Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menyatakan bahwa saat ini, sawit sudah mandiri dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri, terutama untuk minyak goreng dan energi.
Demikian disampaikan Direktur Eksekutif GAPKI, Mukti Sardjon pada Temu Bisnis P3DN VIII “Membangun Ekosistem Ekonomi Digital untuk Produk Lokal”, yang digelar di ICE BSD, Tangerang, Rabu (17/9).
“Jadi, kalau kita bicara sawit saat ini, sawit itu sebenarnya sudah mandiri pangan untuk kebutuhan minyak goreng, energi, dan untuk margarin. Kemudian untuk biodiesel, kita sudah juga manfaatkan,” kata Mukti.
Mukti menjelaskan, Indonesia memproduksi minyak sawit sekitar 50 juta ton per tahun, dengan sekitar 30 juta ton diekspor dan 10 juta ton dimanfaatkan di dalam negeri untuk minyak goreng serta margarin.
“Nah, di dalam negeri sendiri kita untuk mencukupi kebutuhan di dalam negeri sudah sangat mencukupi,” kata Mukti.
Selain itu, lanjut Mukti, minyak sawit juga dimanfaatkan untuk biodiesel, dengan jumlah sekitar 11 juta ton. Saat ini, kebutuhan sawit untuk biodiesel di dalam negeri telah melebihi kebutuhan untuk pangan.
“Kemudian ada lagi kebutuhan untuk industri oleokimia. Industri oleokimia juga sekitar hampir 2,5 sampai 3 juta ton,” papar Mukti.
Namun, Mukti mencatat bahwa masalah yang dihadapi saat ini adalah jika sudah menggunakan B35, untuk beralih ke B50 diperkirakan akan membutuhkan tambahan sekitar 5 juta ton CPO untuk biodiesel.
Sementara itu, jika diperlukan 5 juta ton CPO tambahan dan produksi saat ini masih stagnan, hal ini tentu akan berdampak pada ketersediaan untuk ekspor.
“Jadi, untuk kebutuhan pangan kan mesti nomor satu, kalau kebutuhan biodiesel dalam negeri juga harus kita prioritaskan, mau tidak mau ekspor kita mungkin akan terkendala. Ini yang kita hadapi,” kata dia.
Karena itu, Mukti menekankan bahwa untuk memastikan ekspor tetap terjamin, kebutuhan pangan tetap terjaga, dan pasokan biodiesel juga aman, hal ini mau tidak mau memerlukan peningkatan produktivitas dalam negeri.
Menurut Mukti, cara yang paling memungkinkan untuk mendongkrak produksi sawit adalah melalui program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang ditargetkan 180 ribu hektare setiap tahunnya.
“Mudah-mudahan dengan sekarang Pak Prayudi sudah menambahkan dari 30 juta menjadi 60 juta untuk pembiayaan PSR, saya kira akan mempercepat untuk peningkatan produktivitas ataupun program besawit rakyat ke depan,” kata dia.
Selain itu, Mukti juga menyatakan bahwa pihak perusahaan terus mendorong penggunaan klon-klon baru yang unggul dan memiliki produktivitas lebih baik.
“Kita sendiri dari juga terus mendorong perusahaan untuk menggunakan klon-klon baru, klon-klon unggul yang produktivitasnya lebih bagus,” kata dia.
Mukti juga mengusulkan agar Indonesia mengembangkan kebun energi yang khusus didedikasikan untuk bioenergi, sehingga tidak akan mempengaruhi untuk pangan maupun juga untuk kebutuhan ekspor.
“Dan satu lagi, kami juga ingin mengusulkan nih, mestinya tadi disampaikan juga ada pengembangan Merauke dan sebagainya, mungkin sudah saatnya Indonesia perlu ada mengembangkan kebun energi,” ungkap Mukti.