Upaya pemerintah mengguyur pasar dengan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dan bantuan pangan sejak pekan lalu belum membuahkan hasil. Harga beras medium bukannya turun, justru terus merangkak naik.
Data panel harga Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu (23/7) pukul 14.05 WIB menunjukkan harga beras medium naik 14,99 persen menjadi Rp 14.374 per kilogram.
Sebagai catatan, harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah untuk beras medium ditetapkan sebesar Rp 12.500 per kilogram untuk Zona I, Rp 13.100 untuk Zona II, dan Rp 13.500 untuk Zona III.
Namun, harga di lapangan sudah melampaui batas tersebut di hampir seluruh wilayah.
Di Zona I, harga mencapai Rp13.882 atau naik 11,06 persen dari HET. Zona II menyentuh Rp 14.626, naik 11,65 persen. Sementara Zona II mencatat lonjakan tertinggi, yakni Rp 16.282 atau 20,61 persen di atas HET.
Masih merujuk pada panel harga Bapanas, harga beras premium di tingkat konsumen secara nasional tercatat sebesar Rp16.137 per kilogram. Padahal, HET untuk beras premium telah ditetapkan sebesar Rp 14.900 per kilogram.
Jika dirunut berdasarkan zonasi, harga beras premium di seluruh wilayah juga tercatat melampaui HET. Di Zona I, HET sebesar Rp 14.900, sementara harga pasar mencapai Rp 15.468 atau naik 3,81 persen. Di Zona II, harga tembus Rp 16.560 dari HET yang ditetapkan Rp 15.400, atau naik 7,53 persen.
Kenaikan paling tajam terjadi di Zona II, di mana harga melonjak hingga Rp 18.238, jauh di atas HET sebesar Rp 15.800, atau naik 15,43 persen.
Pemerintah terus menggulirkan beras SPHP dan bantuan pangan sebagai upaya stabilisasi harga. Target penyaluran SPHP tahun ini ditetapkan sebesar 1,3 juta ton, sementara bantuan pangan ditargetkan mencapai 360 ribu ton.
Adapun hingga saat ini, berdasarkan data dari laman resmi Perum Bulog, realisasi penyaluran beras SPHP baru mencapai 182.415 ton, sementara bantuan pangan tercatat sebesar 2.686 ton.