Perusahaan agroteknologi Satelligence menjalin kemitraan dengan Sinar Mas Agribusiness and Food (SMART) setelah melalui masa percobaan selama tiga bulan. Kerja sama tersebut dibangun dalam rangka pemantauan risiko deforestasi secara hampir real-time di seluruh area konsesi dan rantai pasok minyak kelapa sawit SMART, yang meliputi seluruh wilayah Indonesia.
Berdasarkan pengalaman terdahulu terkait pemantauan satelit terhadap perkebunan dan sebagian rantai pasoknya, Perusahaan memilih untuk mengonsolidasikan pemantauan pada satu sistem guna memberikan gambaran menyeluruh tentang dampak rantai pasok. Satelligence mengumpulkan informasi dari data aset rantai pasok, pemantauan satelit, dan sumber daya manusia dalam pemantauan risiko di lapangan.
Sebagai perusahaan agrobisnis minyak kelapa sawit terpadu dan terkemuka, SMART telah berada di posisi terdepan dalam transformasi keberlanjutan yang tengah berlangsung di sektor ini. Upaya tersebut dikukuhkan melalui Kebijakan Sosial dan Lingkungan GAR (KSLG) yang memandu upaya mewujudkan keberlanjutan serta melaksanakan panduan dalam berkolaborasi dengan pemasok, petan kelapa sawit, dan pihak terkait lain untuk mewujudkan visi industri kelapa sawit yang berkelanjutan.
Permintaan terhadap minyak kelapa sawit berkelanjutan telah menghadirkan transformasi rantai pasok. Di Indonesia, deforestasi yang terkait bisnis kelapa sawit terus mengalami penurunan sejak 2012 berkat kebijakan konservasi pemerintah dan komitmen swasta terhadap pemberantasan deforestasi. Walaupun demikian, rantai pasok kelapa sawit sangat panjang dan rumit, serta melibatkan banyak petani dan perusahaan kecil. Teknologi satelit membantu pelaku industri memantau dan melaksanakan komitmen antideforestasi masing-masing.
Tony Kettinger, Chief Operating Officer Sinar Mas Agribusiness and Food, menjelaskan, “Upaya kami dan pemasok dalam mewujudkan komitmen konservasi telah membawa hasil, dengan berkurangnya deforestasi yang terkait industri kelapa sawit. Pelanggan menginginkan adanya kepastian bahwa pemasok seperti kami dapat mengidentifikasi dan bertindak cepat atas deforestasi yang terjadi di rantai pasoknya. Teknologi Satelligence membantu kami memberikan jaminan tersebut melalui penggunaan sistem tunggal yang terpadu.”
Teknologi Satelligence mampu mengatasi berbagai kendala dalam mengelola rantai pasok berkelanjutan, misalnya pembeli dan lembaga keuangan yang membebani pemasok, meningkatnya pelaporan yang sebelumnya kurang akurat, dan kekeliruan pemberitahuan mengenai terjadinya deforestasi dalam pemantauan.
CEO Satelligence Niels Wielaard menjelaskan, “Visi Satelligence adalah mewujudkan komoditas yang bebas deforestasi. Mayoritas pasokan minyak kelapa sawit dunia berasal dari Indonesia dan, karena itu, terwujudnya lingkungan yang lebih berkelanjutan bukan hal mustahil melalui kemitraan dengan dunia usaha seperti SMART. Dengan pemantauan risiko deforestasi yang lebih kredibel, hemat waktu, dan berbiaya ekonomis, kemitraan bersama ini dimaksudkan untuk menghapus kaitan antara praktik deforestasi dengan industri kelapa sawit di Indonesia.”
Perlu diketahui, Satelligence adalah perusahaan terkemuka bidang analisis geodata berbasis satelit, dengan memberikan informasi harian tentang kinerja produksi pertanian dan risiko rantai pasok di dunia, seperti deforestasi, kebakaran hutan, dan banjir. Perusahaan mendorong pelanggan seperti Mondelez, Unilever, Bunge, WorldBank, Rabobank, Robeco, World Wildlife Fund, dan Ministry of Foreign Affairs of the Netherlands (Kemenlu Belanda) mencapai perkembangan menuju kenihilan deforestasi, dan mengambil keputusan tepat di bidang pengadaan dan investasi. Cakupan layanannya menjangkau komoditas seperti minyak kelapa sawit, kakao, kedelai, karet, daging sapi, pulp dan kertas, serta biomassa. Satelligence beroperasi melalui berbagai kantor yang ada di Indonesia, Ghana, Bolivia, dan Belanda.