Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) memberikan penghargaan terhadap sejumlah tokoh yang dinilai memajukan industri sawit nasional, melalui pengembangan biodiesel. Mereka adalah Prof. Dr. Ir. Subagjo, Dr. Ir. Tatang Hernas Soerawidjaja, dan Ir. Sahat Sinaga.
Menurut Ketua Panitia Pernghargaan DMSI, Prof Tien R Muchtadi, Indonesia sangat kaya dengan sumber minyak nabati, salah satunya minyak sawit yang terbukti memiliki potensi besar untuk terus dikembangkan sebagai bioenergi, atau bahan bakar minyak cair di Indonesia.
Pengembangan bahan bakar nabati sudah dilakukan di prodi Teknik Kimia ITB sejak 1982. Di mana, bahan bakar nabati memanfaatkan kelapa sawit sebagai bahan utamanya. Dan, katalis adalah jantung bagi industri kimia.
“Di Indonesia, rintisan pengembangannya dilakukan ITB dan Pertamina untuk pengolahan minyak dan gas, antara lain minyak diesel hijau. Katalis dibuat dari senyawa zat mineral yang dicetak dalam beragam bentuk dan warna berupa butiran yang sangat keras menyerupai beras, pelet, atau bulatan seperti mutiara,” papar Prof Tien dalam pres conference secara online, Jakarta, Rabu (26/8/2020).
Fungsi katalis adalah mengarahkan hingga mempercepat reaksi bahan baku olahan di industri hingga mencapai keseimbangan menjadi senyawa yang stabil. Dengan katalis, reaksi bahan proses dapat lebih efisien dari segi waktu, bahan baku, dan energi,serta ramah lingkungan.
Penggunaan katalis diperkenalkan oleh John Roebuck di Inggris pada 1746 dalam proses pembuatan asam sulfat. Katalis terus dikembangkan hingga dapat mempercepat reaksi hingga triliunan kali lipat. Di dunia, kebutuhan katalis sekitar US$21 miliar (Rp294 triliun).
Nilai ekonomi yang dihasilkandari produk olahannya US$11 triliun-US$15 triliun atau Rp 210.000 triliun (Rp 210 kuadriliun).
Penggunaan katalis di Indonesia sekitar US$500 juta (Rp7 triliun). Sayangnya, untuk memenuhi kebutuhan katalis, hampir 100 persen industri mengandalkan impor. Upaya mengurangi ketergantungan katalis impor dirintis Subagjo, pakar katalis dari Fakultas Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung sejak 1983.
“Riset Subagjo bersama timnya di Laboratorium TeknikReaksi Kimia dan Katalisis ITB telah menghasilkan enam jenis katalis yang terbukti berfungsi baik.Katalis pertama yang dibuat berbasis besi oksida sebagai absorben gas II2S dinamai PIMITBl.Penggunaannya untuk desulfurisasi gas alam,” ungkap Prof Tien.
Pada 2004, Subagjo bersama rekannya, Makertihartha dan Melia Laniwati, menemukan formulakatalis yang dinamai PK100 HS, untuk hidrotriting (hydrotreating) nafta (NHT). Uji coba skala pilot di Pusat Riset dan Teknologi Pertamina menggunakan 100 gram katalis menunjukkan hasil lebihbaik daripada katalis komersial.
Dari sinilah katalis itu dijuluki katalis “merah putih” pertama. Kehadiran inovasi katalis “Merah Putih” ini memegang peran penting bagi kemandirian teknologi tanah air. Menindaklanjuti temuan tersebut, Masyarakat Hohidrokarbon yang diketuai Sahat M Sinaga, berusaha mengembangkan apa yang telah dihasilkan oleh ITB yaitu Katalis Merah Putih.
Dengan terciptanya Katalis Merah Putih ini Indonesia tidak perlu lagi mengimpor minyak bumi setiaptahun, karena Industri katalis ini akan mendorong untuk menuju kemandirian energi. Dari hasil riset, selain memiliki harga yang lebih ekonomis serta hemat energi, minyak dari kelapa sawit ini juga menghasilkan gasolin yang lebih baik dibandingkan fosil.
“Katalis Merah Putih sangat dihargai hasilnya oleh Bapak Joko Widodo, Presiden RI, pada acara Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Tahun 2020 yang diselenggarakan Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek), di Graha Widya Bhakti, Kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan danTeknologi (Puspiptek), Serpong, Kota Tangerang Selatan, pada Kamis, 30 Januari 2020,” papar Prof Tien.
Dengan penghargaan yang sangat besar dari pemerintah, maka sudah sepatutnya industri sawit nasional juga memberikan penghargaan kepada sejumlah tiga tokoh ini, karena peran aktifnya dalam mengembangan sawit.
Derom Bangun, Ketua Umum DMSI, mengatakan pemberian penghargaan ini merupakan kegiatan perdana DMSI kepada para tokoh yang berkontribusi terhadap industri kelapa sawit. merka menunjukkan istimewa sekali untuk kemajuan biodiesel dan biohidrokarbon itu kita lakukan hari ini dan semoga pengharggan ini mendorong tokoh dan peneliti di tempat lain uutk menunjukkan pencapaian bagi bangsa.
“Kami harapkan bisa memberikan dampak luas bagi masyarakat dan industri minyak sawit pada khususnya. Karena DMSI menaungi asosiasi dari hulu sampai hilir. Kami berikan perhatian besar kepada sektor hulu, menengah, sampai hilir. Ke depan, akan ada penghargaan bagi pengembangan riset di bidang hulu seperti benih dan lainnya,” ujar Derom.
Derom menjelaskan bahwa penghargaan kepada Prof. Subagjo diberikan penghargaan atas kerja kerasnya dalam menghasilkan katalis. Penelitian katalis ini telah dikembangkan semenjak 1982 dan berhasil dijalankan semenjak tahun lalu.
“Pemakaian katalis merahputih untuk konversi dari minyak sawit kepada biofuel itu pencapaian besar,” ujarnya.
Selanjutnya, pemberian penghargaan kepada Dr. Tatang Hernas merupakan apresiasi atas perannya kepada pengembangan biodiesel.
Penghargaan kepada Ir. Sahat Sinaga diberikan atas kontribusi dan kerja kerasnya terhadap pengembangan hilir sawit. Dijelaskan Derom Bangun bahwa inisiatif Sahat Sinaga bersama timnya dalam pengembangan biohidrokarbon juga berdampak positif kepada sawit.
Mahendra Siregar, Wakil Menteri Luar Negeri RI, memberikan apresiasi tinggi atas penghargaan kepada tiga tokoh sawit ini. Penghargaan ini dapat memberikan semangat luar biasa kesejahteraan petani dan stakeholder demi rantai pasok sawit kesejahtwraan. Terima kasih atas daya juang dan pengabdian. “Usia bukan hambatan bagi bapak-bapak untuk bisa kontribusi positif. Berikan keteladanan dan kepelopopran demi kemajuan minyak sawit Indonesia,” ujar Mahendra.
Plt. Staf Ahli Menteri Bidang Infrastruktur Kemenristek/BRIN, Prof. Ismunandar mengakui katalis merah putih yang dikembangkan Prof. Subagjo juga menginspirasi penelitian lain. Sebagai contoh, vaksin merah putih yang sekarang dalam proses penelitian.
Sementara itu, Deputi Menko Perekonomian Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian, Musdhalifah Machmud mengakui kerja keras ketiga tokoh tersebut telah dirasakan kontribusinya oleh pemangku kepentingan industri sawit. “Bagi saya, mereka semua ini adalah guru,” pungkas Musdhalifah.