Nilai Ekspor Sawit 2022 Mencapai Rp500 Triliun

0

 

Tahun 2022, nilai ekspor kelapa sawit Indonesia, baik dalam bentuk bahan baku maupun produk turunan sawit mencapai Rp500 triliun.

Yang melegakan, dari ekspor minyak sawit mentah/CPO (Crude Palm Oil) dan minyak inti sawit/Crude Palm Kernel Oil) tahun bersangkutan yang dalam bentuk bahan baku industry hanya 7,52%.

“Selebihnya diekspor dalam bentuk produk turunan sawit,” ungkap Dirjen Industri Agro, Putu Juli Ardika ketika membuka acara Updating Technology & Talent Palm Oil Mill (T-POM 2023) Conference dan Expo, Selasa, 7 Maret 2023, di Hotel Sahid, Jakarta.

Pada acara yang diselenggarakan Perkumpulan Praktisi Profesional Perkebunan Indonesia (P3PI) dan Media Perkebunan tersebut, Putu Ardika juga menyebutkan bahwa nilai penjualan minyak sawit dan produk turunannya di pasar dalam negeri mencapai Rp250 triliun.

“Dengan demikian bila ditotal maka secara keseluruhan perputaran nilai kelapa sawit mencapai Rp750 triliun. Ini tentu ceruk bisnis yang cukup besar bagi perekonomian nasional kita,” kata dia menekankan.

Dikatakannya, selama ini industri pengolahan sawit merupakan salah satu sektor unggulan yang menopang perekonomian nasional. Kinerja ini dibuktikan antara lain melalui kontribusinya sebesar 17,6 persen terhadap total ekspor nonmigas pada tahun 2021.

Pada tahun 2020, nilai ekspor produk sawit sebesar 19,89 miliar dolar AS (atau sekitar Rp 280 triliun), dan pada tahun 2021 nilai ekspor produk sawit naik sebesar 56,63 persen dari tahun 2020 atau sekitar Rp444,5 triliun).

“Dalam kurun 10 tahun, ekspor produk turunan kelapa sawit meningkat cukup signifikan, dari 20 persen pada tahun 2010 menjadi 80 persen pada 2020. Hal ini sesuai target peta jalan pengembangan industri hilir kelapa sawit yang diatur melalui Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 13 Tahun 2010,” kata Putu.

Saat ini, lanjut dia, terdapat 168 jenis produk hilir kelapa sawit yang telah mampu diproduksi oleh industri dalam dalam negeri untuk keperluan pangan, fitofarmaka/nutrisi, bahan kimia/oleokimia, hingga bahan bakar terbarukan/biodiesel FAME. Sementara pada tahun 2011, hanya ada 54 jenis produk hilir kelapa sawit yang diproduksi.

Dalam visi hilirisasi tahun 2045, Indonesia menargetkan menjadi pusat produsen dan konsumen produk turunan minyak sawit dunia, sehingga mampu menjadi price setter (penentu harga) CPO global.

Adapun sejumlah kebijakan yang perlu dijalankan, antara lain peningkatan produktivitas, hilirisasi pada oleofood, oleokimia, dan biofuel, serta memperkuat ekosistem, tata kelola, dan capacity building.

Dalam kesempatan tersebut, Putu Ardika juga mengungkapkan bahwa teknologi pengolahan minyak sawit mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Kalau dulu istilahnya minyak sawit hanya diandalkan untuk memenuhi kebutuhan pangan semata maka kini sudah bisa diandalkan untuk menggantikan energi fosil, dalam bentuk biodiesel. ***AP

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini