Lahan seluas 4 hektar yang merupakan aset (tanah bengkok) milik Desa Langgongsari, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah ini, semula dikenal dengan kawasan yang angker. Dengan menggunakan dana desa, lahan itu kini menjadi lokasi agrowisata yang menawarkan buah durian, yang bisa dipetik langsung dari pohonnya.
Banyak jalan menuju ke Roma, banyak pula cara yang dilakukan orang untuk menggapai cita-citanya. Demikian pula halnya, upaya terobosan yang dilakukan H Rasim, Kepala Desa Langgongsari, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, dalam mengubah aset lahan seluas 4 hektar di desanya menjadi lokasi agrowisata.
Begitu angkernya lokasi lahan tersebut hingga anak-anak pun dilarang bermain di lahan yang dipenuhi rumput dan semak belukar tersebut. Hingga akhirnya muncul sosok bernama H Rasim yang ‘menyulap’ lahan angker tersebut menjadi lahan yang justru memiliki daya tarik.
“Pak Rasim adalah Kepala Desa Langgongsari. Yang dilakukannya sangat inspiratif dan perlu ditiru oleh desa-desa lainnya,” ungkap Plt Dirjen Penyiapan Kawasan dan Pembangunan Permukiman Transmigrasi (PKP2Trans), Hari Pramudiono, beberapa waktu lalu.
Setelah menjabat Kepala Desa Langgongsari, pada tahun 2015, Rasim menggunakan dana desa yang saat itu baru pertama kali dikucurkan pemerintah untuk menyulap lahan nganggur itu, menjadi pusat usaha warga desa. Pertama-tama, Rasim membentuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sebagai wadah pengelola Dana Desa. Selanjutnya, dengan dana tersebut dan melibatkan seluruh warga desa, lahan terbengkalai itu disulap menjadi kawasan agrowisata.
Untuk mempercantik lokasi wisata ini, Rasim dari tahun ke tahun menggunakan 90 persen dana desa. “Tahun 2015 dana desa yang kami gunakan Rp 300 juta, tahun 2016 jadi Rp 600 juta, tahun 2017 menjadi Rp 900 juta. Tahun 2019 kami menargetkan dalam waktu satu tahun ada peningkatan jadi Rp 1 Miliar, ” kata Rasim.
Di lahan agrowisata yang diberi nama Bulak Barokah ditanam berbagai jenis buah unggulan, seperti durian bawor dan musang king, kelapa, petai, aneka sayuran dan sebagainya. Tak jauh dari situ juga dibangun beberapa petak bangunan tempat pengolahan gula kelapa khas desa setempat. Gula kelapa adalah salah satu potensi lokal yang selama ini menjadi mata pencaharian warga di desa bersangkutan.
“Agrowisata Bulak Barokah ini juga kami jadikan pusat pengolahan gula kelapa, peternakan sapi dan kambing. Sedangkan untuk tanaman utamanya adalah durian dan petai. Tanaman buah lainnya kami manfaatkan lahan yang tersisa,” papar Rasim.
Sebanyak 450 keluarga hidup dari aktivitas pembuatan gula kelapa, yang tersebar di seantero desa. Kini, mereka yang diwadahi BUMDes bernama Kabul Ciptaku bisa memasarkan hasil produksinya lebih mudah dan dengan harga lebih baik. “Melalui BUMDes, pemasaran produk warga bisa lebih mudah dengan harga yang lebih tinggi juga,” ujar Rasim.
Yang tak kalah menarik adalah aneka hewan piaraan yang dihadirkan dengan tertata dan terawat apik laiknya sebuah kebun binatang, seperti kelinci, kambing, kerbau, sapi, dan berbagai jenis ikan hias. Walhasil, Agrowisata Bulak Barokah ini menjadi destinasi wisata andalan bagi anak-anak, tak terkecuali sekolah-sekolah taman kanak-kanak (TK) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Di kawasan tersebut juga dibangun 26 kios berukuran 3×4 meter berbahan anyaman bambu. Setiap warga yang ingin berjualan harus membayar dengan uang sewa yang terjangkau, yakni Rp 600 ribu per tahun. Deretan kios unik tersebut kini menjadi pusat kuliner desa ini. Seluruh makanan khas Banyumas bisa dijumpai di tempat itu.
Beberapa pedagang yang dijumpai di lokasi mengaku sangat beruntung dengan berdirinya kawasan agrowisata ini. “Semula saya hanya kerja serabutan dengan hasil yang tidak menentu. Sekarang dengan berjualan di sini, kami bisa memiliki penghasilan tetap, rata-rata bisa dapat Rp 200 ribu sehari,” ungkap Durori, salah satu pedagang yang menempati kios tersebut.
Ditanami 600 Pohon Durian
Saat ini sebanyak 600 batang pohon durian di tanam di Agrowisata itu. Jenis durian yang ditanam adalah jenis durian bawor dan jenis musang king. Kedua jenis durian ini adalah varietas unggulan yang menghasilkan buah yang berkualitas dan bernilai tinggi.
Menurut Edi Rustiawan, Koordinator Lapangan Agrowisata Bulak Barokah, lokasi agrowisata ini terletak di Grumbul Bulakan, Desa Langgongsari RT 07 / RW III, Kecamatan Cilongok, Banyumas. Dari pusat kota Purwokerto, lokasi agrowisata ini berjarak lebih kurang 5 km, yang bisa ditempuh dengan kendaraan bermotor dalam waktu sekitar 20 menit.
Agrowisatra bulak Barokah ini pertama kali dirintis oleh Kepala Desa Langgongsari, Haji Rasim pada tahun 2016. Satu tahun kemudian diresmikan oleh Bupati Banyumas, Achmad Husein, pada tanggal 16 November 2017.
“Ada 600 pohon durian jenis bawor dan musang king, yang ditanam pada tahun 2016, sekarang di awal tahun 2019 sudah berbuah. Akhir Januari 2019 dan Februari 2019, kita panen raya. Silahkan bagi pengunjung untuk hadir dan berpartisipasi ikut merayakan dan menikmati panen raya ini,” jelas Edi.
Edi juga mengatakan, untuk saat ini Agrowisata dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Desa Langgongsari. Saat ini panen durian minimal beratnya 5 kilogram. Harga murah, harga per kilonya hanya Rp 65.000. Kalau dibuka lalu dicicipi di lokasi Agro dan rasanya tidak enak, bisa ditukar gratis dengan durian yang baru.
Edi menambahkan, untuk masuk ke area wisata dikenakan kontribusi sebesar Rp 12.500. Disamping bisa menikmati buah durian, pengunjung akan dimanjakan dengan pemandangan asri kebun durian yang ditanami 600 pohon, serta demo masak gula kristal sebanyak 22 tungku. Selain itu, agrowisata ini juga dilengkapi dengan sarana gedung pertemuan dan kios pedagang yang menjual aneka jajanan khas Banyumas. ***AP, TOS