga 57 juta ton,” ujar Sugeng.

Hingga Agustus 2025, total produksi CPO dan PKO sudah mencapai 39,03 juta ton, naik 13 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 34,52 juta ton. Produksi CPO tercatat 35,64 juta ton, sementara PKO 3,3 juta ton. Keduanya tumbuh 13 persen secara tahunan.

Dari sisi konsumsi domestik, GAPKI mencatat penyerapan minyak sawit mencapai 16,4 juta ton per Agustus 2025, meningkat 5 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan terutama berasal dari sektor biodiesel yang menyerap 8,34 juta ton CPO, disusul kebutuhan pangan sebesar 6,57 juta ton dan oleokimia 1,48 juta ton.

Sementara itu, ekspor minyak sawit Indonesia hingga Agustus 2025 mencapai 22,69 juta ton, tumbuh 15 persen dibandingkan 19,68 juta ton pada periode yang sama tahun lalu. Nilai ekspor juga melonjak 43 persen menjadi US$24,78 miliar.

Sugeng mengungkapkan, nilai ekspor pada rata-rata Januari hingga Agustus 2025 sebesar US$ 1.204 per ton Cif Rotterdam. Ini lebih tinggi dari rata-rata di tahun sebelumnya yang hanya sebesar US$ 1.009 per ton Cif Rotterdam.

“Jadi tidak diragukan lagi bahwa industri sawit ini memberikan sumbangan besar terhadap devisa negara dan penyerapan tenaga kerja,” imbuh Sugeng.

(Supianto)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini