
Presiden Joko Widodo (Jokowi) terus menggencarkan program pompaniasi untuk mengantisipasi gelombang panas.
Jokowi mengatakan, dunia saat ini menghadapi gelombang panas atau kekeringan panjang. Hal itu mengakibatkan banyak negara sentra produktivitasnya turun, produksi berasnya turun.
“Banyak negara yang sebelumnya ekspor beras, kini dipakai untuk dirinya sendiri,” kata Jokowi saat meninjau jalannya program pompanisasi di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, Rabu (26/6).
Bukan hanya dunia, menurut perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Indonesia juga kemungkinan akan menghadapi gelombang panas pada Juli-Agustus 2024.
“Itu yang harus diantisipasi melalui pompanisasi,” kata mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut.

Jokowi yakin, program pompa yang digencarkan ini dapat membawa manfaat besar khususnya bagi produksi nasional.
Hingga kini pemerintah sudah mendistribusikan 20 ribu pompa ke seluruh Indonesia. Selanjutnya akan ditambah menjadi 70 ribu unit untuk memperkuat ketersediaan air pada lahan-lahan tadah hujan.
“Di seluruh tanah air akan disiapkan kurang lebih 20.000 hingga 70.000. Pertama 20.000 dulu, kemudian berikutnya akan menuju ke angka 70.000. dengan pompa air yang di bawah dan tidak bisa naik ke atas bisa kita salurkan,” kata Jokowi.
Ditambahkan Presiden, pompanisasi yang sudah berjalan ini terbukti mampu meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dari yang tadinya hanya satu kali tanam dalam setahun menjadi 3 kali dalam setahun.
“Dengan pompa pertanaman yang sebelumnya satu kali bisa jadi dua atau tiga. Ini kan menaikkan produktivitas para petani dan sangat bagus sekali, selain masalah-masalah yang lain yang berkaitan dengan pupuk juga terus kita pantau agar tepat waktu,” jelasnya.
Di tempat yang sama, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan, pompanisasi di Kabupaten Kotawaringin Timur menjadi langkah antisipatif yang strategis dalam menghadapi tantangan El Nino dan perubahan iklim yang semakin tidak terduga.
“Wilayah ini memiliki potensi luas sawah tadah hujan 7.620 hektare, di mana 30 pompa yang tersedia ini mampu mengairi lahan seluas 435 hektar, dan diharapkan mampu meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dari 100 ke IP 300 dengan sumber air berasal dari Sungai Peang,” katanya.
Mentan mengatakan, dampak pompanisasi terhadap produksi Gabah Kering Giling (GKG) sangat signifikan, terutama dalam menghasilkan tambahan sebesar 2.784 ton, yang merupakan kenaikan sebesar 9,82 persen dari tahun sebelumnya.
“Setiap pompa memiliki target luas pelayanan yang ambisius, dengan masing-masing pompa 3 inch mampu mengairi 10 hektare per musim tanam, sementara pompa 4 inch mampu menggarap 15 hektare, dengan total luas 1.215 hektare untuk tiga musim tanam,” kata Mentan Amran.