BPDPKS, PASPI, dan HMJ Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Peringati Hari Pangan 2024 denga Bedah Buku Mitos Vs Fakta Sawit

0

Meskipun sudah berada di penghujung bulan Oktober, namun penting untuk Hari Pangan Dunia atau World Food Day yang jatuh setiap tanggal 16 Oktober penting untuk terus diperingati.

Peringatan Hari Pangan Sedunia dimaknai untuk meningkatkan kesadaran pentingnya penanganan masalah pangan khususnya terkait kelaparan dan ketahanan pangan yang terjadi baik di tingkat global, regional, maupun nasional. Diharapkan dengan memperingati Hari Pangan Sedunia dapat melahirkan strategi solutif untuk mengatasi masalah kelaparan, kekurangan gizi dan malnutrisi, krisis pangan maupun mengembangkan sistem pertanian berkelanjutan untuk menyediakan pangan bagi seluruh masyarakat global.

Minyak sawit dan isu pangan memiliki korelasi kuat. Data USDA (2024) mengungkapkan sebanyak 65 persen dari penggunaan minyak sawit global untuk produk pangan. Survey di Eropa mengungkapkan bahwa lebih dari 50 persen produk pangan kemasan yang dijual di supermarket mengandung minyak sawit. Tidak hanya pengaplikasiannya pada produk pangan yang sangat luas, minyak sawit dengan harga yang lebih kompetitif (affordability) dan ketersediaannya yang besar (availability) juga menunjukkan bahwa minyak sawit menjadi bagian penting dari ketahanan pangan global.

Berkaitan dengan hal tersebut, Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyelenggarakan kegiatan diskusi sebagai bagian dari peringatan Hari Pangan Dunia.

Forum diskusi sawit tersebut selanjutnya dikemas melalui pelaksanaan Seminar Bedah dan diseminasi buku yang berjudul “Mitos Vs Fakta: Industri Minyak Sawit Indonesia dalam Isu Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Global Edisi Keempat” yang berkolaborasi dengan Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Kegiatan tersebut diselenggarakan di Aula Madya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 25 Oktober 2024.

Membuka seminar bedah buku, Wakil Rektor 3 Bidang Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Ali Munhanif, M.A., Ph.D, mengungkapkan bahwa seminar bedah buku ini harus dijadikan momentum bagi mahasiswa untuk mengenal lebih dalam minyak sawit yang berkontribusi pada ketahanan pangan hingga perekonomian baik di level daerah, nasional, maupun global.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Divisi Perusahaan BPDPKS, Achmad Maulizal, juga menyampaikan keynote speech terkait pentingnya minyak sawit dalam ketahanan pangan nasional. Berbagai produk pangan berbasis/mengandung minyak sawit seperti minyak goreng, margarin, shortening, ice cream, creamer, cokelat, biskuit, roti, mie instan, hingga susu formula, dapat dengan mudah ditemukan dan dapat dikonsumsi oleh masyarakat dari mulai di pelosok desa, daerah, nasional, hingga dunia. Tidak hanya penting, minyak sawit yang kaya akan vitamin dan asam lemak esensial juga memainkan peran penting untuk penyediaan pangan bergizi bagi masyarakat.

Dalam keynote speech tersebut juga turut disampaikan bahwa besarnya potensi minyak sawit dalam mencapai ketahanan energi nasional. Komitmen tersebut juga semakin kuat seiring dengan arahan Presiden Prabowo Subianto terkait pengembangan biodiesel sawit yang akan terus ditingkatkan menjadi B40 hingga B50 di tahun depan.

Membuka sesi diskusi dan bedah buku, Dr. Ir. Tungkot Sipayung yang merupakan Direktur Eksekutif PASPI, mengutip pernyataan dari Henry Kissinger (Diplomat Amerika Serikat) bahwa “Siapa menguasai pangan, dia menguasai manusia. Siapa menguasai minyak, dia menguasai bangsa”.

Kutipan tersebut dapat diartikan bahwa Indonesia dengan minyak sawitnya berpotensi dapat menguasai dunia. Interpretasi tersebut sesuai dengan data saat ini yang menunjukkan bahwa minyak sawit menjadi minyak nabati utama dunia yang digunakan pada berbagai produk yang digunakan oleh seluruh konsumen di dunia, mulai dari produk pangan, produk toiletries, produk kosmetik dan skin care, hingga produk energi.

Direktur Eksekutif PASPI sekaligus Ketua Tim Penyusun Buku Mitos Fakta Sawit tersebut kembali menegaskan bahwa dominasi minyak sawit dalam pasar dunia tersebut tidak disukai oleh negara-negara maju yang juga menjadi produsen minyak nabati kompetitor. Ketiga minyak nabati utama dunia (minyak kedelai, minyak rapeseed, minyak bunga matahari) tidak bisa mengalahkan minyak sawit karena minyak sawit memiliki keunggulan harga yang lebih kompetitif dan produktivitas tinggi.

Untuk menghalangi dominasi minyak sawit di pasar global, produsen minyak nabati lainnya yang menjadi kompetitor melakukan persaingan non-harga yang bertujuan untuk menurunkan volume perdagangan dan konsumsi minyak sawit dunia.

Persaingan non-harga yang dihadapi sawit baik dari supply side melalui implementasi kebijakan diskriminasi sawit di negara importir (seperti EUDR) maupun dari demand side melalui penyebaran kampanye hitam untuk merusak citra sawit di mata konsumen. Berbagai narasi yang dibangun untuk menyebarkan black campaign sawit seperti isu ekonomi, sosial, gizi/kesehatan, dan lingkungan, dimana narasi isu tersebut sudah diuraikan secara komprehensif dalam Buku Mitos Vs Fakta Sawit Edisi Keempat ini.

Selanjutnya buku tersebut dibahas oleh tiga dosen pengajar di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah yakni Bapak Dr. Ir. Iskandar Andi Nuhung, MS (dosen pengajar Magister Agribisnis), Prof. Dr. Ir. Siti Rochaeni M.Si. (Guru Besar Prodi Agribisnis), dan Prof. Dr. Lily Surraya Eka Putri M.Env.Stud (Guru Besar Prodi Biologi). Ketiga dosen tersebut sepakat dengan pembahasan dalam buku terkait kontribusi industri sawit dalam aspek ekonomi, sosial, dan fungsi ekologi.

Namun Guru Besar Prodi Agribisnis, Prof. Dr. Ir. Siti Rochaeni M.Si., memberikan catatan agar tata kelola sawit nasional lebih memperhatikan kesejahteraan petani sawit, mengingat pangsa perkebunan sawit rakyat sangat besar namun petani sawit masih menghadapi masalah yang berpotensi mengancam eksistensinya. Salah satu masalah yang disoroti terkait dengan sertifikasi ISPO yang masih rendah pada perkebunan sawit rakyat, padahal melalui sertifikasi ISPO tersebut sangat diperlukan oleh perkebunan sawit rakyat untuk dapat memastikan keberlanjutan dan peningkatan kualitas kelapa sawit nasional.

Guru Besar Prodi Biologi, Prof. Dr. Lily Surraya Eka Putri M.Env.Stud, yang juga mengemban tugas sebagai Direktur SDGs Centre UIN Syarif Hidayatullah, mengungkapkan bahwa industri sawit telah berkontribusi dalam pencapaian beberapa tujuan SDGs bidang lingkungan yakni climate action (SDG-13) serta pelestarian ekosistem air (SDG-14) dan darat (SDG-15). Namun ada catatan juga yang perlu diperhatikan oleh stakeholder sawit yakni terkait kasus pengolahan limbah cair dari pengolahan minyak sawit di beberapa wilayah yang saat ini belum optimal sehingga menimbulkan dampak negatif lingkungan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini