Kementan Mulai Tanam Perdana Bongkar Ratoon Tebu di Bantul

0
Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan, Heru Tri Widarto (tengah) melakukan tanam perdana bongkar ratoon yang dilaksanakan di Kelompok Tani Ngudimulyo, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (22/10).

Direktorat Jenderal Perkebunan (Dirjenbun) Kementerian Pertanian memulai tanam perdana tebu baru setelah bongkar ratoon di Kelompok Tani Ngudimulyo, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Menurut Sekretaris Ditjebun, Heru Tri Widarto, bongkar ratoon atau peremajaan tanaman tebu merupakan strategi penting dalam meningkatkan produktivitas lahan, kualitas bahan baku industri gula nasional, dan efisiensi produksi gula nasional.

“Bongkar ratoon ini merupakan langkah strategis untuk memperbarui tanaman tebu yang produktivitasnya sudah menurun. Dengan menanam kembali benih unggul dan menerapkan teknologi budidaya modern, kita dorong peningkatan rendemen dan hasil tebu petani,” ujar Heru dalam kegiatan tanam perdana bongkar ratoon tersebut, Selasa (22/10).

Dia menegaskan, pemerintah berkomitmen penuh membangun kemandirian dan swasembada pangan nasional. Setelah berhasil mencapai swasembada beras, Kementerian Pertanian kini menargetkan swasembada gula konsumsi tahun 2026 hingga 2027 mendatang.

“Kita ingin mengukir kembali prestasi besar bangsa ini. Jika target swasembada gula tercapai, maka ini akan menjadi capaian tertinggi dalam kurun waktu 89 tahun terakhir,” tambah Heru.

Heru mengingatkan kembali kejayaan masa lalu ketika Daerah Istimewa Yogyakarta dikenal sebagai salah satu sentra utama tebu dan gula di Indonesia. Pada masa itu, Sri Sultan Hamengkubuwono VII bahkan dijuluki sebagai Sultan Sugih karena melimpahnya hasil tebu dan produksi gula di wilayah tersebut.

“Kini saatnya kita kembalikan kejayaan itu. Indonesia mampu mandiri dalam produksi gula, sebagaimana dahulu tebu dan gula menjadi simbol kemakmuran rakyat,” tegas dia.

Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih dalam sambutannya menjelaskan perekonomian Kabupaten Bantul bertumpu pada empat sektor utama, yaitu sektor industri termasuk ekonomi kreatif, sektor pertanian, sektor pariwisata, serta sektor informasi dan komunikasi. 

Dari keempat sektor tersebut, sektor pertanian telah ditetapkan sebagai sektor prioritas daerah karena memiliki peran penting sebagai penyangga utama perekonomian masyarakat.

Abdul menjelaskan, beberapa sektor lain, termasuk sektor industri, tengah menghadapi berbagai dinamika dan tantangan yang cukup signifikan. Dalam situasi tersebut, sektor pertanian, termasuk subsektor perkebunan menjadi penggerak dan penopang stabilitas ekonomi daerah.

“Kami menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada seluruh gabungan kelompok tani (Gapoktan) yang telah bekerja sama dan berkontribusi aktif. Berkat kolaborasi dan kerja keras petani, Bantul kini tumbuh menjadi salah satu pusat pengembangan tebu dan produksi gula di wilayah selatan Jawa,” ungkap dia.

Pada kesempatan yang sama, Tenaga Ahli Menteri Pertanian Bidang Regulasi dan Kebijakan, Oskar Tri Yoga Semendawai berharap program pemberian benih tebu unggul kepada petani dapat memberikan manfaat nyata, sehingga kegiatan bongkar ratoon dan perluasan areal tanam dapat berjalan optimal. 

Melalui langkah ini, pemerintah bertekad mengembalikan kejayaan gula Indonesia sebagaimana pada tahun 1930, saat negeri ini mampu mengekspor gula ke berbagai negara. Selain program pengembangan tebu, Kementan juga terus memperkuat program hilirisasi komoditas perkebunan.

“Semoga program ini memberikan manfaat besar bagi petani. Dengan bongkar ratoon dan perluasan lahan, kita ingin mengulang kembali masa kejayaan gula Indonesia seperti pada tahun 1930, ketika kita menjadi salah satu eksportir gula dunia,” kata Oscar.

Terpisah, Menteri Pertanian/Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Andi Amran Sulaiman, menegaskan bahwa sektor perkebunan tebu memegang peran strategis dalam mendukung kemandirian pangan nasional.

Amran menyampaikan bahwa pemerintah terus mendorong langkah-langkah konkret untuk memperkuat produksi dalam negeri, termasuk melalui program bongkar ratoon dan revitalisasi lahan tebu rakyat.

Dia juga menegaskan bahwa Kementan berkomitmen mewujudkan swasembada gula secara bertahap, sebagaimana arahan Presiden Prabowo Subianto. 

“Kami menargetkan pemenuhan kebutuhan gula konsumsi dan industri secara mandiri. Oleh karena itu, program refocusing kawasan tebu dan bongkar ratoon 2025 menjadi instrumen penting dalam menekan defisit pasokan,” pungkas Mentan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini