Pemerintah Indonesia dan stakeholder sawit bersama-sama mendukung transformasi sawit berkelanjutan di Indonesia.
Langkah ini didorong oleh perkembangan dan tren industri global,khususnya saat Ini di Asia, yang menunjukkan penguatan sinyal-sinyal hijau, termasuk di antaranya
Tiongkok yang merupakan tujuan ekspor kedua terbesar untuk minyak sawit Indonesia. Dengan 73,8% impor minyak sawit di Tiongkok bersumber dari Indonesia, tren hijau pasar Asia ini menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk memastikan keberterimaan produk sawit berkelanjutan nasional di pasar utama dunia.
Dalam kesempatan kegiatan multistakeholder workshop yang diselenggarakan WRI Indonesia dan Forum Petani Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Fortasbi) di Hotel Borobudur pada tanggal 9 November 2022, para pemangku kepentingan industri sawit mendiskusikan prospek pasar sawit berkelanjutan di tingkat Asia ini dan kesiapan industri sawit Indonesia untuk meyambut tren hijau di pasar sawit Asia yang tengah berkembang.
Selain pemangku kepentingan sawit asal Indonesia, kegiatan workshop Ini juga dihadiri oleh perwakilan konsumen dari Tiongkok yang berpartisipasi secara daring.
Inisiatif ini mendapat sambutan positif dari para pihak. Plt. Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Kementerian Pertanian (PPHP), Baginda Siagian dalam sambutannya menyampaikan bahwa kelapa sawit merupakan salah satu sektor strategis bagi Indonesia saat ini mengingat kontribusi ekspor kelapa sawit terhadap devisa negara mencapai 80%-90%.
Meski demikian, Indonesia perlu terus berupaya agar produk sawit Indonesia bisa diterima di pasar internasional, utamanya untuk merespons tren Industri sawit yang lebih hijau.
“Indonesia saat ini tengah menuju ke industri kelapa sawit yang berkelanjutan. Ini membutuhkan dukungan dari semua pihak, seperti koperasi, akademisi, dan pengusaha untuk membangun sustainability di Indonesia. Kementan pun siap untuk bekerja sama dengan instansi lain untuk mendukung kelapa sawit Indonesia dapat diterima oleh Internasional, utamanya Tiongkok,” ungkapnya.
Transformasi yang terjadi di pasar utama Asia untuk industri sawit yang lebih hijau juga disampaikan oleh Supply Chain and Livelihood Transformation Senior Manager di WRI Indonesia, Bukti Bagja. Dua pasar ekspor utama Indonesia misalnya, telah menunjukkan transformasi hijau tersebut.
India telah meluncurkan aliansi sawit berkelanjutan ‘Sustainable Palm Oil Coalition for India (IndiaSPOC) dan Tiongkok selama empat tahun terakhir juga telah menelurkan beberapa inisiatif hijau di antaranya adalah peluncuran China Sustainable Palm Oil Alliance tahun 2018, Proposal Kebijakan Rantai Nilai Hijau 2020 dan Pedoman Konsumsi Minyak Sawit oleh Kamar Dagang Bahan Makanan dan Produk Asli China yang dirilis pada tahun 2022.
“Forum multipihak ini diharapkan dapat mensinergikan upaya bersama para pemangku kepentingan industri sawit untuk menyiapkan sawit Indonesia ketika pasar-pasar besar sudah mulai mendorong praktik berkelanjutan di sektor sawit.
Hal ini penting untuk menjaga hubungan perdagangan komoditas sawit Indonesia dengan pasar-pasar ekspornya, sehingga dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia,” jelas Bukti Bagja.
Forum Petani Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Fortasbi) selaku co-organizer dari kegiatan ini juga menyampaikan kesiapan petani sawit untuk terus mendukung transformasi industri sawit yang lebih berkelanjutan. Kepala Sekretariat Fortasbi, Rukaiyah Rafik, mengutarakan, petani memegang peran penting sebagai aktor utama di sektor hulu Industri sawit.
Sehingga, pelibatan aktif kelompok ini serta penguatannya harus terus dilakukan. “Pelibatan dan penguatan petani itu bisa dimulai dari terus mendorong pemenuhan sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) oleh petani swadaya sebagai salah satu bukti konkret komitmen Indonesia untuk industri sawit yang lebih lestari”.
Pergerakan minyak sawit berkelanjutan di Tiongkok juga disampaikan oleh Kepala Departemen Sereal dan Minyak dari China Chamber of Commerce for Food and Natural Products (CFNA), Chen Ying dalam presentasinya.
Salah satu inisiatif yang dia sebutkan adalah pembentukan China Sustainable Palm Oil Alliance (CSPOA) pada tahun 2018 yang telah membantu perusahaanperusahaan Tiongkok meningkatkan manajemen rantai pasokannya yang berkelanjutan.
“CFNA mendukung promosi minyak sawit berkelanjutan di Tiongkok. Kami memberikan bantuan untuk meningkatkan rantai pasokan minyak sawit berkelanjutan dengan melakukan kunjungan lapangan, mengembangkan pedoman industri, menyelenggarakan pertemuan dan program pertukaran, dan mendidik konsumen.” ungkapnya.
WRI China yang diwakili oleh Wan Jian – Research Associate, Food and Natural Resources Program menekankan pentingnya kolaborasi Indonesia dan Tiongkok dalam mendorong sawit berkelanjutan. Indonesia sebagai negara ekspor terbesar dan Tiongkok sebagai negara impor kedua terbesar memiliki peran signifikan dalam mengembangkan rantai dua sisi terhadap rantai pemasok global.
“Dialog kerjasama dua negara dapat dibangun untuk menghasilkan perangkat kebijakan yang mampu mendorong komitmen perusahan-perusahaan multinasional di dua negara terhadap sawit berkelanjutan. Perusahaan multinasional dapat mempertemukan kebutuhan perusahaan dankonsumen akan sawit berkelanjutan,” ungkap Wan Jian