Mentan Amran: Lonjakan Ekspor Kelapa Berkah untuk Petani

0
Kelapa bulat (Foto: Kemendag)

Tingginya permintaan kelapa di pasar global membawa angin segar bagi Indonesia. Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman menyebut lonjakan ini sebagai berkah yang dapat meningkatkan kesejahteraan petani kelapa di Tanah Air.

Menurut Mentan Amran, saat ini permintaan kelapa meningkat tajam, terutama dari Tiongkok. Negara tersebut kini mulai beralih dari konsumsi susu ke santan sebagai alternatif, sehingga permintaan terhadap kelapa Indonesia ikut terdongkrak.

“Alhamdulillah ada pergeseran konsumsi dari susu ke VCO, khususnya China dan ini berkah untuk Indonesia karena negara-negara Eropa sulit tumbuh kelapa,” kata dia kepada wartawan di Kantor Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta, Rabu (28/5).

Mentan Amran pun bersyukur atas lonjakan ekspor ini. Menurut Founder Tiran Group ini, para petani kelapa kini tengah berbahagia karena pendapatan mereka meningkat secara signifikan. 

“Sudah, beri kesempatan petani untuk sejahtera. You tidak kasian sama petani kelapa Indonesia sekarang bahagia Mereka berpestaria,” ungkap Mentan Amran.

Terkait rencana pemberlakuan pungutan ekspor kelapa oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk menekan laju ekspor dan melindungi industri dalam negeri, Mentan Amran memilih irit bicara.

Dia menyatakan akan membahas hal tersebut dalam rapat koordinasi terbatas (rakortas) para menteri bidang pangan. “Beri kesempatan petani sejahtera. Nanti kita bahas mungkin di rakor,” pungkas dia.

Di sisi lain, kelangkaan kelapa di dalam negeri akibat tingginya volume ekspor memaksa industri dalam negeri mengurangi kapasitas produksinya secara signifikan. Saat ini, hanya sekitar 40 hingga 50 persen dari total kapasitas produksi industri kelapa yang masih dapat beroperasi.

Ketua Harian Himpunan Industri Pengolahan Kelapa Indonesia (HIPKI), Rudy Handiwidjaja menyatakan, dampak kelangkaan kelapa paling dirasakan oleh pelaku industri kecil dan menengah ke bawah. Bahkan, sebagian dari mereka sudah terpaksa gulung tikar akibat sulitnya mendapatkan bahan baku.

“Jadi, bukan cuma industri besar yang terkena dampaknya. Industri menengah ke bawah bahkan merasakan dampak yang jauh lebih parah lagi, terutama para pelaku UMKM,” ujar Rudy kepada Majalah Hortus baru-baru ini saat dihubungi.

Dia mencontohkan, di Kalimantan Barat, sudah banyak pelaku UMKM yang bergerak di industri minyak kelapa, briket arang tempurung, dan produk olahan kelapa lainnya terpaksa menghentikan produksi karena bahan baku semakin langka dan sulit diakses.

Rudy menjelaskan, salah satu penyebab utama kelangkaan bahan baku di dalam negeri adalah meningkatnya ekspor kelapa dalam bentuk utuh ke negara tetangga. Akibatnya, hampir semua potensi nilai tambah dari kelapa hilang begitu saja.

“Kalau diekspor itu kan semua dengan tempurungnya. Bisa bayangkan semua nilai tambah itu hilang, mulai nilai tambah dari air kelapanya, nilai tambah dari daging kelapanya, nilai tambah dari tempurungnya. Semua hilang,” kata Rudy.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini