JAKARTA – Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian (Kementan) mencanangkan Gerakan Nasional Substitusi Impor Anggur 20 persen Tahun 2030. Pencanangan dilakukan di Kebun Kung Anggur Blitar, Senin (11/12).
Kebijakan substitusi impor ini diambil untuk menekan volume impor anggur yang masih cukup besar selama 3 tahun terakhir.
Direktur Buah dan Florikultura, Liferdi Lukman menyampaikan, kebijakan untuk substitusi impor anggur ini dicanangkan berdasarkan potensi pengembangan anggur masih sangat luas
dan banyak berkembang terutama di kota-kota besar.
“Awalnya anggur di Indonesia dikembangkan oleh para hobbies dan perkembangannya sangat menggembirakan. Banyak komunitas anggur tumbuh di seluruh Indonesia dan muncul sentra-sentra produksi seperti di Buleleng, Lombok utara, Probolinggo, Lombok Timur, dan Konawe Selatan. Ini adalah harapan bagi pengembangan anggur nasional,” ujar Liferdi.
Berdasarkan data statistik pertanian dari BPS, dalam 3 tahun terakhir produksi anggur nasional terus meningkat. Pada 2020, produksi anggur tercatat 11.905 ton, tahun 2021 meningkat menjadi 12.163 ton, dan meningkat kembali pada tahun 2022 mencapai 13.515 ton. Namun, produksi tersebut masih jauh dari kebutuhan masyarakat karena anggur konsumsi di Indonesia saat ini sebagian besar masih tergantung impor dari negara lain.
Liferdi menjelaskan, sebelumnya, Ditjen Hortikultura bekerja sama dengan Asosiasi Penggiat Anggur Indonesia (ASPAI) mengadakan focus group discussion (FGD) Pengembangan Anggur pada Agustus 2023 lalu. Berdasarkan FGD tersebut, disimpulkan bahwa penurunan nilai impor anggur hingga 20 persen di tahun 2030 tidaklah mustahil.
“Usaha substitusi impor anggur ini menjadi usaha kita untuk menyelamatkan devisa negara, karena selama ini habis untuk impor. Kita susun langkah-langkah strategis dengan melibatkan seluruh stakeholder. Kondisi ini tidak mustahil tercapai dengan dukungan dan sinergi dari seluruh stakeholder,” terangnya.
Kebung Kung Anggur dipilih menjadi lokasi pencanangan karena kebun ini memiliki koleksi 165 jenis anggur dengan 116 di antaranya sudah berhasil berbuah. Momen ini dimanfaatkan juga untuk melakukan panen 50 varietas anggur dan penyerahan Sertifikat Tanda Daftar Varietas Anggur Unggulan untuk 4 varietas anggur dari Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (PPVTPP).
“Kami serahkan sertifikat tanda daftar untuk anggur varietas Boekari, Takripan, Gurdisom, dan Jatinoman. Dengan adanya varietas yang terdaftar ini, kami harap Blitar bisa jadi kota percontohan untuk pengembangan anggur di Indonesia,” jelas Liferdi.
Sekretaris Daerah Kabupaten Blitar, Izul Marom mengatakan, kesuburan tanah dan kecukupan sinar membuat Blitar cocok untuk menjadi daerah sentra anggur. Terbukti di Kung Anggur Blitar ini anggur bisa berbuah dengan baik.
“Kami akan mulai memperkenalkan dan mengedukasi masyarakat bahwa anggur bisa berkembang baik di Blitar. Kami juga akan menyusun berbagai kebijakan agar anggur bisa terus dikembangkan dan yang paling penting bisa bernilai ekonomi tinggi,” pungkas Izul.