
Indonesia memulai tahun 2025 dengan catatan yang kurang menggembirakan di sektor ekspor sawit. Berdasarkan catatan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) ekspor sawit Januari tahun ini turun dibandingkan Desember tahun lalu.
Direktur Eksekutif GAPKI, Mukti Sardjono menjelaskan, total ekspor Januari 2025 mencapai 1.960 ribu ton lebih rendah 100 ribu ton dari pencapaian pada Desember 2024 sebesar 2.060 ribu ton.
Penurunan ini terutama dipengaruhi oleh turunnya volume ekspor pada beberapa jenis produk sawit, termasuk oleokimia dan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).
“Penurunan terjadi pada ekspor oleokimia dari 428 ribu ton pada Desember 2024 menjadi 388 ribu ton, ekspor CPO dari 69 ribu ton pada Desember 2024 menjadi 39 ribu ribu ton, ekspor produk olahan CPO dari 1.465 ribu ton pada bulan Desember 2024 menjadi 1.449 ribu ton,” jelas Mukti baru-baru ini.
Lebih lanjut, Mukti menjelaskan, penurunan volume ekspor ini terjadi pada lima negara tujuan utama ekspor sawit Indonesia, yaitu Pakistan, China, India, Malaysia, Amerika Serikat (AS).
“Untuk tujuan Pakistan sebesar 199 ribu ton (-53%), China sebesar 197 ribu ton (-42%), India sebesar 62 ribu ton (-36%), Malaysia sebesar 60 ribu ton (-41%), USA sebesar 49 ribu ton (- 22%),” jeas Mukti.
Sedangkan kenaikan ekspor terjadi untuk tujuan Eni Eropa (UE) sebesar 69 ribu ton (+53%), Afrika sebesar 48 ribu ton (18%) diantaranya tujuan Mesir sebesar 37 ribu ton (73%).
Penurunan volume ekspor dan penurunan harga dari US$ 1.313/ton Cif Rotterdam pada Desember 2024 menjadi US$ 1.208 menyebabkan penurunan nilai ekspor dari US$ 2.379 juta (setara Rp 38 triliun) menjadi US$ 2.274 juta (setara Rp 36 triliun).
Total nilai ekspor produk minyak sawit pada Januari 2025 tersebut adalah sekitar 10,9 persen dari total ekspor non migas yang mencapai US$ 20,84 miliar.
Adapun total produksi CPO Januari 2025 mencapai 3.828 ribu ton dan PKO sebesar 356 ribu ton sehingga total produksi CPO dan PKO mencapai 4.184 ribu ton yang lebih rendah 53 ribu ton (-1,25%) dari produksi Desember 2024 sebesar 4.237 ribu ton.
“Produksi Januari 2025 tersebut juga lebih rendah dari produksi Januari 2024 sebesar 4.634 ribu ton (-9,7%),” kata Mukti.
Selanjutnya, total konsumsi Januari 2025 mencapai 1.871 ribu ton yang juga lebih rendah (-14,45%) dari konsumsi bulan Desember 2024 yang mencapai 2.187 ribu ton.
Penurunan yang besar terjadi untuk pangan yang mencapai 758 ribu ton dari 961 ribu ton di Desember 2024 (-21,12%) dan biodiesel menjadi 916 ribu ton dari 1.046 pada sebelumnya (-12,44%). Konsumsi oleokimia naik menjadi 197 ribu ton dari 180 ribu pada bulan sebelumnya (+9,44%).
Dengan produksi, konsumsi, dan ekspor seperti disampaikan sebelumnya, maka stok akhir Januari 2025 sebesar 2.936 ribu ton, naik 360 ribu ton dari bulan sebelumnya sebesar 2.576 ribu ton.