Apkasindo Usul Bursa CPO Dimandatorikan

0
Buruh sawit. (Foto: Ist)

Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Gulat Manurung mengusulkan agar Bursa Bursa Crude Palm Oil (CPO) Indonesia dibuat menjadi mandatori alias wajib.

Sejak diresmikan Oktober 2023 silam, baru 49 perusahaan yang terdaftar sebagai anggota Bursa CPO Indonesia. Jumlah ini masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah total perusahaan kelapa sawit yang tercatat sebanyak 2.294 pada 2023.

“Saran saya kepada pemerintah kalau korporasi sawit masih nggak mau masuk ke bursa, mandatorikan saja. Karena ini sangat penting,” kata Gulat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (7/6).

Dengan adanya Bursa CPO, Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia dinilai bisa lebih leluasa dalam menentukan harga CPO dan jaminan transparansi harga bagi petani.

Selama ini, kata Gulat, harga CPO tidak stabil karena tidak terjadi persaingan harga di pasar atau kiblat yang berbeda dari acuan harga minyak sawit mentah dalam negeri.

“Selama ini, harga acuan (CPO) berkiblat ke Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN), yang tidak transparan, tertutup. KPBN itu kan bukan bursa, tender terbatas,” kata dia.

Namun, sejak adanya Bursa CPO Indonesia, kata Gulat, harga CPO dalam cenderung lebih stabil. Kestabilan harga ini juga membuat harga tandan buah segar (TBS) dari petani ikut terdongkrak.

“Satu hal yang saya bilang harga CPO sudah lebih stabil. Dulu kan Rp 11.000 tiba-tiba Rp 6.000, Rp 8.000 naik jadi 11.000, pusing orang. Kalau sekarang, tidak, Rp 11.200, Rp 11.400, Rp 11.300, kan cantik,” ujar Gulat.

Tidak hanya membuat harga CPO dan TBS dalam negeri lebih stabil, sambung Gulat, negara pun juga akan diuntungkan dengan keberadaan Bursa CPO Indonesia.

“Dengan adanya Bursa CPO Indonesia ini negara sangat diuntungkan, pencatatan, dia akan tau CPO kita dijual ke mana, sehingga pajaknya jelas,” kata Gulat.

Oleh karena itu, Gulat menyarankan agar Bursa CPO Indonesia dimandatorikan alias diwajibkan bagi perusahaan sawit.

“Pada intinya ini bukan soal bursa, tapi harkat dan martabat Indonesia sebagai produsen CPO Indonesia,” imbuh Gulat.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini