
Badan Karantina Indonesia (Barantin) berkolaborasi dengan PT Riset Perkebunan Nusantara (PT RPN) menyelenggarakan Talkshow Karantina Day 2025 bertema “Dari Karantina untuk Sawit Berkelanjutan: Mendukung Ketahanan Pangan dan Energi Indonesia” di IPB International Convention Center, Bogor.
Kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian peringatan Hari Karantina Indonesia ke-148 serta momentum untuk memperkuat sinergi antara riset, inovasi, dan kebijakan perkarantinaan dalam mendukung pengembangan industri kelapa sawit yang produktif dan berkelanjutan.
Kepala Barantin, Sahat M. Panggabean, dalam sambutannya menegaskan peran penting Barantin dalam menjaga biosekuriti nasional sekaligus mendorong produktivitas melalui kebijakan yang adaptif terhadap dinamika sektor perkebunan.
“Karantina tidak hanya bertugas melindungi sumber daya hayati dari ancaman hama dan penyakit, tetapi juga memastikan bahwa proses introduksi dan lalu lintas material genetik serta komoditas strategis seperti kelapa sawit berjalan aman, produktif, dan berkelanjutan,” ujar Sahat.
Melalui kebijakan yang adaptif dan berbasis ilmiah, Barantin berupaya menciptakan ekosistem karantina yang modern dan kolaboratif guna mendukung pertanian dan perkebunan yang berdaya saing global.
Sementara itu, SEVP Business Support mewakili Direktur PT RPN, Edy Suproanto menyampaikan apresiasi atas kemitraan strategis dengan Barantin.
“Kemitraan riset dan kebijakan merupakan kunci dalam memastikan keberlanjutan industri sawit Indonesia. Kolaborasi dengan Barantin ini menjadi langkah strategis untuk menjamin keamanan hayati sekaligus meningkatkan produktivitas dan efisiensi sektor perkebunan,” ungkap Edy.
Talkshow ini menghadirkan narasumber dari berbagai pemangku kepentingan, antara lain Perwakilan Deputi Bidang Karantina Tumbuhan, Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), serta Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
Para narasumber membahas strategi nasional menuju sistem produksi kelapa sawit yang berkelanjutan, termasuk dukungan kebijakan karantina terhadap pengembangan riset, inovasi, serta penguatan kapasitas industri sawit nasional.
Pada sesi pertama, Antarjo Dikin, Analis Perkarantinaan Tumbuhan Ahli Utama Barantin, memaparkan materi “Regulasi Badan Karantina untuk Mendukung Keberlanjutan Kelapa Sawit.” Dia menjelaskan bahwa dukungan Barantin terhadap industri sawit berkelanjutan diwujudkan melalui penerapan regulasi yang menyeimbangkan aspek biosekuriti, produktivitas, dan keberlanjutan lingkungan.
Antarjo menegaskan, kebijakan karantina tidak hanya berfungsi dalam pengawasan lalu lintas media pembawa hama penyakit tumbuhan, tetapi juga menjadi bagian penting dalam menjamin keamanan introduksi sumber daya genetik sawit.
Melalui penguatan regulasi, sistem sertifikasi, serta kerja sama lintas sektor, Barantin berupaya memastikan praktik budidaya dan inovasi kelapa sawit berlangsung aman, efisien, dan berdaya saing tinggi tanpa mengorbankan keberlanjutan ekosistem.
Pada sesi berikutnya, Fitri Ujiyani, Analis Perkarantinaan Tumbuhan Ahli Madya dari Direktorat Manajemen Risiko Karantina Tumbuhan menyampaikan materi “Monitoring dan Tindak Lanjut Proses Introduksi Sumber Daya Genetik (SDG) Kelapa Sawit dan Serangga Penyerbuk.”
Paparan ini menyoroti pentingnya pengawasan ketat dalam proses introduksi sumber daya genetik dan serangga penyerbuk untuk mendukung peningkatan produktivitas kelapa sawit nasional.
Direktorat Manajemen Risiko menekankan bahwa kegiatan introduksi harus diikuti dengan monitoring berkelanjutan pada tahap pasca-introduksi guna memastikan keamanan hayati dan mencegah potensi gangguan terhadap ekosistem lokal.
Melalui kegiatan ini, Barantin menegaskan komitmennya untuk terus berperan aktif dalam mendukung ketahanan pangan dan energi nasional melalui sinergi antara kebijakan karantina, riset, dan inovasi sektor perkebunan.
“Karantina Indonesia akan terus memperkuat diri sebagai lembaga yang adaptif, modern, dan kolaboratif, siap menjaga keamanan hayati sekaligus mendorong produktivitas dan daya saing komoditas strategis nasional,” tutup Sahat.
            




























