
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia mengatakan, India memiliki potensi besar untuk mendukung pengembangan biofuel dan energi terbarukan di Indonesia.
Demikian disampaikan Bahlil setelah mendampingi Presiden Prabowo Subianto dalam pertemuan dengan Perdana Menteri India, Narendra Modi, pada kunjungan kenegaraan di New Delhi pada Jumat lalu.
Bahlil menegaskan dukungannya terhadap arahan Presiden Prabowo untuk memperkuat kerja sama energi dengan India, sebagai bagian dari upaya Indonesia mencapai swasembada energi dan memperkuat ketahanan energi nasional.
“Kementerian ESDM siap mendukung penuh, termasuk melalui kerja sama strategis dengan India yang melibatkan investasi di sektor energi bersih dan terbarukan,” ujar Bahlil dalam keterangan resmi, Jakarta, Selasa (28/1).
Dalam konteks kerja sama ini, Bahlil menekankan perlunya fokus pada investasi di energi bersih, seperti geothermal dan solar, serta pengembangan biofuel berkelanjutan, termasuk bioethanol dan bioavtur.
“India memiliki potensi besar untuk mendukung pengembangan biofuel dan energi terbarukan di Indonesia. Dengan adanya kolaborasi di bidang ini, kedua negara dapat berkontribusi pada target global terkait keberlanjutan dan dekarbonisasi,” ungkap Bahlil.
Salah satu perwujudan kerja sama energi antara Indonesia dan India dilaksanakan melalui forum bilateral seperti Indonesia-India Energy Forum (IIEF). Dalam forum ini, kedua negara membahas berbagai strategi untuk memperkuat kolaborasi di bidang minyak dan gas bumi, energi terbarukan, dan batubara.
Selain itu, India juga mendorong kerja sama melalui inisiatif global seperti Global Biofuel Alliance (GBA), yang diluncurkan pada G20 2023. Dalam hal ini, Indonesia mendukung pengembangan dan penggunaan biofuel yang mencakup bioethanol, biodiesel dan, sustainable aviation fuel (SAF).
Kunjungan Presiden RI ke India ini diharapkan dapat mempererat hubungan bilateral, termasuk sektor energi yang memainkan peran penting dalam perekonomian kedua negara.
“Kita ingin memastikan bahwa hubungan Indonesia dan India di sektor energi terus tumbuh, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan energi masing-masing negara, tetapi juga untuk berkontribusi pada target global terkait keberlanjutan dan dekarbonisasi,” tutup Bahlil.
Sebagai informasi, Indonesia dan India telah lama menjalin kerja sama di bidang energi. Salah satu wujud kerja sama adalah investasi perusahaan India, yaitu Bharat PetroResources Limited (BPRL) sebagai salah satu pemegang participating Interest (PI) di Wilayah Kerja (WK) Nunukan, Kalimantan.
Bersama mitra lainnya, BPRL telah menyiapkan investasi sebesar USD80 juta untuk pengembangan Lapangan Badik dan West Badik sejak 2016. Namun, hingga kini produksi komersial belum dimulai akibat tantangan teknis dan keekonomian.
Pemerintah telah memberikan tambahan waktu hingga 2026 untuk menyelesaikan proyek ini dengan syarat pengelolaan tetap berada pada kontraktor yang sama.
Di sektor energi terbarukan, perusahaan India Fourth Partner Energy bekerja sama dengan Indika Energy membentuk PT Empat Mitra Indika Tenaga Surya (EMITS). EMITS berencana menginvestasikan USD500 juta untuk proyek-proyek tenaga surya, penyimpanan, dan pengisian daya Electric Vehicle (EV) di Indonesia hingga 2025.
Beberapa proyek yang telah berjalan antara lain Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap berkapasitas 7 MWp di Tuban, PLTS hybrid untuk program de-dieselisasi PLN di Indonesia Timur, serta PLTS di Pulau Mangole, Maluku, dengan investasi senilai USD12 juta.