Badan Pangan Nasional (Bapanas) memastikan stok beras cukup. Adapun pembatasan pembelian beras khususnya beras Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP) di ritel modern untuk pemerataan stok.
“Saya pastikan beras hari ini cukup, sekali lagi beras hari ini cukup. Pembatasan di ritel demi itu pemerataan,” kata Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi di Kantor PT Food Station Tjipinang Jaya, Jakarta, Senin (12/2).
Sejak Oktober 2023, kata Arief, pembatasan pembelian beras di pasar ritel telah diinisiasi, terutama pada pembelian beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).
Pembatasan ini dilakukan agar masyarakat untuk dapat berbelanja bijak sesuai dengan kebutuhan dan memastikan masyarakat secara luas tidak belanja beras berlebihan melebihi kebutuhan normal.
“Pembatasan pembelian ini dari dulu dari beberapa bulan lalu, itu sudah diterapkan sejak tahun lalu. Kenapa dibatasi 2 pak total 10 kilogram? Itu supaya distribusinya merata. Kalau di rumah tangga berasnya 5-10 kg, itu tentunya sudah cukup,” kata Arief.
Lantas Arief mengatakan, pihaknya bersama semua stakeholder pangan akan segera menggelontorkan beras ke berbagai lini pasa agar masyarakat kembali bisa berbelanja beras dengan tenang dan bijak sesuai kebutuhan.
“Bapak Presiden tadi telah memerintahkan agar semuanya tolong dikonversi ke beras 5 kg, lalu segera kirim ke pasar tradisional, pasar ritel modern. Saya juga diperintah untuk membereskan yang Cipinang ini, karena di sini stoknya banyak, tetapi di pasar ritel modern sedikit,” kata Arief.
Untuk realisasi secara nasional, penyaluran beras SPHP sampai 7 Februari, telah mencapai 202.952.870 kg dengan wilayah penyaluran terbesar ada di Kantor Wilayah DKI Jakarta & Banten, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Program intervensi pemerintah terhadap Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) sejak tahun lalu juga terus dilanjutkan di tahun ini.
Setelah dilaksanakan itu, tren harga beras medium (IR 64 III) di PIBC mulai menurun secara gradual. Per 9 Februari, harga beras medium (IR 64 III) yang tercatat di PIBC adalah Rp10.655 per kg dengan stok beras total mencapai 34.590 ton.
“Sekarang challenge-nya bukan di offtake, tapi di produksi. Ini karena kemarin ada keterlambatan tanam akibat climate change. Ini nanti kita sesuaikan terutama harga dari Bulog kita agak turunkan sedikit, teman-teman disini juga turunkan sedikit. Nanti saya minta 1-2 bulan ini menurunkan harga marginnya juga. Jadi, semua punya margin, marginnya dikurangi tapi tidak rugi. Ini demi merah putih,” kata Arief.
Menurut dia, apa yang dilakukan Bapanas adalah memberikan keseimbangan antara hulu, tengah, dan hilir. Khusus untuk yang hilir, karena harganya tinggi, ini pemerinta lagi bahas dan siapkan segera. Kemudian bagi 22 juta masyarakat yang terendah, itu dicover dengan bantuan pangan beras, gratis 10 kg.
“‘Bantuan pangan beras ini sedikit banyak akan mempengaruhi tarikan dari (permintaan beras) ritel. Bayangkan 22 juta KPM (Keluarga Penerima Manfaat) kalau misalnya harus makan besok, kemudian harus cari di mana, itu kan pasti akan menarik. Nah kalau itu dimasukkan lagi (bantuan pangan beras), mudah-mudahan akan membantu, ya,” imbuh Arief.
Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya Pamrihadi Wiraryo menambahkan, kebijakan pembatasan pembelian beras memang demi pemerataan dan hanya untuk konsumsi rumah tangga. Pihaknya akan segera menyalurkan beras 1.000 ton dengan harga jual Rp 13.900 per kg.
“Jadi karena memang di ritel itu tadi dikatakan ini kan untuk konsumsi, jadi memang kita buat (untuk) pemerataannya. Ini sudah dari beberapa waktu lalu, hanya untuk konsumsi rumah tangga saja. Kita akan jagain. (Beras) yang komersial ada di Jabodetabek ya, besok Insya Allah dikirimkan kurang lebih 1.000 ton yang itu harga jualnya adalah Rp 13.900 untuk masyarakat,” jelas Pamrihadi.
“(Prosesnya) bertahap (dari) 50 ribu ton dari Bulog. Terus kemudian kalau Food Station itu kan mengemas sekaligus me-mixing dengan produk lokal. Stok saat ini (PIBC) ada 34 ribu ton dengan minimum stoknya adalah 30 ribu ton. Jadi saat ini (stok beras PIBC) ada di atas rata-rata normal,” imbuh dia.