Kalangan pelaku sawit terus mewaspadai puncak musim kemarau yang diperkirakan berlangsung Agustus-September 2019 ini. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengingatkan dan meminta anggotanya untuk bersiap siaga hadapi kebakaran lahan dan hutan.
Hal tersebut disampaikan Sekretaris Jenderal Gapki Kanya Laksmi Sidharta baru-baru ini. Menurutnya, permintaan untuk wspada dan siap siaga ini didasari data dan perkiraan cuaca di setiap daerah di Indonesia berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
“Kami telah menyerukan kepada seluruh anggota melalui para cabang untuk siaga hadapi kemungkinan kebakaran lahan pada musim kemarau tahun ini,” kata Kanya Laksmi.
Dijelaskannya, anggota Gapki di sejumlah provinsi telah melakukan gelar apel siaga dalam rangka pencegahan serta antisipasi munculnya kebakaran. Masing-masing anggota saling berbagi informasi agar kebakaran lahan dan hutan dapat dicegah. Saat ini, jumlah anggota Gapki tersebar di 13 provinsi di seluruh Indonesia.
Gapki meminta anggotanya untuk tidak main-main dengan masalah kebakaran lahan dan membantu mengantisipasi serta mengatasi kebakaran lahan yang terjadi di sekitar konsesi perusahaan.
“Persoalan kebakaran ini adalah masalah kita semua dan kami berkomitmen untuk all out membantu pemerintah mengatasi kebakaran lahan, termasuk jika kebakaran lahan itu terjadi di lahan masyarakat,” katanya.
Selama ini, sektor perkebunan kelapa sawit kerap menjadi sorotan setiap terjadi kebakaran lahan termasuk kebakaran yang terjadi di Provinsi Riau. Upaya mencegah dan memadamkan kebakaran hanya di area konsesi perusahaan, dinilai tidak cukup.
Untuk itu, perusahaan perkebunan kelapa sawit juga harus proaktif mencegah dan memadamkan kebakaran di lahan masyarakat. Kewaspadaan dan kesiap-siagaan perusahaan sawit dalam mencegah terjadinya kebakaran, harus terus ditingkatkan. Apalagi, saat memasuki musim kemarau yang lebih rentan munculnya titik api.
“Kami meminta perusahaan-perusahaan anggota Gapki untuk proaktif mengajak peran serta masyarakat dalam ikut mengantisipasi dan mengatasi kebakaran lahan. Saat ini Gapki telah membentuk 350 desa peduli api di seluruh Indonesia, di mana di dalamnya selain komponen perusahaan juga ada keterlibatan langsung dari masyarakat,” papar dia.
Gapki Daerah Sambut Antusias
Permintaan Gapki pusat tersebut rupanya tak bertepuk sebelah tangan. Ketua Gapki Sumsel, Harry Hartanto mengatakan, salah satu upaya membuat Provinsi Sumsel tetap menjadi percontohan dalam menangani kebakaran hutan dan lahan (karhutla), yakni dengan mempersiapkan diri sedini mungkin sebelum masuk musim kemarau.
“Kita mengajak anggota yang tergabung di Gapki agar mempersiapakn diri dari sekarang sebelum masuk musim kemarau. Tujuannya agar pencegahan karhutla bisa dilakukan dengan baik,” ucapnya.
Harry juga mengatakan, Gapki mendukung penuh upaya pemerintah dalam melakukan pencegahan karhutla di Provinsi Sumsel. Pencegahan masih menjadi opsi utama yang dinilai lebih baik ketimbang melakukan pemadaman.
“Ini melibatkan berbagai pihak. Kita ingin pengusaha sawit yang tergabung dalam Gapki sudah siap sebelum waktunya,” pintanya.
Langkah hampir senada juga dilakukan oleh Gapki Kalimantan Selatan, dengan mengadakan apel siaga bagi 340 personel bentukan dan binaan mereka untuk menangani pemadam kebakaran hutan dan lahan.
Sekretaris cabang Gapki Kalimantan Selatan, Hero Setiawan mengatakan, tidak seperti tahun tahun sebelumnya, apel kali ini tidak saja melibatkan jumlah personel terbanyak tetapi juga peralatan-peralatan utamanya. Di antara peralatan yang dipertontonkan termasuk pompa-pompa air portable dengan berbagai nozzle, teropong khusus untuk menghitung jarak titik api, serta drone.
“Tahun ini personel yang dikerahkan mewakili seluruh perusahaan anggota Gapki, mereka memang personel yang dilatih khusus dalam menangani kebakarah hutan dan lahan. Apel tahun ini mengangkat tema ‘Siaga Bencana di Mulai dari Kita, keluarga dan Komunitas’,” jelas Hero.
Selain membentuk, melatih dan melengkapi para satgas pemadam kebakaran hutan dan lahan ini, perusahaan kelapa sawit juga membantu membangun sejumlah komunitas seperti Petani Peduli Api, Desa Sadar Bencana dan Masyarakat Peduli Api di sekitar perkebunan mereka. Upaya itu dimaksudkan untuk memudahkan sosialisasi, pembinaaan dan pengadaan prasarana dan sarana untuk memerangi api.
Kelompok-kelompok ini juga membantu mendidik masyarakat mengenai bahaya kebakaran hutan dan lahan dan bagaimana mencegah dan menanganinya, sekaligus juga membantu menyosialisasikan peran dan fungsi satgas pemadam kebakaran itu sendiri.
Terdapat 50 anggota Gapki di Kalimantan Selatan, termasuk lima yang menerima penghargaan dari Gubernur Kalimantan Selatan untuk kontribusi aktif mereka dalam mencegah dan menanggulangi kebakaran hutan dan lahan di provinsi ini pada tahun lalu.
Wakil Ketua Gapki Provinsi Riau, Hartono menegaskan, pihaknya selalu mengingatkan anggotanya untuk waspada kemungkinan terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Setiap perusahaan perkebunan sawit memiliki kewajiban dalam mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan, sebagaimana diatur dalam PP No. 4 Tahun 2001.
Sejauh ini, Gapki selaku wadah berorganisasi pengusaha perkebunan kelapa sawit telah memenuhi aturan dan ketentuan yang ditetapkan pemerintah.
Selengkapnya baca di Majalah HORTUS Archipelago edisi Agustus 2019. Dapatkan ditoko buku Gramedia dan Gunung Agung terdekat