Industri Sawit Ciptakan Pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru di Pedesaan

0
Tempat pengumpulan kelapa sawit. Dok: Ist

Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI), Tungkot Sipayung mengatakan, industri sawit berhasil menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di wilayah pedesaan.

“Sekarang ini daerah-daerah sawit merasakan bagaimana makna daripada kehadiran sawit itu. Jadi, pusat-pusat pertumbuhan ekonomi daerah terjadi di sana,” kata Tungkot di Jakarta baru-baru ini. 

Tungkot menambahkan, dampak industri sawit bahkan dirasakan hingga Pulau Jawa yang turut terdorong oleh geliat ekonomi dari sentra-sentra sawit di Sumatera dan Kalimantan.

Data PASPI mencatat, saat ini terdapat 238 kabupaten di 25 provinsi yang menjadi sentra sawit nasional. Wilayah-wilayah inilah yang berperan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru di pedesaan.

Dari sektor ini, tercipta 16,5 juta lapangan kerja, baik langsung maupun tidak langsung, dengan 2,6 juta di antaranya merupakan petani sawit.

“Ada dari teman-teman dari Bank Indonesia (BI) mengatakan ternyata ekonomi Jawa juga sudah ditarik oleh lokomotif sawit yang ada di Pulau Sumatera maupun di Kalimantan,” ujarnya.

Hal ini menunjukkan kuatnya daya dorong ekonomi sawit terhadap wilayah lain di luar sentra produksi. “Silakan para peneliti ekonomi membuktikan itu benar atau tidak. Tapi menurut mereka (BI) begitu,” sambungnya.

Tungkot juga menyoroti besarnya kontribusi ekspor sawit terhadap neraca perdagangan Indonesia. Bahkan, menurutnya, tanpa ekspor sawit dan program mandatori biodiesel, neraca perdagangan nasional berpotensi defisit.

Berdasarkan data PASPI, kontribusi sawit terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional juga signifikan, mencapai 4,68 persen atau setara dengan Rp 887,9 triliun pada 2025.

Secara makro, sawit terbukti menjadi penopang utama neraca perdagangan Indonesia. Pada 2024, ekspor sawit dan program mandatori biodiesel menghasilkan devisa hingga USD 51,6 miliar.

“Kalau tidak ada ekspor sawit dan tidak ada program mandatori biodiesel, maka neraca perdagangan Indonesia akan selalu negatif,” ujarnya.

Lebih jauh, PASPI menunjukkan, sawit turut berperan dalam menekan angka kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja di pedesaan. Wilayah sentra sawit tercatat memiliki tingkat kemiskinan lebih rendah dan penurunannya lebih cepat dibandingkan daerah non-sentra sawit.

Kontribusi serupa juga terasa di negara-negara pengimpor, di mana industri berbasis sawit membuka lapangan kerja tambahan, terutama di India (40 persen), Tiongkok (33 persen), serta berbagai negara di Afrika dan Eropa.

“Sawit tidak hanya hijau dari sisi lingkungan, tetapi juga hijau dari sisi ekonomi dan sosial karena memberikan manfaat nyata bagi jutaan masyarakat,” imbuh Tungkot.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini