
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan mendorong perbaikan tata kelola industri sawit melalui digitalisasi. Dia mengatakan, sektor sawit memiliki potensi besar sebagai sumber pendapatan negara.
Hal ini disampaikan Luhut dalam sambutannya saat menghadiri pengukuhan pengurus Anggota DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit (Apkasindo) di Kantor Pusat Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta, Rabu (9/10).
Luhut telah menyampaikan kepada Presiden Terpilih, Prabowo Subianto, yang menargetkan pertumbuhan ekonomi nasional 8 persen, mengenai potensi sawit sebagai salah satu sumber pendapatan negara.
“Sebenarnya saya juga sudah lapor pada Presiden terpilih mengenai ini, karena saya katakan pada beliau, karena beliau pengen pertumbuhan ekonomi tinggi, tax ratio tinggi, ujung-ujungnya kan source of revenue, jadi sumber revenue kita itu harus bertambah. Nah saya laporkan, ya ini salah satu kelapa sawit,” kata Menko Luhut.
“Sawit nggak pernah dijama atau kurang dijama atau mungkin tidak dijama, sehingga penerimaan itu nggak jelas,” kata Luhut menambahkan.
Karena itu, dia menyoroti pentingnya digitalisasi dalam pengelolaan sektor sawit, sebagai langkah kunci untuk meningkatkan kontribusinya terhadap ekonomi nasional dan menjadikan Indonesia lebih baik secara keseluruhan.
“Jadi, yang paling bagus menurut sehemat saya selama 10 tahun saya di kabinet ini adalah digitalisasi. Dengan digitalisasi itu konkret kita bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Dan kita punya data yang kuat,” ujar Luhut.
Luhut mengenang saat situasi harga minyak goreng yang tidak terkendali akibat permainan di pasar. Dia pergi meninjau berbagai sumber, bersama timnya, dan berbincang dengan para pelaku, termasuk Apkasindo, untuk mencari solusi atas masalah tersebut.
“Karena pengalaman saya waktu penanganan COVID, saya yang bikin modelingnya. Terus saya bilang, Firman kau bikin coba nih, sekarang lihat dulu, pelajarin data awal mengenai kelapa sawit ini,” ungkap Luhut.
Luhut juga mencatat, pada tahun 2022, harga Tandan Buah Segar (TBS) sempat mengalami penurunan hingga titik terendah. Namun, dia menjelaskan bahwa saat itu harga telah terkendali dan mampu menjaga posisi yang tinggi di tingkat internasional.
“Semua kalau kita lakukan terbuka, dan kemudian ditata dengan baik, dan pemimpinnya nggak boleh ada konflik of interest. Jadi, pengalaman saya 10 tahun, saya kira saya boleh lah agak ngomong sama Anda karena umur saya 77 tahun,” pungkas dia.