Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementerian Pertanian (Kementan) akan menggelar Training of Trainers (ToT) bertajuk Gerakan Antisipasi Darurat Pangan Nasional pada 2-4 Mei 2024.
Kegiatan ini ditujukan bagi Widyaiswara, Dosen, Guru, Penyuluh Pertanian, dan Bintara Pembina Desa (Babinsa).
Perserta ini nantinya akan mendampingi pertani dalam meningkatkan produksi padi melalui optimalisasi lahan rawa, pompanisasi di lahan sawah tadah hujan, dan pemanfaatan lahan perkebunan untuk padi gogo.
Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, dunia saat ini mengalami krisis pangan dan energi. Krisis pangan sangat vital karena dampaknya bisa merambat ke krisis politik dan sosial.
“Kita tahun kalau terjadi krisis ekenomi pertanian tumbuh dengan baik. Kalau krisis kesehatan terjadi kita masih bisa menggunakan masker. Tapi kalau terjadi krisis pangan, itu sudah pasti melompat krisis politik dan sosial. Inilah yang kita takutkan, kenapa semua negara menahan ekspor,” kata Mentan Amran.
Menurut Mentan Amran, krisis pangan terjadi akibat perubahan iklim (climat change), yakni ada peningkatan panas 1,2 derat celcius dan diperkirakan 1,5 derat celcius pada 2030.
“Kalau ini berlanjut, maka ini ancaman bagi pangan dunia dan itu sekarang terjadi. Ini yang kita takutnya terjadi di negeri yang kita cintai ini,” ujar Mentan Amran.
Sementara itu, Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi mengatakan, padi merupakan salah satu komoditas yang strategis. Tingginya permintaan masyarakat terhadap komoditas ini harus diantisipasi agar mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri.
“Kunci dalam Gerakan Antisipasi Darurat Pangan Nasional adalah meningkatkan produksi. Karena itu, segala sumber daya dan dukungan perlu difokuskan dalam peningkatan produksi pada musim tanam yang sedang berlangsung maupun yang akan datang,” ujar Dedi.
Dedi juga mengatakan, Kementan selama ini telah menerapkan pendekatan yang holistik dalam mendukung budidaya padi termasuk jagung.
“‘Dukungan sarana dan prasarana ditujukan pada proses hulu sampai hilir, dari penyiapan lahan sampai pengolahan. Pada setiap proses ini, upaya peningkatan kapasitas SDM juga terus dilakukan,” katanya.
Dedi pun berharap, melalui kegiatan ToT ini dapat saling bersinergi untuk meningkatkan kualitas kegiatan pelatihan pertanian, yang secara tidak langsung berkontribusi terhadap kemajuan pertanian di Indonesia secara berkelanjutan.
Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari dari 2 – 4 Mei 2024 ini, akan digelar secara tatap muka di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Binuang dan secara online serentak di UPT Pelatihan Pertanian, Kantor Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/kota, Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), dan Kantor KORAMIL di seluruh Indonesia.
Kegiatan ini akan diikuti 120.641 peserta yang terdiri dari 187 widyaiswara, 262 dosen, 70 guru UPT Pendidikan Pertanian, 24.607 penyuluh pertanian PNS, 12.480 penyuluh pertanian PPPK, 1.385 penyuluh pertanian THL Pusat, 8.775 penyuluh pertanian THL Daerah, serta 72.875 Bintara Pembina Desa (BABINSA).
Dari jumlah tersebut, 100 peserta mengikuti pelatihan secara tatap muka yang terdiri atas 12 widyaiswara, 4 guru, 64 penyuluh pertanian, 16 babinsa, dan 4 dosen.